Headlines News :
Home » » PROSES SOSIALISASI PENDIDIKAN

PROSES SOSIALISASI PENDIDIKAN

Written By mikailahaninda.blogspot.com on Selasa, 10 Februari 2015 | 13.10

BAB V
PROSES SOSIALISASI PENDIDIKAN


 Manusia disamping sebagai mahluk individu juga sebagai mahluk sosial, yang mana manusia yang satu dengan yang lainnya saling membutuhkan. sedangkan kalau dilihat dari kaca mata agama manusia memiliki dua sisi hubungan yang sangat mendasar yaitu hubungan secara vertikal dan hubungan secara horizontal, hubungan vertikal yaitu hubungan manusia dengan sang pencipta, dan hubungan secara horizontal yaitu hubungan manusia dengan manusia atau dengan kata lain sosialisasi.
Sosialisasi merupakan suatu hal yang sangat penting bagi keberlangsungan hidup antar sesama manusia, karena dengan adanya sosialisasi akan membawa manfaat baik bagi manusia itu sendiri, maupun bagi lingkungan tempat ia tinggal, manusia bisa saling mengenal, mengerti dan memahami satu sama lainnya, sehingga memungkinkan akan terjadi sikap saling toleran, saling menjaga dan melindungi.

A.       Pengertian Sosialisasi
Pengertian sosialisasi banyak disampaikan oleh para ahli antara lain yaitu Nasution (1999:126) menyatakan bahwa proses sosialisasi adalah proses membimbing individu ke dalam dunia sosial. Menurut pandangan Kimball Young (Gunawan, 2000:33), sosialisasi ialah hubungan interaktif yang dengannya seseorang mempelajari keperluan-keperluan sosial dan kultural yang menjadikan seseorang sebagai anggota masyarakat. Pendapat dua ahli tersebut sama-sama menyatakan bahwa sosialisasi merupakan proses individu menjadi anggota masyarakat.
Pendapat tentang pengertian sosialisasi juga disampaikan oleh Gunawan (2000:33) yang menyatakan bahwa sosialisasi dalam arti sempit merupakan proses bayi atau anak menempatkan dirinya dalam cara atau ragam budaya masyarakatnya (tuntutan-tuntutan sosiokultural keluarga dan kelompok-kelompok lainnya). Sedangkan Soekanto (1985:71) menyatakan bahwa sosialisasi mencakup proses yang berkaitan dengan kegiatan individu-individu untuk mempelajari tertib sosial lingkungannya, dan menyerasikan pola interaksi yang terwujud dalam konformitas, nonkonformitas, penghindaran diri, dan konflik. Dari pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa dalam sosialisasi individu belajar menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Susanto (1983:12) menyatakan bahwa sosialisasi ialah proses yang membantu individu melalui belajar dan menyesuaikan diri, bagaimana cara hidup dan bagaimana cara berfikir kelompoknya, agar dapat berperan dan berfungsi dalam kelompoknya.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa sosialisasi adalah proses individu dalam mempelajari keperluan-keperluan sosial dan kultural di sekitarnya yang mengarah ke dunia sosial.

B.       Proses Sosialisasi
Sueann Robinson Ambron (Yusuf, 2004:123) menyatakan bahwa sosialisasi itu sebagai proses belajar yang membimbing anak ke arah perkembangan kepribadian sosial sehingga dapat menjadi anggota masyarakat yang bertanggung jawab dan efektif. Perkembangan sosial anak sangat dipengaruhi proses perlakuan dan bimbingan orangtua terhadap anak dalam mengenalkan berbagai aspek kehidupan sosial atau norma-norma kehidupan bermasyarakat. Proses membimbing yang dilakukan oleh orangtua tersebut disebut proses sosialisasi. Khairuddin (2002:65) mengungkapkan bahwa dalam proses sosialisasi, kegiatan-kegiatan yang dicakup adalah :
1.       Belajar (learning)
Menurut Morgan C.T (Khairuddin, 2002:65), belajar adalah suatu perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku sebagai akibat dari pengalaman yang lalu. Proses belajar individu berlangsung sepanjang hayat, yaitu belajar dari individu itu lahir sampai ke liang lahat. Ahmadi (2004:154) mengungkapkan bahwa dalam proses sosialisasi individu mempelajari kebiasaan, sikap, idea-idea, pola-pola dan tingkah laku dalam masyarakat di mana dia hidup. Sosialisasi adalah masalah belajar. Dalam proses sosialisasi individu belajar tentang kebudayaan dan keterampilan sosial seperti bahasa, cara berpakaian, cara makan, dan sebagainya. Segala sesuatu yang dipelajari individu mula-mula dipelajari dari orang lain di sekitarnya terutama anggota keluarga. Individu belajar secara sadar dan tak sadar. Secara sadar individu menerima apa yang diajarkan oleh orang di sekitarnya, misal seorang ibu mengajarkan anaknya berbahasa dan bagaimana cara makan yang benar. Secara tidak sadar, individu belajar dari mendapatkan informasi dalam berbagai situasi dengan memperhatikan tingkah laku orang lain, menonton televisi, mendengar percakapan orang lain, dan sebagainya.
2.       Penyesuaian Diri dengan Lingkungan
Penyesuaian diri merupakan kemampuan untuk mengubah diri sesuai dengan lingkungannya, atau sebaliknya mengubah lingkungan sesuai dengan keadaan dirinya.Penyesuaian diri individu terbagi dua yaitu penyesuaian diri terhadap lingkungan fisik yang sering disebut dengan istilah adaptasi, dan penyesuaian diri dengan lingkungan sosial yang disebut adjustment (Khairuddin, 2002:67) . Adaptasi merupakan usaha individu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya yang lebih bersifat fisik.Sedangkan adjusment merupakan penyesuaian tingkah laku terhadap lingkungan sosialnya, di mana dalam lingkungan tersebut terdapat aturan-aturan atau norma-norma yang mengatur tingkah laku dalam lingkungan sosial tersebut. 
Khairuddin (2002:68) menyebutkan bahwa untuk menilai berhasil atau tidaknya proses penyesuaian diri, ada empat kriteria yang harus digunakan yaitu: (a) Kepuasan psikis; Penyesuaian diri yang berhasil akan menimbulkan kepuasan psikis, sedangkan yang gagal akan menimbulkan rasa tidak puas; (b) Efisiensi kerja; Penyesuaian diri yang berhasil akan nampak dalam kerja/kegiatan yang efisien, sedangkan yang gagal akan nampak dalam kerja/kegiatan yang tidak efisien. Misal, murid yang gagal dalam pelajaran di sekolah; (c) Gejala-gejala fisik; Penyesuaian diri yang gagal akan nampak dalam gejala-gejala fisik seperti: pusing kepala, sakit perut, dan gangguan pencernaan, dan (e) Penerimaan sosial; Penyesuaian diri yang berhasil akan menimbulkan reaksi setuju dari masyarakat, sedangkan yang gagal akan mendapatkan reaksi tidak setuju masyarakat. Proses penyesuaian diri individu khususnya remaja dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal (Hariyadi, 2003:143).
Faktor internal yaitu meliputi: (a) Motif-motif sosial, motif diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri organisme yang mendorong untuk berbuat (Rustiana, 2003:134); (b) Konsep diri, yaitu cara seseorang memandang dirinya sendiri, baik mencakup aspek fisik, psikologis, sosial maupun kepribadian; (c) Persepsi, yaitu pengamatan dan penilaian seseorang terhadap obyek, peristiwa dan realitas kehidupan, baik itu melalui proses kognisi maupun afeksi untuk membentuk konsep tentang obyek tersebut; (d) Sikap remaja, yaitu kecenderungan seseorang untuk beraksi kearah hal-hal yang positif atau negatif; (e) Intelegensi dan minat, dan (f) Kepribadian.
Sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi proses penyesuaian diri remaja yaitu: (a) Keluarga dan pola asuh, meliputi pola demokratis, permisif (kebebasan), dan otoriter; (b) Kondisi sekolah, yaitu antara kondisi yang sehat dan tidak sehat; (c) Kelompok sebaya, yaitu merupakan teman sepermainan; (d) Prasangka sosial, yaitu adanya kecenderungan sebagian masyarakat yang menaruh prasangka terhadap kehidupan remaja; (e) Faktor hukum dan norma sosial, yang dimaksudkan di sini adalah pelaksanaan tegaknya hukum dan norma-norma dalam masyarakat. Faktor internal dan eksternal tersebut saling mempengaruhi satu sama lain. Penyesuaian diri dilakukan melalui proses belajar sehingga terjadi kebiasaan.
3.       Pengalaman mental
Pengalaman seseorang akan membentuk suatu sikap pada diri seseorang dimana didahului oleh sikap terbentuknya suatu kebiasaan yang menimbulkan reaksi yang sama terhadap masalah yang sama (Khairuddin, 2002:69). Seorang anak yang sejak kecil terbiasa dengan bantuan orang lain untuk setiap pekerjaan yang harusnya dapat dikerjakan sendiri, setelah dewasa nanti dia akan tergantung dengan orang lain.
Perkembangan diri individu dimulai dengan proses sosialisasi, dan proses ini berlangsung terus selama hidup. Proses sosialisasi terbagi menjadi dua periode, yaitu sosialisasi primer dan sosialisasi sekunder. Robinson (1986:58) mengungkapkan bahwa lazimnya ahli-ahli ilmu pegetahuan sosial menamakan periode sosialisasi yang pertama ketika seorang anak untuk pertama kali memperoleh identitasnya sebagai pribadi (person) yang disebut dengan sosialisasi primer (primary sosialization). Sedangkan sosialisasi sekunder (secondary sosialization) berlangsung sesudah sosialisasi primer, yaitu dimana anak menjadi anggota masyarakat yang luas.

Nasution (1999:126) menyatakan bahwa seluruh proses sosialisasi berlangsung dalam interaksi individu dengan lingkungannya. Sosialisasi tercapai melalui komunikasi dengan anggota masyarakat lainnya. Hal tersebut juga disampaikan oleh Susanto (1983:17) bahwa komunikasi merupakan dasar dari proses sosial. Dalam interaksi sosial individu memperoleh “self concept” atau sesuatu konsep tentang dirinya (Nasution, 1999:127). Individu akan lebih mengenal dirinya dalam lingkungan sosialnya.

C.       Faktor Mempengaruhi Proses Sosialisasi
Individu akan berkembang menjadi makhluk sosial melalui proses sosialisasi. Dalam proses ini ada beberapa faktor yang mempengaruhi. Menurut F.G. Robbins (Ahmadi, 2004:158), ada lima faktor yaitu: (1) Sifat dasar, yaitu merupakan keseluruhan potensi-potensi yang diwarisi oleh seseorang dari ayah dan ibunya; (2) Lingkungan prenatal, yaitu lingkungan dalam kandungan ibu. Dalam periode ini individu mendapatkan pengaruh-pengaruh tidak langsung dari ibu, misal beberapa jenis penyakit (diabetes, kanker, siphilis) berpengaruh secara tidak langsung terhadap pertumbuhan mental, penglihatan, pendengaran anak dalam kandungan; (3) Perbedaan individual, meliputi perbedaan dalam ciri-ciri fisik (bentuk badan, warna kulit, warna mata, dan lain-lain), ciri-ciri fisiologis (berfungsinya sistem endokrin), ciri-ciri mental dan emosional, ciri personal dan sosial; (4) Lingkungan, meliputi lingkungan alam (keadaan tanah, iklim, flora dan fauna), kebudayaan, manusia lain dan masyarakat di sekitar individu, dan (5) Motivasi, yaitu kekuatan-kekuatan dari dalam diri individu yang menggerakkan individu untuk berbuat. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses sosialisasi tersebut berasal dari luar dan dalam diri individu. Faktor yang berasal dari dalam diri individu yaitu sifat dasar, perbedaan individual, dan motivasi.Sedangkan faktor yang berasal dari luar individu yaitu lingkungan prenatal, dan lingkungan sekitar.

D.       Kendala & Pendukung Proses Sosialisasi
Nasution (1999:127-128) menyebutkan bahwa dalam proses sosialisasi tidak selalu berjalan lancar karena adanya sejumlah kendala, yaitu: (1) Kesulitan komunikasi. Komunikasi merupakan suatu proses interaksi dengan suatu stimulus (rangsangan) yang memperoleh suatu arti tertentu dijawab oleh orang lain (respon) secara lisan, tertulis maupun dengan aba-aba (Susanto, 1983:15). Kesulitan komunikasi dalam proses sosialisasi yaitu terjadi bila anak tidak mengerti apa yang diharapkan darinya atau tidak tahu apa yang diinginkan oleh masyarakat atau tuntutan kebudayaan tentang kelakuannya; (2) Adanya pola kelakuan yang berbeda-beda atau yang bertentangan; (3) Perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat sebagai akibat modernisasi, industrialisasi, dan urbanisasi.
Menurut Gunawan (2000:48), dalam proses sosialisasi bisa terjadi kendala atau hambatan, hal ini karena:
1.    Terjadinya kesulitan komunikasi. Kesulitan komunikasi terjadi karena yang berkomunikasi adalah manusia dengan segala perbedaannya. Djamarah (2004:63) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi dalam keluarga yaitu: citra diri dan citra orang lain, suasana psikologis, lingkungan fisik, kepemimpinan, bahasa, dan perbedaan usia. Citra diri yaitu ketika orang berhubungan dan berkomunikasi dengan orang lain, dia merasa dirinya sebagai apa dan bagaimana. Suasana psikologis mempengaruhi komunikasi, komunikasi sulit berlangsung jika seseorang dalam keadaan marah, kecewa, bingung, diliputi prasangka, dan suasana psikologis lainnya. Lingkungan fisik juga mempengaruhi komunikasi, karena komunikasi dapat berlangsung di mana saja dan kapan saja dengan gaya dan cara yang berbeda. Selain itu cara kepemimpinan (otoriter, demokratis, laissez faire), penggunaan bahasa, dan perbedaan usia juga mempengaruhi proses komunikasi;
2.    Adanya pola kelakuan yang berbeda-beda atau bertentangan. Pola kelakuan berbeda-beda atau bertentangan yang diperoleh anak dapat mempengaruhi proses sosialisasi. Anak akan merasa bingung dengan perbedaan tersebut. Pendapat para ahli di atas pada dasarnya sama, yaitu menyatakan bahwa kendala dalam proses sosialisasi meliputi adanya kesulitan komunikasi, pola kelakuan yang berbeda, dan akibat perubahan dalam masyarakat. Proses sosialisasi selain memiliki kendala juga memiliki pendukung. Gunawan (2000:49) menyatakan bahwa sosialisasi yang sukses bila disertai dengan toleransi yang tulus, disiplin dan patuh terhadap norma-norma masyarakat, hormat-menghormati, dan harga-menghargai.Dengan pendukung tersebut, proses sosialisasi dapat berjalan dengan baik.

E.        Media Sosialisasi
Sosialisasi dapat terjadi melalui interaksi sosial secara langsung ataupun tidak langsung. Proses sosialisasi dapat berlangsung melalui kelompok sosial, seperti keluarga, teman sepermainan dan sekolah, lingkungan kerja, maupun media massa. Adapun media yang dapat menjadi ajang sosialisasi adalah keluarga, sekolah, teman bermain media massa dan lingkungan kerja.
1.         Keluarga. Pertama-tama yang dikenal oleh anak-anak adalah ibunya, bapaknya dan saudara-saudaranya. Kebijaksanaan orangtua yang baik dalam proses sosialisasi anak, antara lain; (a) Berusaha dekat dengan anak-anaknya; (b) Mengawasi dan mengendalikan secara wajar agar anak tidak merasa tertekan; (c) Mendorong agar anak mampu membedakan benar dan salah, baik dan buruk; (d) Memberikan keteladanan yang baik; (e) Menasihati anak-anak jika melakukan kesalahan-kesalahan dan tidak menjatuhkan hukuman di luar batas kejawaran; (f) Menanamkan nilai-nilai religi baik dengan mempelajari agama maupun menerapkan ibadah dalam keluarga.
2.         Sekolah. Pendidikan di sekolah merupakan wahana sosialisasi sekunder dan merupakan tempat berlangsungnya proses sosialisasi secara formal. Robert Dreeben berpendapat bahwa yang dipelajari seorang anak di sekolah tidak hanya membaca, menulis, dan berhitung saja namun juga mengenai kemandirian (independence), prestasi (achievement), universalisme (universal) dan kekhasan/spesifitas (specifity).
3.         Teman bermain (kelompok bermain). Kelompok bermain mempunyai pengaruh besar dan berperan kuat dalam pembentukan kepribadian anak. Dalam kelompok bermain anak akan belajar bersosialisasi dengan teman sebayanya. Puncak pengaruh teman bermain adalah masa remaja.Para remaja berusaha untuk melaksanakan nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku bagi kelompoknya itu berbeda dengan nilai yang berlaku pada keluarganya, sehingga timbul konflik antara anak dengan anggota keluarganya. Hal ini terjadi apabila para remaja lebih taat kepada nilai dan norma kelompoknya.
4.    Media Massa. Media massa seperti media cetak, (surat kabar, majalah, tabloid) maupun media elektronik (televisi, radio, film dan video). Besarnya pengaruh media massa sangat tergantung pada kualitas dan frekuensi pesan yang disampaikan. Contoh: (a) Adegan-adegan yang berbau pornografi telah mengikis moralitas dan meningkatkan pelanggaran susila di dalam masyarakat; (b) Penayangan berita-berita peperangan, film-film, dengan adegan kekerasan atau sadisme diyakini telah banyak memicu peningkatan perilaku agresif pada anak-anak yang menonton; (c) Iklan produk-produk tertentu telah meningkatkan pola konsumsi atau bahkan gaya hidup masyarakat pada umumnya.
Lingkungan kerja. Lingkungan kerja merupakan media sosialisasi yang terakhir cukup kuat, dan efektif mempengaruhi pembentukan kepribadian seseorang. (a) Lingkungan kerja dalam panti asuhan. Orang yang bekerja di lingkungan panti asuhan lama kelamaan terbentuk kepribadian dengan tipe memiliki rasa kemanusiaan yang tinggi, sabar dan penuh rasa toleransi; (b) Lingkungan kerja dalam perbankan. Lingkungan ini dapat membuat seseorang menjadi sangat penuh perhitungan terutama terhadap hal-hal yang bersifat material dan uang.
Share this article :

0 komentar:

 
Support : Berbagi | AULIA | Mikaila
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2011. DARIKU UNTUKMU - All Rights Reserved