Headlines News :
Home » » KEBUDAYAAN DAN PENDIDIKAN

KEBUDAYAAN DAN PENDIDIKAN

Written By mikailahaninda.blogspot.com on Selasa, 10 Februari 2015 | 13.17


BAB VII
KEBUDAYAAN DAN PENDIDIKAN
A.       Pendidikan
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
Pendidikan meliputi pengajaran keahlian khusus, dan juga sesuatu yang tidak dapat dilihat tetapi lebih mendalam yaitu pemberian pengetahuan, pertimbangan dan kebijaksanaan. Salah satu dasar utama pendidikan adalah untuk mengajar kebudayaan melewati generasi.

B.       Teori Kebudayaan
Kebudayaan Indonesia walau beraneka ragam, namun pada dasarnya terbentuk dan dipengaruhi oleh kebudayaan besar lainnya seperti kebudayaan Tionghoa, kebudayaan India dan kebudayaan Arab.  Pengertian Kebudayaaan menurut beberapa ahli :
1.    Melville J. Herkovits memandang kebudayaan sebagai suatu yang superorganic karena dapat diwariskan secara turun temurun dari generasi ke generasi dan tetap hidup walaupun anggota masyarakat senantiasa berganti.
2.    Edward B. Taylor melihat kebudayaan sebagai hal yang kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adatistiadat, kemampuan, kebiasaan, atau semua hal yang dimiliki manusia sebagai anggota masyarakat.
3.    Ralph Linton mengemukakan bahwa kebudayaan adalah keseluruhan dari pengetahuan dan sikap serta pola perilaku yang merupakan kebiasaan yang dimiliki dan diwariskan oleh anggota suatu masyarakat tertentu.
4.    Koentjaraningrat merumuskan kebudayaan sebagai keseluruhan system gagasan,tindakan,hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri dengan belajar.
5.    Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi merumuskan kebudayaan sebagai semua hasil karya rasa dan cipta masyarakat.
6.    Ki Hajar Dewantara merumuskan kebudayaan adalah buah budi manusia yang merupakan hasil perjuangan terhadap 2 pengaruh yang kuat, yaitu alam dan zaman yang merupakan kebutuhan hidup manusia untuk mengatasi tantangan hidup dan kehidupan guna mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang bersifat tertib dan damai.
Berdasarkan wujudnya kebudayaan dibagi menjadi dua yaitu
1.    Kebudayaan yang bersifat abstrak.
Kebudayaan ini terletak pada pikiran manusia sehingga tidak dapat diraba atau difoto. Contoh kebudayaan yang bersifat abstrak adalah ide,gagasan,peraturan dsb.
2.    Kebudayaan yang bersifat kongkret
Wujudnya berpola tindakan atau perbuatan di dalam masyarakat yang dapat diamati dna diraba serta dilihat. Contohnya bahasa,materi dan perilaku.  Menurut Koentjaraningrat wujud kebudayaan adalah:
• Artefacs, atau benda benda fisik
• System tingkah laku ;
• System gagasan;dan
• System gagasan yang ideologis. 
Fungsi Kebudayaan
1.    Hasil karya manusia melahirkan kebudayaan dan teknologi. Teknologi mempunyai dua kegunaan yakni melindungi manusia dr ancaman lingkungannya dan membrikan kemungkinan masyarakat untuk mengolah alam. Contoh membuat rumah untuk menghindari panas dan dingin.
2.    Karsa masyarakat yang merupakan perwujudan norma dan nilai nilai social yang dapat mengahsilakan tata tertib. Karsa merupakan daya dan upaya manusia untuk melindungi diri terhadap kekuatan kekuatan lain yang ada di dalam masyarakat.
3.    Di dalam kebudayaan terdapat pola pola perilaku yang merupakan cara masyarakat untuk bertindak dan harus diikuti oleh semua anggota masyarakat.

Karakteristik kebudayaan
1.    Kebudayaan adalah milik bersama.
Semua unsur berupa ide, pola, gagasan, nilai dijalankan dan dipelihara bersama oleh anggota masyarakat. Serta dihayati dan dijalankan bersama.
2.    Kebudayaan merupakan hasil belajar.
Semua unsur kebudayaan merupakan hasil belajar dan bukan warisan biologis. Dengan demikian warusan mereka dapat berbeda dengan masyarakat lainnya.
3.    Kebudayaan didasarkan pada lambang
Aspek simbolis yang terpenting dari gambar kebudayaan adalah bahasa.
Sifat Kebudayaan
1.             Universal
Masyarakat dan kebudayaan merupakan suatu dwitunggal yang tak dapat dipisahkan. Hal itu mengakibatkan setiap masyarakat manusia mempunyai kebudayaan atau dengan lain perkataan, kebudayaan bersifat universal atribut dari setiap masyarakat di dunia ini. Akan tetapi apabila seseorang dari masyarakat tertentu berhubungan dengan seseorang yang menjadi anggota masyarakat yang berlainan, dia akan sadar bahwa adat istiadat kedua masyarakat tidak sama
2.        Stabil dan Dinamis
Kebudayaan bersifat stabil disamping juga dinamis dan setiap kebudayaan mengalami perubahan-perubahan yang kontinu. Setiap kebudayaan pasti mengalami perubahan atau perkembangan perkembangan. Dengan demikian, dalam mempelajari kebudayaan selalu harus diperhatikan hubungan antara unsure yang stabil dengan unsur- unsur yang mengalami perubahan.
3.        Penentu nasib seseorang
Kebudayaan mengisi serta menentukan jalannya kehidupan manusia, secara singkat dapat di terangkan dengan penjelasan bahwa walaupun kebudayaan merupan atribut manusia. Namun, tak mungkin seseorang mengetahui dan meyakini seluruh unsur kebudayaannya.

Segi-Segi Pendidikan Sebagai Gejala Kebudayaan
Yang dimaksud dengan segi-segi atau aspek-aspek pendidikan adalah arah tujuan atau sasaran yang diperhatikan dan dibina serta dijadikan pedoman dalam pelaksanaan segala aktivitas yang bersifat pendidikan yang sesuai dengan pandangan di atas.
Ada 10 segi pendidikan yang urutannya dapat diubah namun tidak dapat dikurangi untuk sesuai dengan kondisi dan situasi dimana pelaksanaan pendidikan akan dilaksanakan. Pemisahan salah satu dari kesepuluh tersebut tidak mungkin dan tidak dibenarkan tetapi hanya dibenarkan perbedaan dalam penekanan.
1.    Pendidikan adalah pembinaan tingkah laku perbuatan. Pendidikan merupakan proses pembinaan tingkah laku perbuatan agar anak belajar berpikir, berperasaan dan bertindak lebih sempurna dan baik dari pada sebelumnya. Untuk tujuan tersebut maka pendidikan diarahkan pada seluruh aspek pribadi meliputi jasmani, mental kerohanian dan moral. Sehingga akan tumbuh kesadaran pribadi dan bertanggung jawab akibat tingkat perbuatannya.
2.    Pendidikan adalah pendidikan diri pribadi. Lembaga pendidikan bertujuan mengembangkan diri dan selalu menggunakan daya kemampuan inisiatif dan aktivitasnya sesuai kata hatinya. Sehingga anak berkesempatan untuk belajar memikul tanggung jawab bagi kelangusngan pendidikan dan perkembangan pribadinya. Hal ini sesuai pernyataan Tagore bahwa pendidikan sebenarnya pendidikan diri sendiri atau diri pribadi (self education).
3.    Pendidikan diperankan di berbagai pusat lembaga. Tugas pendidikan adalah tugas yang harus dilaksanakan oleh lembaga atau badan pendidikan yang diakui dan diberi hak hidup serta dilindungi undang-undang. Dengan demikian disamping lembaga pendidikan sekolah (sebagai perantara, pemersatu serta mempertinggi usaha pendidikan) maka keluarga masyarakat juga menerima tugas kewajiban untuk mendidik manusia yang menjadi anggotanya.
4.    Pendidikan diarahkan kepada keseluruhan aspek kebudayaan dan kepribadian. Pendidik dan lembaga pendidikan harus mengakui kepribadian dan menggalang adanya kesatuan segala aspek kebudayaan, di sini manusia membutuhkan latihan dalam menggunakan kecerdasanya dan saling pengertian. Aspek-aspek kehidupan telah dirumuskan oleh Edward Springer sebagai: Aspek intelek menghasilkan manusia teoretis, sosial manusia pengabdi, estetis manusia seni, politik manusia kuasa, agama manusia kuasa dan ekonomi manusia manusia untung serta sebagai tambahan oleh Prof. A. Sigit aspek keluarga menjadikan manusia cinta kasih.
5.    Pendidikan berlangsung sepanjang hidup (Life Proses). Menurut Langeveld kewibawaan penting dalam pendidikan sehingga proses pendidikan dibatasi pada proses pendidikan dari mulai anak mulai mengerti dan mengakui kewibawaan samapai anak tunduk pada kewibawaannya sendiri yang bersumber dari kata hatinya.
6.    Pendidikan adalah persiapan penyesuaian yang intelligent terhadap perubahan sosial. Sifat pendidikan reflektif dan progresif harus meneruskan nilai kebudayaan dan mengantarkan anak didik pada alam kedewasaan serta membimbing ke arah kerja membangun masa depan. Untuk itu pendidik harus mengembangkan kesadaran bertanggung jawab dan turut serta dalam masyarakat.
7.    Pendidikan harus mengabdi seluruh massa rakyat. Menurut sejarah perkembangannya, pendidikan mengalami 2 macam perkembangan, yaitu (1) pendidikan sebagai pengabdi kelas/golongan masyarakat, diperuntukkan untuk kepentingan sebgaian kecil masyarakat misalnya kolonial Belanda dan (2) pengabdi massa/segala lapisan masyarakat, diperuntukkan untuk demokrasi masyarakat tanpa beda kelas.
8.    Pendidikan harus diarahkan kepembinaan cita-cita hidup yang luhur. Bila pendidikan dimasukkan ke dalam tingkah laku perbuatan manusia maka pendidikan harus menyesuaikan diri dengan tujuan hidup manusia, selanjutnya tujuan hidup tersebut ditentukan oleh filsafat hidup yang dianut seseorang, maka tujuan pendidikan manusia harus bersumber pada filsafat hidup individu yang melaksanakan pendidikan. Tujuan pendidikan manusia tidak dapat terlepas dari tujuan hidup manusia yang didasarkan pada filsafat hidup tertentu.
9.    Pendidikan Jiwa Nasionalisme seimbang dengan jiwa internasionalisme. Pendidikan adalah pembinaan jiwa Nasionalisme yang sehat dan wajar, tidak menjurus Chauvinisme atau Internasionalisme yang melenyapkan jiwa Nasionalisme. Adanya masalah dan perbedaan paham-paham tersebut disebabkan 3 hal, yaitu : tetap adanya perang, adanya efek relatif kebahagian bangsa tertentu namun kesengsaraan bagi bangsa lainnya dan rasa kebersamaan pada bangsa-bangsa yang tertindas. Pendidikan bertujuan mengusahakan perdamaian dan kesejahteraan dunia dan manusianya, untuk itu usaha-usaha yang mengarah ke sana adalah : pembinaan jiwa yang saling kerjasama antar bangsa, penghilangan nasionalisme yang sempit, peniadaan doktrin superioritas dan inferioritas ras, pengembangan sikap positif atas kerja sama, pembinaan politik luar negeri dalam prinsip konsultasi dan kooperatif, peningkatan taraf mental pendidikan manusia serta pembinaan penghormatan tata hidup yang berasaskan demokrasi individu, masyarakat dan antar bangsa. Hasil dari pembinaan di atas akan mewujudkan 3 kemungkinan, yaitu: (1) Komunisme Internasional, dengan bentuk terpimpin oleh negara super disikuti negara satelit; (2) Organisasi Internasional, dengan peniadaan negara super dimana tata hubungan belandaskan prinsip demokrasi; (3) Kerjasama Regional, bentuk kerjasama dalam wilayah dan tujuan tertentu.
10. Pendidikan agama unsur mutlak dalam pembinaan karakteristik dan bangsa. Hal ini didasarkan atas pandangan bahwa agama merupakan unsur mutlak dan sumber dari kebudayaan, untuk itu pendidikan agama agar tidak diarahkan pada intelektualistis-verbalistis, sehingga menjadikan pendidikan agama sebagai dasar tata kehidupan manusia, pribadi, di sekolah maupun masyarakat. Pendidikan agama tidak sama dengan etika, namun pendidikan pekerti tidak dapat dilepaskan dari agama sehingga dapat dikatakan kesusilaan yang diagamakan. Sehingga dihasilkan manusia berbudi luhur, sehat, berpikiran bebas, perpengetahuan luas dan berjiwa ikhlas.

C.   Implikasi Teori Kebudayaan Dalam Pendidikan
Tiga pandangan mengenai kebudayaan: (1) Pandangan super organis; (2) Pandangan konseptualis, dan (3).Pandangan realis.
  1. Implikasi pandangan super organis terhadap pendidikan
a.       Pendidikan adalah sebuah proses dimana kebudayaan mengontrol orang dan membentuknya sesuai dengan tujuan kebudayaan. sebagai alat yang digunakan masyarakat untuk melaksanakan kegiatanya dalam mencapai tujuan.
b.       Pandangan super organis juga berimplikasi pada pengawasan pendidikan yang ketat dari pemerintah untuk menjamin guru-guru menanamkan diri generasi muda tentang gagasan-gagasan, sikap-sikap, dan keterampilan-keterampilan yang perlu bagi kelanjuatan kebudayaan.
c.       Jika perilaku masyarakat ditentukan oleh kebudayaan, maka kurikulum sekolah yang merupakan salah satu insrtumen dalam pendididkan harus dikembangkan atas kajian langsung dan kebudayaan sekarang dan masa depan.
  1. Pandangan koseptualis yang mengatakan bahwa kebudayaan itu berada di dalam pikiran manusia dan manusia sebagai pembentuk kebudayaan.
    pandangan kosnseptualis yaitu kebudayaan dipelajari sesuai dengan minat dan perhatian anak sebab kebudayan akan menggambarkan kualitas dari perilaku individu.
  2. Pandangan realis yaitu kebudayaan merupakan sebuah abstraksi dalam arti bahwa tidak semua kegiatan budaya dapat diamati. Pandangan realis berkeinginan agar sistem pendidikan akan dapat melatih individu untuk mepertimbangakan ,mengkritisi dan merubah kebudayaan sesuai dengan nilai-nilaiyangmerekabutuhkan.
Relativisme budaya mengikiti keunikan budaya dan harus dianalisa sendiri-sendiri menurut budaya masing-masing, sedangkan universalisme budaya walaupun mengikuti keragaman budaya tetapi pada hakekatnya ada sifat-sifat yang sama yang universal dan kebudayaan masyarakat di dunia.





DAFTAR PUSTAKA


Ahmadi, Abu. (2007). Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta
Ahsanudin. (2007). Sosiologi. Surakarta: Mediatama.
Aris Tanudirjo, Daud. 1993. Sejarah Perkembangan Budaya di Dunia dan di Indonesia. Yogyakarta:Widya Utama

Gunawan, Ary H.(2000). Sosiolosi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Gumgum Gumilar, 2001. Teori Perubahan Sosial. Unikom. Yogyakarta.
Haviland, William, A., Antropologi, Jilid 1, terjemahan, Jakarta: Erlangga.
Hariyadi, Sugeng. dkk. (2003). Psikologi Perkembangan. Semarang: UPT UNNES Press.
Ihromi, T.O., (1980). Pokok Pokok Antropologi, Jakarta: Gramedia.
Karsidi, Ravik.2008. Sosiologi Pendidikan. Solo : UNY Pers.
Khairuddin. (2002). Sosiologi Keluarga. Yogyakarta: Liberty
Koentjaraningrat, (2009), Pengantar Ilmu Antropologi Jakarta, Rineke Cipta
_____, (1993). Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Aksara Baru.
_____, (1998), Pengantar Antropologi II, Pokok Pokok Etnografi. Jakarta: Rineka Cipta.
Lauer, Robert H. (1993). Perspektif tentang Perubahan Sosial. Jakarta: Rineka Cipta.
Nasution. (1999). Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Bumi aksara.
Pramesthi. (2004). Sosiologi. Jakarta: Pabelan.
Ravik Karsidi, (2008), Sosiologi Pendidikan, Surakarta, LLP UNS dan UNS Press.
Ritzer, George, dan Douglas J. Goodman. (2003). Teori-teori Sosiologi Modern. Jakarta: Predana Media.

Rohman Dhohiri, Taufiq. (2003). Sosiologi suatu kajian kehidupan masyarakat. Jakarta: Yudistira.

Robinson, Philip. (1986). Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Rajawali.
Rustiana, Eunike R. (2003). Pengantar Psikologi Umum. Semarang.
Slamet. (2009). Modul Sosiologi. Surakarta: Hayati Tumbuh Subur.
Soekanto, Soerjono. (1985). Sosiologi Ruang Lingkup dan Aplikasinya. Bandung: Remadja Karya


______, (1994). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Press.
Susanto, Phil Astrid S. (1983). Pengantar Sosiologi dan Perubahan Sosial. Bina Cipta.
Soemardjan, Selo, dan Soelaiman Soemardi. (1974). Setangkai Bunga Sosiologi. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Soetomo. (1987). Ilmu Sosiatri: Lahir dan berkembang dalam Keluarga Besar Ilmu Sosial. Dalam Sosiatri, Ilmu, dan Metode. Ed. Agnes Sunartiningsih. Yogyakarta: Jurusan Ilmu Sosiatri Fisipol UGM.

Sugiyanto. (2002). Lembaga Sosial. Yogyakarta: Global Pustaka Utama. Wirjosumarto.
Sartono. (1978). Pengantar Ilmu Sosiatri. Yogyakarta: Fisipol UGM.
Soekmono, R.tt. 1988. Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia. Jakarta:Kanisius
Suyanto, 2002. Merefleksikan Perubahan Sosial Masyarakat Indonesia. Kompas, 17 Desember 2002, hal. 5.
Waridah, Siti. (2004). Sosiologi. Jakarta: Bumi Aksara.
Yusuf, Syamsu. (2004). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Share this article :

0 komentar:

 
Support : Berbagi | AULIA | Mikaila
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2011. DARIKU UNTUKMU - All Rights Reserved