BAGIAN
VI
KONSEP
DASAR SOSIOLOGI
A. Kompetensi
Dasar
Setelah
mempelajari materi pada bagian VI ini, mahasiswa diharapkan dapat memahami dan
menjelaskan konsep dasar sosiologi dan menerapkannya dalam kehidupan
sehari-hari.
B. Deskripsi
Materi
1.
Pengertian dan Sejarah Lahirnya
Sosiologi
1)
Pengertian Sosiologi
Secara terminologi ‘sosilogi’ berasal dari bahasa Latin dan
Yunani, yakni kata ‘socius’ dan ‘logos’. ‘Socius’ (Yunani) yang berarti ‘kawan’, ‘berkawan’, ataupun
‘bermasyarakat’. Sedangkan ‘logos’
berarti ‘ilmu’ atau bisa juga ‘berbicara tentang sesuatu’. Dengan demikian
secara harfiah istilah “sosiologi”
dapat diartikan ilmu tentang masyarakat (Spencer dan Inkeles, 1982:4). Oleh
karena itu sosiologi sebagai disiplin ilmu yang mengkaji tentang masyarakat
maka cakupannya sangat luas, dan cukup sulit untuk merumuskan suatu definisi
yang mengemukakan keseluruhan pengertian, sifat dan hakikat yang dimaksud dalam beberapa kata dan kalimat.
Dengan kata lain suatu definisi hanya dapat dipakai sebagai suatu
pegangan sementara saja. Untuk sekedar pegangan sementara tersebut, di bawah
ini diberikan beberapa definisi sosiologi, sebagai berikut:
Pertama; Pitirim Sorokin (1928: 760-761) mengemukakan
bahwa sosiologi adalah suatu ilmu tentang:
(a) hubungan dan pengaruh timbal-balik antara aneka macam gej alagejala sosial (contoh: antara gejala ekonomi
dengan non-ekonomi seperti agama, gejala keluarga dengan moral, hukum dengan ekonomi, dan sebagainya.
Kedua; William Ogburn dan Meyer F Nimkoff (1959: 12-13)
berpendapat bahwa sosiologi adalah penelitian secara ilmiah
terhadap interaksi sosial dan hasilnya, yaitu organisasi sosial. Ketiga; Roucek dan
Warren (1962: 3) berpendapat bahwa sosiologi adalah ilmu tentang hubungan antara manusia dalam kelompok-kelompoknya. Keempat;
J.A.A. van Doorn dan C.J. Lammers
(1964: 24) mengemukakan bahwa sosiologi ilmu tentang strukturstruktur
dan proses-proses kemasyarakatan yang bersifat stabil.
Kelima; Meta Spencer dan Alex Inkeles (1982: 4) mengemukakan bahwa
sosiologi ilmu tentang kelompok
hidup manusia. Keenam; David Popenoe (1983:107-108) berpendapat bahwa sosiologi adalah ilmu tentang interaksi
manusia dalam masyarakat sebagai suatu
keseluruhan. Ketujuh; Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi (1982: 14) menyatakan
bahwa sosiologi adalah ilmu tentang struktur sosial dan proses-proses sosial, termasuk perubahan-perubahan sosial. Lebih lanjut
dikemukakan bahwa struktur sosial keseluruhan
jalinan abtara unsur-unsur sosial yang pokok yaitu kaidah-kaidah sosial (norma-norma
sosial), lembaga-lembaga sosial, kelompok-kelompok serta lapisan sosial. Sedangkan proses sosial adalah pengaruh
timbal-balik antara pelbagai segi kehidupan bersama, umpamanya pengaruh
timbal-balik antara segi kehidupan ekonomi dengan segi kehidupan politik,
kehidupan hukum dengan agama, dan sebagainya.
Dengan demikian sosiologi dapat didefinisikan sebagai disiplin
ilmu tentang interaksi sosial, kelompok sosial, gejala-gejala sosial,
organisasi sosial, struktur sosial, proses sosial, dan perubahan sosial dalam
kehidupan bermasyarakat.
2) Sejarah Lahirnya
Sosiologi
Tindakan sosial
telah ada sejak manusia itu ada. Namun demikian, baru pada akhir abad 19, manusia
berusaha untuk menyusun sebuah ilmu tentang kehidupan sosial ataupun tindakan
sosial. Hal ini disebabkan karena pada saat inilah manusia mulai mempertanyakan tentang apa yang mendorong
manusia melakukan berbagai bentuk tindakan sosial?, bagaimana kehidupan masyarakat itu dapat berjalan
dalam kehidupan sehari-hari?, bagaimana tindakan kriminal sering terjadi dalam kehidupan bermasyarakat?, bagaimana
seharusnya manusia bertindak dalam bermasyarakat?. Berdasarkan berbagai
pertanyaan tersebut, manusia berusaha mencari jawabannya dengan cara yang lebih sistematis atau yang dianggap lebih ilmiah,
bukan lagi berdasarkan legenda, mitos, ataupun dongeng semata yang tidak
dapat dibuktikan kebenarannya secara ilmiah.
Pada perkembangan selanjutnya, sejumlah ilmuwan
berusaha untuk menemukan suatu sistem pengetahuan yang mampu memverifikasi
tindakan sosial manusia, hubungan antar manusia, dan perilaku sosial budaya manusia melalui kehidupan bermasyarakat. Selain
itu, berbagai penelitian juga dilakukan untuk memperoleh berbagai gambaran yang
lebih jelas mengenai kehidupan di dalam masyarakat yang sangat
dipengaruhi oleh lingkungan sosial, budaya, dan fisik yang terkandung dalam
ilmu Sosiologi.
Dalam kehidupan bermasyarakat, tentu tidak dapat
dipungkiri bahwa berbagai permasalahan sosial sering kali terjadi. Berbagai tingkat
kejahatan, pembunuhan, tindakan asusila, maupun perselisihan pendapat sering
kali terjadi. Sosiologi lahir karena keinginan untuk memahami kehiduan sosial dan cara orang bertindak di dalamnya (Cabin, 2004:
xii). Dalam sejarahnya, sosiologi berusaha untuk menjawab berbagai
pertanyaan, yaitu:
a. Pengetahuan
tentang fenomena-fenomena kolektif. Sosiologi dianggap dapat menjawab perilaku patologis manusia sehingga dapat
mewujudkan harmonisasi dalam masyarakat
b.
Sosiologi bertujuan mendeskripsikan masyarakat dan
fungsinya. Hal ini berangkat dari prinsip
bahwa materi dasar kehidupan manusia adalah tindakan manusia sebagai individu (aktor).
c.
Kepedulian manusia
untuk memahami kehidupan sosial secara ilmiah dan rasional sehingga
sosiologi mampu membuktikan hukum-hukum fungsional dalam masyarakat.
d.
Munculnya kritik
dalam masyarakat untuk mengungkapkan suatu tatanan sosial yang tersembunyi.
Berbagai pertanyaan mendasar itu melahirkan sosiologi
sebagai ilmu pengetahuan. Sosiologi lahir
dari suatu kekacauan yaitu pada masa
transisi ke arah masyarakat baru yang merupakan titik pertemuan antara
tiga peristiwa, penting yaitu:
a.
Revolusi Politik (Revolusi Perancis)
Perubahan
masyarakat yang terjadi selama revolusi politik sangat luar biasa baik bidang ekonomi, politik, dan sosial. Adanya semangat
liberalisme muncul disegala bidang seperti penerapan dalam hukum dan undang-undang. Pembagian masyarakat kedalam
kelas-kelas terttentu perlahan-lahan mulai terhapus dan masyarakat mulai
diberikan hak yang sama dalam hukum.
b.
Revolusi Ekonomi (Revolusi Industri)
Abad 19 merupakan saat terjadinya revolusi industri.
Berkembangnya kapitalisme perdagangan,
mekanisasi proses dalam pabrik, terciptanya unit-unit produksi yang luas, terbentuknya
kelas buruh dan terjadinya urbanisasi merupakan manifestasi dari hirukpikuknya perekonomian. Struktur masyarakat
mengalami perubahan dengan munculnya kelas buruh dan kelas majikan
dengan kelas majikan yang menguasai perekonomian semakin melemahkan kelas buruh sehingga muncul kekuatan-kekuatan buruh
yang bersatu membentuk perserikatan.
c.
Revolusi Intelektual
(Kemenangan rasionalisme, ilmu pengetahuan, dan positvisme).
Auguste Comte yang
mengumumkan datangnya zaman positivisme yaitu sebuah dunia yang didasarkan pada penjelasan ilmiah, yang
tunduk pada pengetahuan tentang tindakan dan percobaan (eksperimental). Bahwa sebuah ilmu harus berdasarkan
observasi empiris dan eksak tentang fenomena-fenomena sosial.
Dari ketiga peristiwa tersebut semua berawal dari
kondisi yang memprihatinkan. Terjadinya
perubahan besar-besaran di tengah-tengah masyarakat yang mempengaruhi kehidupan
ekonomi, sosial dan politik melahirkan suatu pemikiran bagaimana mengatur masyarakat
sehingga tercipta keharmonisan dan keseimbangan masyarakat.
Istilah sosiologi
muncul pertama kali pada tahun 1839 pada keterangan sebuah paragraf dalam pelajaran ke 47 Cours de la Philosophie (Kuliah Filsafat) karya Auguste Comte.
Tetapi sebelumnya Comte sempat menyebut ilmu pengetahuan ini dengan sebutan
fisika sosial tetapi karena istilah ini sudah dipakai oleh Adolphe Quetelet
dalam studi ilmu barunya yaitu tentang
statistik kependudukan maka dengan berat hati Comte harus melepaskan
nama fisika sosial dan merumuskan istilah baru yaitu sosiologi yang berasal
dari bahasa Yunani yaitu socius (masyarakat) dan logos (ilmu).
Dengan harapan bahwa tujuan sosiologi
adalah untuk menemukan hukum-hukum masyarakat dan menerapkan pengetahuan itu
demi kepentingan pemerintahan kota yang baik.
Sosiologi lahir di tempat yang berbeda yaitu
Perancis, Jerman dan Amerika Serikat yang
kemudian melahirkan mazhab-mazhab yang menunjukkan adanya beberapa kemajuan intelektual
yang secara radikal bertentangan. Mazhab Perancis ditandai dengan personalitas
Emile Durkheim melalui pendekatan yang obyektif dengan menggunakan model ilmu pengetahuan alam. Mazhab Jerman, membedakan antara
ilmu pengetahuan alam dengan ilmu pengetahuan kejiwaan, penjelasan, serta
cakupannya. Sedangkan di Amerika terkenal dengan Mazhab Chicago
bertujuan untuk mengintervensi dan membahas permasalahan yang konkret secara empiris
dengan membangun laboratoium, melakukan penelitian sampai mempublikasikan
buku-buku dan majalah.
Dari tempat-tempat lahirnya Sosiologi tersebut
memunculkan banyak tokoh perintis sosiologi
yang kemudian mulai serius menggeluti sosiologi dan melakukan berbagai penelitian
tentang masyarakat dan permasalahan sosial yang terjadi di dalamnya. Para
tokoh sosiologi tersebut mencoba mencari sebuah pemikiran murni tentang sosiologi, karena selama kurun waktu tersebut
sosiologi lebih banyak dipengaruhi oleh ilmu filsafat dan psikologi yang
telah lebih dahulu ada.
2.
Tokoh Sosiologi Klasik
Sebelum lebih jauh membahas tentang fungsi sosiologi
bagi perkembangan masyarakat, terlebih dahulu kita mengenal tentang berbagai
sumbangan pemikiran para tokoh perintis awal sosiologi (klasik) dan pemikiran
tokoh sosiologi setelahnya.
1) Auguste Comte (1798 – 1857)
Tokoh sosiologi yang memiliki banyak julukan sebagai
Bapak Sosiologi, Perintis aliran Positivis. Salah satu sumbangan pemikiran
Aguste Comte adalah tentang hukum kemajuan kebudayaan masyarakat. Dalam hal
ini, Aguste Comte membaginya menjadi tiga zaman yaitu:
1)
Zaman Teologis
Zaman Teologis
yaitu zaman dimana masyarakatnya mempunyai kepercayaan magis, percaya
pada roh, jimat, dunia bergerak menuju alam baka, pemujaan terhadap nenek moyang, hingga pada akhirnya menuju ke sebuah
dunia dimana orang mati mengatur orang hidup. Dalam hal ini kehidupan
masyarakat sangat dipengaruhi oleh adanya sebuah kepercayaan terhadap sesuatu
yang bersifat mistis.
2)
Zaman Metafisika
Zaman metafisika yaitu
suatu masa dimana masyarakat memiliki suatu pemikiran bahwa manusia masih
terbelenggu oleh konsep filosofis yang abstrak dan universal.
3)
Zaman Positivis
Zaman Positivis yaitu
suatu masa dimana segala penjelasan tentang gejala sosial maupun gejala alam
dilakukan dengan tetap mengacu pada deskripsi ilmiah (hukum-hukum ilmiah).
Berdasarkan pemikirannya yang sekaligus
memperkenalkan metode positivis, maka Aguste Comte dianggap sebagai perintis
aliran positivisme. Adapun ciri-ciri metode
positivis Comte yaitu obyek yang dikaji berupa fakta, bermanfaat, dan mengarah
pada kepastian dan kecermatan.
Sumbangan pemikiran Aguste Comte, yang juga penting
adalah pemikirannya tentang agama baru yaitu
agama humanitas yang mendasarkan pada kemanusiaan. Menurut Comte,
intelektualitas yang dibangun manusia harus berdasarkan pada sebuah moralitas.
Menurut Aguste Comte, kesejahteraan, kebahagiaan, dan kemajuan sosial
tergantung perkembangan perasaan altruistik
serta pelaksanaan tugas meningkatkan kemanusiaan sehingga tercipta
masyarakat yang tertib, maju, dan modern dapat terwujud. Tetapi gagasan tentang
agama humanitas ini belum sempat
deklasarasikan oleh Comte sebagai agama baru bagi masyarakat dunia, karena pada
tahun 1957, Comte meninggal dunia.
2)
Karl Marx (1818 – 1883)
Karl Marx lahir
di Jerman pada tahun 1818 dari kalangan keluarga rohaniawan Yahudi. Pada tahun 1814 ia menyelesaikan studinya di
Unversitas Berlin. Dikarenakan pergaulannya lebih banyak dengan orang-orang yang dianggap radikal, maka Karl Marx
mengurungkan niatnya untuk menjadi pengajar di Universitas dan lebih
memilih untuk fokus ke kancah politik.
Sumbangan utama Marx bagi sosiologi terletak pada
teorinya mengenai kelas sosial yang
tertuang dalam tulisannya berjudul The Communist Manifest yang ditulis bersama
Friedrich Engels. Marx berpandangan
bahwa sejarah masyarakat manusia merupakan sejarah perjuangan kelas.
Menurut Marx perkembangan pembagian kerja dalam kapitalisme menumbuhkan dua
kelas yang berbeda yaitu kelas borjuis (majikan) terdiri dari orang-orang yang menguasai alat produksi dan kelas proletar
(buruh) yang tidak memiliki alat produksi dan modal sehingga menjadi kelas yang
dieksploitasi oleh kelas proletar. Menurut Marx, suatu saat kelas
proletar akan menyadari kepentingan bersama dengan melakukan pemberontakan dan menciptakan masyarakat tanpa
kelas. Meskipun ramalan Marx tidak pernah terwujud tetapi pemikiran
tentang stratifikasi dan konflik social tetap berpengaruh terhadap pemikiran
perkembangan sosiologi khususnya terkait dengan kapitalisme.
3.
Pendekatan,
metode, dan tehnik pengumpulan data dalam sosiologi
1)
Pendekatan
Sebagaimana dijelaskan sebelumnya bahwa sosiologi
diawal kelahirannya pada abad ke-19, sehingga banyak dipengaruhi oleh pemikiran-pemikiran yang bersifat positivistik khususnya
bagi pendirinya Auguste Comte. Namun demikian, dalam pendekatannya sosiologi
tidaklah absolut bersifat kuantitatif, melainkan juga dapat menggunakan
pendekatan kualitatif (Soekanto, 1986: 36).
Adapun dalam
pendekatan kuantitatif, sosiologi lebih mengutamakan bahan, keterangan-keterangan dengan angka-angka, sehingga
gejala-gejala yang ditelitinya dapat diukur dengan menggunakan
skala-skala, indeks, tabel-tabel, dan formula-formula yang menggunakan statitistik. Sebagaimana diketahui bahwa sosiologi
bertujuan untuk menelaah gejala-gejala sosial secara matematis, baik itu
melalui teknik sosiometri yang berusaha untuk meneliti masyarakat secara kuantitatif dengan menggunakan skala-skala dan
angka-angka untuk mempelajari
hubungan antar individu dan masyarakat. Adapun dalam pendekatan
kualitatif, sosiologi selalu dikaitkan dengan epistemologi interpretatif dengan
penekanan pada makna-makna yang tekandung di
dalamnya atau yang ada dibalik kenyataan-kenyataan yang teramati dalam
kehidupan sehari-hari.
2)
Metode
Para ahli sosiologi
dalam penelitiannya banyak menggunakan berbagai macam metode penelitian,
antaralain yaitu:
a.
Metode Deskriptif: Metode
ini sering disebut sebagai bagian dari metode empiris yang menekankan pada
kajian masa kini. Secara singkat metode deskriptif ini adalah suatu metode yang berupaya untuk mengungkap
pengejaran/pelacakan pengetahuan. Metode ini dirancang untuk menemukan
apa yang sedang terjadi tentang siapa, di mana, dan kapan. Penelitian ini berdasar pada kehati-hatian dalam
mengumpulkan suatu data/fakta untuk menggambarkan beberapa hal yang
diuraikan, seperti penggolongan, praktek, maupun peristiwa-peristiwa yang tercakup di dalamnya (Popenoe, 1983: 28).
Statistik kejahatan, survei pendapat
umum, tentang angka kejahatan, tanggapan pendengar dan penonton radio dan
televisi, laporan atas kebisaaan dan kejahatan seksual, semuanya ini adalah
contohcontoh tentang studi deskriptif tersebut. Dengan demikian dalam metode
ini juga termasuk metode survey dengan pelibatan jumlah sampel yang begitu banyak
untuk mengungkap dan mengukur sikap
sosial maupun politik seperti yang dirintis George Gallup dalam The Literary Digest (1936). Dalam meode ini pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan
pertanyaan-pertanyaan yang disusun melalui angket (kuesioner) terhadap responden untuk mengukur pendapat / tanggapan
publik sesuatu yang diteliti (Bailey, 1982: 110; Spencer dan Inkeles,
1982: 32) .
b. Metode eksplanatori: Metode ini merupakan bagian dari metode empiris. Popenoe
(1983: 28) menyatakan bahwa seandainya saja dalam studi deskriptif lebih banyak bertanya tentang apa, siapa, kapan, dan di
mana, maka dalam studi eksplanatori lebih banyak menjawab mengapa dan
bagaimana. Oleh karena itu metode ini bersifat menjelaskan atas jawaban dari pertanyaan "mengapa" dan
"bagaimana" itu. Sebagai contoh; mengapa tingkat perceraian di daerah NTB naik secara tajam? Mengapa
masyarakat merasakan bahwa hidup di
kota besar itu tingkat kompetisinya lebih tinggi dibanding dengan di
pinggiran kota? Mengapa di perkotaan mempunyai tingkat kenakalan remaja yang
tinggi, terutama di era pasca gerakan Reformasi seperti saat sekarang ini?
Bagaimana proses perubahan itu terjadi, pada awalnya mereka merupakan anak-anak
yang baik kemudian menjadi anarkis?
c.
Metode historis-komparatif: Metode
ini menekankan analisis pada peristiwa-peristiwa
masa silam untuk dapat merumuskan prinsip-prinsip umum yang kemudian
digabungkan dengan metode komparatif, dengan memfokuskan pada perbandingan
antara berbagai masyarakat beserta
bidang-bidangnya untuk memperoleh perbedaan-perbedaan dan persamaan-persamaan, serta sebab-sebabnya.
Berdasarkan perbedaan dan persamaanpersamaan tersebut dapat dicari
petunjuk-petunjuk perilaku kehidupan masyarakat pada masa silam dan sekarang,
beserta perbedaan tingkat peradaban satu sama sama lainnya.
d.
Metode fun gsionalisme: Metode
ini pada dasarnya bertujuan untuk meneliti kegunaan-kegunan
lembaga-lembaga kemasyarakatan dan struktur sosial dalam masyarakat. Metode ini berpendirian pokok bahwa unsur-unsur
yang membentuk masyarakat mempunyai
hubungan timbal-balik yang saling pengaruh-mempengaruhi, masing-masing mempunyai
fungsi tersendiri terhadap masyarakat (Soekanto, 1986: 38).
e.
Metode studi kasus: Metode
studi kasus ini merupakan suatu metode penyelidikan mendalam dari suatu individu, kelompok, atau institusi untuk menentukan
variabel itu, dan hubungannya di antara variabel, mempengaruhi status
atau perilaku yang saat itu menjadi pokok kajian (Fraenkel dan Wallen, 1993:
548). Ini artinya bahwa dalam penggunaan metode kasus tersebut peneliti harus
mampu mengungkap keunikan-keunikan individu, kelompok maupun institusi yang ditelitinya, terutama dalam menelaah hubungannya
diantara variable-variabel yang mempengaruhi status atu perilaku yang
dikajinya.
f.
Metode survey: Penelitian
survei ini merupakan salah satu bentuk dari penelitian yang umum diterapkan dalam berbagai ilmu-ilmu sosial.
Suatu usaha untuk memperoleh data dari anggota populasi yang relatif besar untuk menentukan keadaan, karakteristik,
pendapat, populasi yang sekarang yang berkenaan dengan satu variabel
atau lebih (Fraenkel dan Wallen, 1993: 557).
3)
Teknik Pen gumpulan Data
Beberapa teknik
pengumpulan data yang banyak digunakan dalam kajian sosiologi, di antaranya
adalah sosiometri, wawancara, observasi, dan observasi partisipan. Untuk
lebih jelasnya mengenai teknik tersebut,
berikut dijelaskan secara lebih rinci:
a.
Sosioometri: Dalam sosiometri berusaha meneliti masyarakat secara
kuantitatif dengan menggunakan skala-skala dan angka-angka untuk
mempelajari hubungan antar manusia dalam suatu masyarakat. Bidang ini merupakan
bidang keahlian psikologi yang mempelajari, mengukur, dan membuat diagram
hubungan sosial yang ada pada kelompok kecil (Horton dan Hunt, 1991: 235).
Sebagai contoh para
maha siswa diberi pertanyaan, seperti: siapa yang yang mereka anggap
sebagai teman yang paling disukai jika jadi pemimpin. Sebagai tanda simpatik
seseorang terhadap orang lain dalam sosiometrik ini dilambangkan dengan garis
lurus yang disertai anak panah. Sedangkan
sebagai tanda siswa yang dibenci dengan simbol garis putusputus yang
disertai anak panah. Dengan demikian akan nampak bahwa siswa A merupakan siswa yang disenagi rekan-rekannya, sedangkan siswa
B merupakan siswa yang paling dibenci di kelompok/kelas itu. Untuk lebih
jelasnya contoh tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
b.
Wawancara; atau (interview) adalah situasi peran antar
pribadi bertemu muka (face to-face),
ketika seseorang, yakni pewawancara mengajukan
pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk memperoleh jawaban
yang relevan dengan masalah penelitian, kepada seseorang yang diwawancarai atau
responden (Supardan, 2004: 159). Wawancara ini bisa digunakan untuk penelitian
kuantitatif maupun kualitatif. Selain itu juga jenis wawancara ini bisa the general interview (wawancara
umum) yang sifat pertanyaannya umum dan terbuka, dan bisa juga jenis wawancara berstruktur atau
terarah dengan mengajukan pertanyaanpertanyaan sudah sedemikian
rupa terarah sebelumnya secara cermat.
c.
Observasi:
Observasi merupakan dasar dari semua ilmu pengetahuan, sebab para ilmuwan baru dapat bekerja hanya jika ada data
maupun fakta yang diperoleh melalui observasi
(Nasution, 1996: 56). Secara singkat pengertian observasi adalah pengamatan
yang diperoleh secara langsung dan teratur untuk memperoleh data
penelitian.
d.
Observasi
partisipan : Adalah bentuk
pengamatan yang menyeluruh dari semua jenis metode/stategi
(Patton, 1980). Dalam hal ini peneliti turut serta dalam berbagai peristiwa dan
kegiatan sesuai dengan yang dilakukan oleh subek penelitian, misalnya turut
dalam upacara, turut bekerja di sawah, turut berbaris menunggu bis atau
giliran, menjadi pelayan restoran, kuli, dan
sebagainya. Hal ini dimaksudkan agar ia merasakan dan mengalami situasi-situasi
tertentu agar dirasakan secara pribadi.
4.
Kegunaan Sosiologi
Sebagaimana telah
dijelaskan sebelumnya bahwa dalam kajian sosiologi banyak menelaah tentang fenomena-fenomena yang ada di masyarakat, seperti;
norma-norma, kelompok-kelompok sosial, stratifikasi dalam masyarakat,
lembaga-lembaga kemasyarakatan, proses-proses sosial, perubahan sosial,
kebudayaan dan lain sebagainya. Dalam realitas kehidupan sehari-hari, kondisi
ideal yang diharapkan masyarakat itu tidaklah sepenuhnya berjalan
normal, dalam arti bahwa bayak fenomena abnormal terjadi secara patologis, yang
dapat disebabkan oleh tidak berfungsinya unsur-unsur yang ada pada masyarakat
tersebut. Berbagai fenomena kekecewaan dan penderitaan
masyarakat tersebut dinamakan problema-problema sosial yang berhubungan erat
dengan nilai-nilai sosial. Dengan demikian kegunaan sosiologi secara praktis
dapat berfungsi untuk mengetahui, mengidentifikasi, dan mengatasi
problema-problema sosial (Soekanto, 1986: 339-340).
Adapun beberapa
problema sosial yang terjadi di masyarakat tersebut, dapat dilihat fokus
kajiannya secara makro yang dibedakan berdasarkan bidang-bidang keilmuannya.
Sebagai contoh problema-problema yang berasal dari faktor ekonomi seperti;
kemiskinan dan pengangguran. Problema sosial yang disebabkan oleh faktor
kesehatan, misalnya; terjangkitnya penyakit menular, rendahnya angka harapan
hidup, serta tingginya angka kematian. Problema sosial yang disebabkan oleh
faktor psikologis seperti meningkatnya fenomena neurosis (sakit syaraf/kejiwaan),
serta tingginya penderita stress. Selain itu, terdapat juga berbagai problema
sosial yang disebabkan oleh faktor kehidupan politik, seperti; tertutupnya
aspirasi politik massa, meningkatnya sistem
pemerintahan yang otoriter, tidak berfungsinya lembaga-lembaga tinggi negara
(legislatif, eksekutif, dan yudikatif). Adapun problem sosial yang disebabkan oleh faktor hokum seperti: meningkatnya angka
kejahatan, korupsi, perkelahian, perkosaan,
delinkuensi remaja, dan berbagai bentuk tindakan kriminal linnya.
Adapun dari sisi fokus kajian mikro, sosiologi
berfungsi untuk memberikan informasi dalam mengatasi masalah-masalah keluarga,
seperti disorganisasi keluarga. Mengenai
disorganisasi keluarga ini dikemukakan oleh Goode (1964; 391), yaitu sebagai perpecahan
dalam keluarga sebagai suatu unit. Perpecahan tersebut disebabkan oleh adanya
kegagalan anggota-anggota keluarganya dalam
memenuhi tugas dan kewajiban-kewajibannya yang sesuai dengan peran sosialnya. Berbagai
bentuk disorganisasi keluarga ini dapat berupa; unit keluarga yang tidak lengkap, perceraian atau
putusnya perkawinan, adanya krisis keluarga, dan miss komunikasi antar
anggota keluarga.
Evaluasi:
Setelah mempelajari materi konsep dasar sosiologi ini,
coba kalian jawab beberapa pertanyaan berikut ini:
1)
Jelaskan apa itu ilmu sosiologi
2)
Jelaskan latarbelakang munculnya ilmu sosiologi
3)
Jelaskan bagaimana pentingnya mempelajari ilmu
sosiologi dalam kehidupan sehari-hari
4) Berikan contoh penerapan sosiologi dalam kehidupan
sehari-hari berdasarkan pengalaman kalian masing-masing!
0 komentar:
Posting Komentar