Headlines News :
Home » » KONSEP DASAR GEOGRAFI

KONSEP DASAR GEOGRAFI

Written By mikailahaninda.blogspot.com on Rabu, 11 Februari 2015 | 12.14


BAGIAN IV
KONSEP DASAR GEOGRAFI

A.    Kompetensi Dasar
Setelah mempelajari materi pada bagian III ini, mahasiswa dapat memahami konsep dasar geografi dan mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

B.     Deskripsi Materi
1.      Pengertian dan Ruang Lingkup Ilmu Geografi
“Geografi” berasal dari bahasa Yunani, dengan asal kata “geo” berarti “bumi” dan graphein” yang berarti “lukisan” atau “tulisan”. Menurut pengertian yang dikemukakan Eratosthenes, “geographika” berarti “tulisan tentang bumi” (Sumaatmadja, 1988: 31). Pengertian “bumi” dalam geografi disini tidak hanya berkenaan dengan fisik alamiah bumi saja, melainkan juga meliputi segala gejala dan prosesnya, baik itu gej ala dan proses alamnya, maupun gej ala dan proses kehidupannya. Oleh karena itu dalam hal gejala dan proses kehidupan, di dalamnya termasuk kehidupan tumbuh-tumbuhan, binatang, dan manusia sebagai penghuni bumi tersebut. Dengan demikian, apa pengertian geografi yang lebih luas mencakup semua aspek tersebut. Berikut dikemukakan beberapa pendapat ahli mengenai geografi:
Menurut Richoffen (Hartshorne, 1960: 173) menyatakan bahwa “Geography is the study of the eart surface according to its differences, or the study of different areas of the earth surface..., in term of total characteristics”. Ini artinya bahwa bidang kajian geografi tidak hanya mengumpulkan bahan-bahan yang kemudian disusun secara sistematik, tetapi harus dilakukan penghubungan bahan­bahan tersebut untuk dikaji sebab akibatnya dari fenomena-fenomena di permukaan bumi yang memberikan sifat individualitas sesuatu wilayah. Sebab ruang lingkup geografi tidak sekedar fisik, melainkan juga termasuk gejala manusia dan lingkungan lainnya. Adapun menurut Vidal de la Blache (1845- 1919) dari Prancis yang dikenal sebagai “Bapak Geografi Sosial Modern”, mengemukakan bahwa “geography is the science of places, concerned with qualities and potentialities of contries”(Hartshorne, 1960: 13). Kemudian Karl Ritter misalnya menyatakan bahwa “geography to study the earth as the dwelling-place of man”. Dalam pengertian “the dwelling-place of man” tersebut bahwa bumi tidak hanya terbatas pada bagian permukaan bumi yang dihuni manusia saja, melainkan juga wilayah-wilayah yang tidak dihuni manusia sejauh wilayah itu penting artinya bagi kehidupan manusia. Dengan demikian dapat dipahami bahwa wilayah studi geografi meliputi semua fenomena yang terdapat di permukaan bumi, baik alam organiknya maupun alam anorganiknya dalam interelasi dan interaksinya dalam ruang (spatial relationship), dimana semuanya itu dikaji. Oleh karena itu menurut Richard Hartshorne (1960: 47): “geography is that discipline that seeks to describe and interpret the variable character from place to place of earth as the world of man”. Mengingat ilmu geografi tersebut sangat luas dapat dianalogikan sebagai perpaduan dari berbagai disiplin ilmu (murni, terapan, eksak, non eksak), alam, sosial), maka geografi sering disebut sebagai “ibu” atau “induk” ilmu pengetahua. Seperti halnya dikemukakan oleh Preston E. James  yang menyatakan bahwa (1959: 11): “Geography has sometimes been called the mother of sciences, since many fields of learning that started with observations of the actual face of earth turned to the study of specific processes whereever they might be located”
Dari pernyataan tersebut tentu didasarkan atas alasan yang kuat, sebab bidang geografi yang luas tersebut mencakup beberapa aspek-aspek alamiah yang sifatnya eksak, kemudian bidang-bidang sosial yang non-eksak. Dengan demikian dapat diketahui bahwa geografi memiliki cakupan yang sangat luas.
Ruang lingkup disiplin geografi memang sangat luas dan mendasar, sebagaimana dikemukakan oleh Murphey (1966: 5), yang mencakup “aspek alamiah” dan “aspek insaniah”, dimana kemudian aspek-aspek tersebut dituangkan dalam suatu ruang berdasarkan prinsip-prinsip penyebaran, dan kronologinya. Selanjutnya prinsip relasi ini diterapkan untuk menganalisa hubungan antara masyarakat manusia dengan alam lingkungannya, yang dapat mengungkapkan perbedaan arealnya serta persebaran dalam ruang, hingga pada akhirnya prinsip relasi, penyebaran, dan kronologi pada kajian geografi ini dapat mengungkapkan karakteristik suatu wilayah yang berbeda dengan wilayah lainnya. Pada akhirnya terungkaplah adanya region-region yang berbeda antara region yang satu dengan lainnya.
Cakupan dan peranan geografi itu secara sederhana setidaknya memiliki empat hal, berdasarkan hasil penelitian UNESCO (1965: 12-35), maupun Lounsbury (1975: 1-6), sebagai berikut:
1.      Geografi sebagai suatu sintesis, ini artinya bahwa pembahasan geografi itu pada hakikatnya dapat menjawab substansi pertanyaan-pertanyaan tentang; “what, where, when, why, dan how”. Proses studi semacam itu pada hakikatnya adalah suatu sintesis, karena yang menjadi pokok penelaahannya mencakup: apanya yang akan ditelaah, di mana adanya, mengapa demikian, bilamana terjadinya, serta bagaimana melaksanakannya.
2.      Geografi sebagai suatu penelaahan gejala dan relasi keruangan. Disini geografi berperan sebagai pisau analisis terhadap fenomena­-fenomena, baik alamiah maupun insaniah. Selain itu dalam geografi juga berperan sebagai suatu kajian yang menelaah tentang relasi, interaksi, bahkan interdependisinya satu aspek tertentu dengan lainnya.
3.      Geografi sebagai disiplin tataguna lahan, pada bagian ini menekankan pada aspek pemanfaatan atau pendayagunaan ruang geografi yang harus makin ditingkatkan. Hal ini disebabkan karena pertumbuhan penduduk yang begitu pesat dewasa ini menuntut adanya peningkatan sarana yang menunjang baik menyangkut kualitas maupun kuantitasnya. Perluasan sarana tersebut antaralain seperti tempat pemukiman, jalan raya, bangunan publik, tempat rekreasi, dan sebagainya, semuanya membutuhkan perencanaan yang lebih cermat dan matang.
4.      Geografi sebagai bidang ilmu penelitian, Ini dimaksudkan agar dua hal dapat tercapai, yaitu: 1) meningkatkan pelaksanaan penelitian ilmiah demi disiplin geogafi itu sendiri yang dinamis sesuai dengan kebutuhan pengembangan ilmu yang makin pesat. Oleh karena itu dalam tataran ini perlu dikembangkan lebih jauh tentang struktur ilmu (menyangkut fakta, konsep, generalisasi, dan teori) dari ilmu yang bersangkutan, dan 2) meningkatkan penelitian praktis untuk kepentingan kehidupan dalam meningkatkan kesejahteraan umat manusia umumnya (Sumaatmadja, 1988: 41).
Berdasarkan pada pandangan ilmuwan geografi kontemporer, mereka memandang geografi secara sederhana sebagai suatu disiplin akademik yang terutama berkenaan dengan penguraian dan pemahaman atas perbedaan-perbedaan kewilayahan dalam distribusi lokasi di permukaan bumi. Fokusnya adalah sifat dan saling keterkaitan antara tiga konsep yaitu:  lingkungan, tata ruang, dan tempat (Johnston, 2000: 403). Adapun dalam proses perkembangannya muncul beberapa sub-bidang yang beragam, antaralain seperti: geografi fisik, geografi manusia (sosial), dan geografi regional.
Sebagaimana sebelumnya telah dikemukakan bahwa dalam geografi terdiri atas tiga cakupan kajian yang saling mengait satu sama lain yaitu: 1) lingkungan, 2) tata ruang, dan 3) tempat.
1.      Lingkungan
Lingkungan ‘alamiah’ pada suatu wilayah terdiri atas permukaan lahan itu sendiri (tidak banyak ahli geografi yang meneliti laut), hidrologi permukaan air di wilayah itu, flora dan fauna yang tinggal di dalamnya, lapisan tanah yang menutupi permukaan bumi, dan atmosfer yang terdapat di atasnya. Semua unsur tersebut terjalin dalam suatu sistem lingkungan yang kompleks. Contohnya, flora suatu wilayah misalnya dapat mempengaruhi iklim di sekitarnya dan pembentukan serta pengikisan lapisan tanah di bawahnya (Johnston, 2000: 404). Walaupun demikian kebanyakan ahli geografi fisik memfokuskan pada salah satu aspek saja dari lingkungan yang kompleks tersebut. Hal ini dimaksudkan agar pemahaman mereka terhadap asal-usul dan kesinambungan perubahannya bisa dilakukan secara detil dan mendalam.
2.      Tata Ruang.
Berdasarkan penjelasan tentang lingkungan yang identik dengan geografi fisik dapat diketahui bahwa para ahli geografi fisik lebih memfokuskan pada lingkungan alamiah, sedangkan untuk geografi manusia lebih memfokuskan pada penempatan dan penggunaan lahan oleh manusia dan inilah yang dikategorikan sebagai konsep tata ruang.
3.      Tempat
Dalam hal ini, tempat merupakan pusat bagi geografi karena peranannya sebagai faktor pembatas dalam perkembangan manusia, serta mengingat pentingnya tempat sebagai konstruksi dunia (Johnston, 2000: 408). Dengan adanya tempat, seseorang mampu mengenal siapa dirinya dan orang lain berdasarkan pada tempat. Manusia mengembangkan identitas fisi dan sosial-budaya juga dipengaruhi oleh tempat. Tempat merupakan lingkungan pergaulan yang diciptakan oleh manusia dalam konteks peresepsi mereka mengenai alam dan sosialnya. Sebagai unsur penting dari tempat, identitas bersifat menentang dari apa yang bukan bagiannya. Dengan demikian salah satu dari bagian definisi mengenai sifat-sifat tempat, adalah perbedaan-­perbedaannya.

2.      Pendekatan, Metode, dan Teknik Pengumpulan Data Dalam Geografi
a.      Pendekatan dalam geografi
Dalam kajian geografi terdapat beberapa pendekatan yang sering digunakan. Sumaatmadja (1988: 77-86) mengemukakan secara garis besar terdapat empat pendekatan, yakni: (1) pendekatan keruangan atau spatial approach; pendekatan ini dibagi-bagi lagi dalam beberapa pendekatan seperti; (a) pendekatan topik; (b) pendekatan aktivitas manusia; (c) pendekatan regional; (2) pendekatan ekologi atau ecological approach; (3) pendekatan histories atau pendekatan kronologi; (4) pendekatan sistem atau system approach.
Untuk lebih jelasnya keempat pendekatan geografi tersebut dijelaskan secara rinci berikut ini:
1.      Pendekatan keruangan merupakan pendekatan yang sangat khas pada ilmu geografi, dengan mengedepankan prinsip-prinsip penyebaran, interelasi, dan deskripsi. Dalam pendekatan ini mencakup; a) pendekatan topic, b) pendekatan aktivitas manusia, dan c) pendekatan regional. Dalam pendekatan topik, disini menekankan pada bidang atau masalah apa yang paling dominan yang menjadi pusat perhatian dalam kajian itu. Kemudian setelah diidentifikasi topiknya selanjutnya dari topik tersebut dicari sebab-sebabnya, bentuk dan jenisnya, penyebarannya, intensitasnya, serta interelasinya dengan fenomena-fenomena lain secara keseluruhan. Sedangkan untuk pendekatan aktivitas manusia, diarahkan pada ektivitas manusia yang dilakukannya, dengan pertanyaan utama; “bagaimana kegiatan manusia atau penduduk disuatu daerah/wilayah yang bersangkutan?”. Seperti halnya pendekatan topik, maka dalam pendekatan aktivitas manusia ini juga dikaji penyebarannya, interelasinya, dan deskripsinya dengan gejala-gejala alainnya. Selanjutnya untuk pendekatan regional, dikaji karaktersitik tertentu yang membedakan dari region-region lain dengan menekakan persamaan dalam wilayah itu secara intern.
2.      Pendekatan ekologi atau “ecological approach” merupakan pendekatan yang berkenaan penelahan dan analisis sesuatu gejala ekologis yang diarahkan hubungan antara manusia sebagai mahluk hidup dengan lingkungan alamnya. Dalam pandangan ekologis tersebut suatu daerah pemukiman ditinjau sebagai suatu bentuk ekosistem hasil interaksi penyebaran dan aktivitas manusia dengan lingkungan alamnya. Begitu juga apabila kita mengkaji daerah-daerah pertanian, daerah perindustrian, daerah perkotaan, dan lain sebagainya. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa pendekatan ekologi merupakan pendekatan pelengkap untuk melakukan pengkajian masalah-masalah yang sulit atau tidak dapat dihampiri oleh pendekatan dan metode lainnya.
3.      Pendekatan historis ataupun kronologi, merupakan suatu pendekatan yang menekankan perkembangan dinamis dari suatu kajian geografis, berdasarkan proses kronologis dengan memahami kurun waktunya (James, 1959: 2 dan Jarstorne, 1960: 84)). Dengan memahami dimensi urutan waktu atau dimensi sejarah, kita tidak hanya dapat mengkaji perkembangannya, melainkan dapat pula melakukan prediksi proses gejala atau masalah tersebut pada masa yang akan datang. Selain itu melalui pendekatan histories atau kronologi tersebut kita dapat melakukan pengkajian dinamika dan perkembangan suatu gejala geografi di daerah atau wilayah tertentu Untuk menyususn suatu perencanaan pembangunan suatu aspek kehidupan yang menyangkut. Dengan mengetahui perkembangan sejarah kehidupan tadi, secara mantap kita akan dapat menyusuan suatu perencanaan yang serasi dan seimbang untuk kepentingan hari mendatang. Di sinilah letak hakikat pentingnya pendekatan historis atau kronogi tersebut (Smaatmadja, 1988: 85).
4.      Pendekatan sistem atau “system approach”, hal ini dapat dianalogikan bahwa suatu ruang yang merupakan suatu kebulatan, pada hakikatnya merupakan suatu sistem keruangan (spatial system). Sistem disini dapat diartikan sebagai tafsiran agak beragam tetapi serupa seperti:
 A system is a series of phenomena which are interconnected by a common process” (Dickinson: 1970: 58). A system is a set of object together with relationships between the object and between their attributes (Chadwick, 1971: 36). A system is a set of two or more interrelated element of any kind; for example, concepts) as in the number system), objects (as in a telephone system or human body), or people (as in a social system) (Ackoff, 1974: 13).

Dengan demikian berdasarkan penjelasan di atas bahwa sistem itu memiliki pengertian konotasi yang luas sekali, seperti mencakup; rangkaian gej ala, alat atau pesawat elektronik, susunan jasmaniah manusia dan lain-lain. Sedangkan yang menjadi unsur penting dalam criteria sistem itu adalah suatu rangkaian satu kesatuan yang berproses dalam mencapai suatu tujuan tertentu. Dengan demikian dapat dipahami bahwa dalam pendekatan sistem tersebut merupakan mode berpikir sintetik (mode berpikir yang didasarkan atas doktrin ekspansionisme) secara teratur. Dalam kaitannya dengan ilmu geografi pendekatan sistem tersebut dapat diartikan sebagai suatu yang metodologi yang digunakan untuk mendekati, menelaah dan mengkaji sistem gejala geografi dan sistem keruangan, yang dilakukan oleh para ahli gegrafi.
b.      Metode penelitian geografi
Dalam upaya menemukan sebuah fakta atau hasil kajian temuan dalam bidang geografi, ada beberapa metode penelitian yang sering diterapkan para ahli, antaralain yaitu:
1)      Meode Deskriptif; metode ini banyak digunakan sejak ilmu geografi lahir sebagai disiplin ilmu yang bersifat akademis. Sebagai karakteristik metode ini adalah memberi penjelasan baik yang bersifat ‘alamiah’ maupun ‘insaniah’ dengan mengungkap karaktersitik, eksploratif, hubungan fungsional, maupun dampaknya dari suatu fenomena maupun peristiwa. Tujuan metode ini adalah untuk mendeskripsikan atau menjelaskan peristiwa dan kejadian yang ada pada masa sekarang. Dalam metode ini terbagi-bagi lagi menjadi beberapa metode yaitu: survei, studi kasus, dan studi pengembangan.
a.       Metode Studi Kasus, ini merupakan metode penelitian yang sering digunakan untuk suatu karakteristik tertentu terhadap individu maupun kelompok dengan mengungkap kasus-kasus spesifik, baik yang mencakup pengkajian relasi, dan interelasinya terhadap individu lainnya secara mendalam dan biasanya dilakukan secara longitudinal (Bailey, 1982: 486).
b.      Metode Survei, ini meupakan metode penelitian dengan teknik pengumpulan data sepeti wawancara maupun kuesioner (angket) dengan jumlah sampel besar dan merupakan penelitian yang menggambarkan keadaan kekinian untuk memahami opini, pendapat, maupun tanggapan publik pada umumnya (Bailey, 1982: 110).
c.       Metode Studi Pengembangan, ini merupakan metode penelitian yang digunakan untuk mengembangkan suatu penelitian secara mendalam untuk memperoleh suatu model, baik dalam tataran teoretis yang sebelumnya sudah ada maupun belum ada. Penelitian studi pengembangan ini lazimnya banyak dikembangkan dalam dunia akademis.
2)      Metode Eksperimen dan Korelasi; metode ini mulai dikembangkan dan dirasakan hasilnya sejak geografi fisik dan manusia bergerak dari sifat-sifat deskriptif menuju analitis pada tahun 1950-an dan 1960-an, pendekatan positivisme yang menekankan treatment dan pengujian hipotesis untuk merumuskan hukum-hukum dan derivasi teori kian menonjol. Pendekatan penelitian ini berkaitan erat dengan kuantifikasi, keyakinan pada keteraturan statistik merupakan bukti adanya hubungan sebab-akibat empiris secara seperti yang diisyaratkan oleh teorinya. Pengukuran dan manipulasi data menggantikan posisi penjelasan verbal dan kartografis sebagai prosedur dalam ilmu geografi (Johnston, 2000: 408).
3)      Metode ex post facto; metode ini bertujuan untuk untuk melihat dan mengkaji hubungan antara dua variabel atau lebih, dimana variabel yang dikaji telah terjadi sebelumnya atau tidak diberi perlakuan khusus. Ex post facto artinya sesudah fakta, karena dalam penelitian ini peneliti tidak perlu melakukan manipulasi atau perlakuan terhadap variable bebas. Hubungan yang dikaji bisa berbentuk pengaruh, hubungan/korelasi, sumbangan, maupun dampak yang bisa dinyatakan dalam ukuran-ukuran statistika seperti koefisien korelasi, determinasi, dan lain-lain (Sudjana, 1991: 54).
c.       Teknik pengumpulan data dalam geografi
Dalam penelitian ilmu geografi banyak digunakan teknik pengumpulan data seperti; observasi lapangan, wawancara, kuesioner, studi dokumentasi, dan studi literatur.
1)      Observasi lapangan (field observation) merupakan teknik alat pengumpulan data dalam ilmu geografi yang berusaha melihat langsung tentang gej ala dan masalah geografis. Teknik banyak sekali digunakan untuk penelitian­penelitian geografis bahkan merupakan teknik pengumpulan data yang paling dominan (Sumaatmadja, 1988: 105).
2)      Wawancara atau interviu, merupakan teknik alat pengumpul data dalam ilmu gegrafi yang dilakukan oleh peneliti (interviewer) terhadap responden (interviewee) untuk memperoleh keterangan yang lebih jauh dari sekedar observasi, yang dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan langsung terhadap responden secara verbal baik formal maupun informal. Maksud dari wawancara ini, seperti yang dinyatakan Lincoln dan Guba (1985: 226) adalah untuk mengkonstruksi mengenai orang, kejadian, kegiatan organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian dan lain-lain. Sedangkan ditinjau bentuknya, wawancara ini meliputi (a) wawancara pembicaraan informal; (b) wawancara menggunakan petunjuk umum wawancara; (c) wawancara baku tapi terbuka (Patton, 1980: 197).
3)      Kuesioner atau Angket; merupakan teknik alat pengumpul data dengan menyebarkan sejumlah pertanyaan-pertanyaan baik yang bersifat terbuka maupun tertup dan dilakukan melalui pertanyaan-pertanyaan tertulis jenis pertanyaannya. Dilihat dari tujuannya hampir sama dengan wawancara yaitu untuk mengkonstruksi mengenai orang, kejadian, kegiatan organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian dan lain-lain (Fraenkel dan Wallen, 1993: 112- 113).
4)      Studi dokumenter; merupakan teknik alat pengumpul data yang merupakan upaya untuk mengkaji setiap bahan tertulis ataupun film, serta catatan (record). Dokumen dapat dibagi dalam dua kelompok yaitu dokumen pribadi dan dokumen resmi, dan dua-duanya sangat penting dalam teknik penelitian geografi. Hal ini dapat dipahami mengingat dokumen dan record berguna sebagai sumber yang stabil, kaya, serta mendorong untuk suatu pengujian mengingat sifat dokumen adalah tidak reaktif sehingga tidak sukar diperoleh dengan teknik kajian isi (Moleong, 1998: 161).
5)      Studi kepustakaan; merupakan teknik atau alat pengumpul data dengan mengkaji berbagai teori, prinsip, konsep, dan hukum-hukum yang berlaku dalam ilmu geografi. Semuanya ini diperlukan sebagai data teoretik yang relevan dengan kebutuhan kajian atau penelitian. Oleh karena itu suatu penelitian geografi yang mustahil dilakukan, jika tanpa disertai kajian perpustakaan (Sumaatmadja, 1988: 110).
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa dalam konsep geografi tidak hanya berbicara tentang lingkungan, akan tetapi juga berbicara tentang apa yang di dalam dan permukaan bumi secara keseluruhan, termasuk hubungan dan tindakan dari manusia itu sendiri dalam kehidupan sehari-hari dalam berinteraksi dengan lingkungannya.
Evaluasi:
Setelah mempelajari materi pada bagian IV ini, coba kalian jawab beberapa pertanyaan berikut ini:
1.      Coba jelaskan apa itu ilmu geografi
2.      Berdasarkan pengalaman kalian dalam kehidupan sehari-hari, coba jelaskan objek yang menjadi focus kajian ilmu geografi!
3.      Coba jelaskan manfaat mempelajari ilmu geografi berdasarkan pengalaman kalian dalam kehidupan sehari-hari!
4.      Coba kalian berikan contoh penerapan ilmu geografi dalam kehidupan sehari-hari!
Share this article :

0 komentar:

 
Support : Berbagi | AULIA | Mikaila
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2011. DARIKU UNTUKMU - All Rights Reserved