BAB VI
KONSEP BUDAYA BELAJAR
A. Pengertian Budaya Belajar
Konsep
budaya belajar bersumber dari konsep budaya, tegasnya kebudayaan diartikan
sebagai keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang digunakan
untuk memahami dan menginterprestasikan pengalaman lingkunagnnya serta menjadi
kerangka landasan bagi menciptakan dan mendorong terwujudnya kelakuan.
Berdasarkan
konsep tersebut, maka budaya belajar juga dipandang sebagai model-model
pengetahuan manusia mengenai belajar yang digunakan oleh individu atau kelompok
social untuk menafsirkan benda, tindakan dan emosi dalam lingkungannya. Cara
pandang budaya belajar sebagai pengetahuan menyiratkan, bahwa budaya belajar
dapat berfungsi sebagai “pola bagi kelakuan manusia” yang menjadikan pola
tersebut berfungsi sebagai blueprint atau pedoman hidup yang dianut secara
bersamaan.. udaya belajar dapat juga dipandang sebagai adaptasi manusia dengan
lingkungannya, baik lingkungan berupa lingkungan fisik maupun lingkungan
social. Adaptasi adalah upaya menyesuaikan dalam arti ganda, yakni manusia
belajar menyesuaikan kehidupan dengan lingkungnya ; atau sebaliknya manusia
juga belajar agar lingkungan yang dihadapi dapat sesuai dengan keinginan dan
tujuan.
Kenyataan
lain menunjukan, bahwa lingkungan dengan segala sumberdaya memiliki
keterbatsan-keterbatsan, namun pada pihak lain kebutuhan manusia dalam rangka memenuhi
syarat dasar hidupnya setiap saat senantiasa mengalami peningkatan.
Implikasinya pada setiap pembelajaran baik individu maupun kelompok akan
memiliki pilihan strategi yang satu sama lain salaing berbeda. Individu atau
kelompok pembelajar dengan pengetahuan belajarnya akan melihat permasalahan
adanya keterbatasan tersebut dengan cara merespon secara aktif. Permasalahan
yang berlangsung dilingkungannya itu akan berusahan untuk diatasi dengan
pembelajaran. Kemampuan budaya belajar individu atau kelompok social
keadaftipanya ditunjukan untuk memecahkan berbagai persoalan yang timbul
dilingkungannya.
B. Sifat-Sifat Budaya Belajar
1.
Budaya Belajar Dimiliki Bersama
Sifat budaya belajar yang
melekat dalam kebudayaan diciptakan oleh kelompok manusia secara bersama.
Kerana terlahir dari potensi yang dimilki manusia, maka budaya belajar kelompok
itu merupakan suatu karya yang dimilki bersama. Bermacam-macam jenis kebudayaan
tergantung dari pengkategorianya. Seorang individu akan menjadi pendukung
budaya belajar yang bersumber dari latar belakang etnis, sekaligus menjadi
pendukung budaya belajar masyarakat yang didiaminya.
2.
Budaya Belajar Cenderung Bertahan
dan Berubah
Karena dimiliki bersama, maka
kebudayaan cenderung akan dipertahankan bersama (masyarakat tertutup/statis).namun
disisi yang lain karena hasil kesepakatan untuk diciptakan dan dimiliki
bersama, maka kebudayaan juga akan dirubah manakala terdapat kesepakatan untuk
melakukannya secara bersamaan (masyarakat terbuka/dinamis). Sifat bertahan dan
berubah saling berjelintangan tergantung dari kesepakatan dan kebutuhan
masyarakat yang bersangkutan. Dalam kenyataannya tidak ada suatu kebudayaan
masyarakat dunia yang selamanya bertahan atau tutup atau selamanya terbuka atau
berubah.
Umumnya budaya belajar capat
atau lambat mengalami perubahan selain pertahanan, namun yang harus dicatat
adalah adanya perbedaan pada level individu atau kelompok sosial dalam lamanya
bertahan atau cepatnya berubah. Pada batas-batas tertentu jenis budaya akan
mencerminkan dalam sifat budaya belajar yang cenderung terbuka ataupun
sebaliknya yaitu cenderung tertutup. Sifat budaya belajar terwujud dalam bentuk
terbuka atau tertutup dipengaruhi oleh materi pembelajaran apa yang dipandang
penting. Materi belajar yang tidak relevan dan dibutuhkan memungkinkan akan
tidak mengembangkan budaya belajar terbuka demikian sebaliknya.
3.
Fungsi Budaya Belajar untuk Pemenuhan
Kebutuhan Manusia
Kebudayaan diciptakan bersama
dan dikembangkan bersama karena dipercayai akan berdaya guna untuk keperluan
dan memenuhi kebutuhan hidupnya, baik secara individu maupun kolektif. Demikian
dengan budaya belajar yang diciptakan dan dikembangkan oleh manusia dengan
maksud sebagai sarana bagi pencapaian tujuan hidupnya. Yakni memenuhi kebutuhan
hidup pada hari dan masa yang akan datang. Ada tiga dasar kebutuhan yang
harus dipenuhi oleh manusia dengan budaya belajarnya, yakni
:(a) Syarat dasar
alamiah yakni syarat pemenuhan kebutuhan biologis; (b)
Syarat kejiwaan atau psikologis yakni syarat kebutuhan untuk sehat secara
kejiwaan; (c) Kebutuhan dasar sosial yakni
kebutuhan untuk berhubungan dan berkomunikasi dengan sesama manusia.
4.
Budaya Belajar Diperoleh Melalui
Proses Belajar
Budaya belajar bukanlah sesuatu
yang diturunkan secara genetik yang bersifat herediter, melainkan dihasilkan
melalui proses belajar oleh individu kelompok sosial dilingkunganya. budaya
belajar adalah produk ciptaan manusia yang bersifat khas yang dibentuk melalui
lingkungan budaya.
Faktor yang menentukan dalam
mempelajari kebudayaan belajar adalah lewat komunikasi dengan simbol bahasa.
Bagaimanpun sederhanannya suatu kebudayaan masyarakat, individu atau kelompok
sosial pendukungnya masih bisa berkomunikasi dengan bahasa ciptaannya. Semakin
maju suatu budaya belajar, maka struktur komunikasi berbahasa memperlihatkan
kompleksitasnya. Dalam budaya belajar, peranan bahsa menjadi alat yang
kehadirannya sangat diperlukan dalam pewarisa budaya.
C. Perwujudan Budaya Belajar
Wujud
budaya belajar dalam kehidupan dapat dilihat pada dua kategori bentuk. Pertama,
perwujudan budaya belajar yang bersifat abstrak dan kedua perwujudan budaya
yang bersifat kongkrit. Perwujudan budaya yang bersifat abstrak adalah
konsekuensi dari cara pandang budaya belajar sebagai sistem pengetahuan yang
diyakini oleh individu atau kelompok sesial sebagai pedoman dalam belajar.
Perwujudan budaya belajar yang abstark berada dalam sistem gagasan atau ide
yang bersifat abstrak akan tetapi beroperasi. Perwujudan budaya belajar yang
diperlihatkan secara konkrit berupa: (a) dalam prilaku belajar; (b) dalam
ungkapan bahasa dalam belajar; dan (c) hasil belajar berupa material.
Budaya belajar dalam bentuk
prilaku tampak dalam interaksi sosial. Perilaku belajar individu atau kelompok
yang berlatar belakang status sosial tertentu mencerminkan pola budaya
belajarnya.Perwujudan perilaku belajar individu atau kelompok sosial dapat juga
dilihat dari kondisi resmi dan tidak resmi juga. Perbedaan dalam kondisi
mencerminkan adanya nilai, norma dan aturan yang berbeda.
Bahasa
adalah salah satu perwujudan budaya belajar secara kongkrit pada individu atau
kelompok sosial. Kekurangan dalam menggunakan bahasa sedikit banyak akan
menghambat percepatan dalam merealisasikan dan mengembangkan budaya belajar.
Penguasaan bahasa ilmu pengetahuan dari berbagai bangsa lain memungkinkan akan
memperkuat dan mengembangkan budaya belajar seseorang atau kelompok sosial.
Hasil belajar berupa material menjadikan perwujudan konkret dari sistem budaya
belajar individu atau kelompok sosial. Hasil belajar tidak saja berbentuk benda
melainkan keterampilan yang mengarahkan pada keterampilan hidup (life skill).
D. Substansi Budaya Belajar
Sebagaimana
kebudayaan, maka budaya belajar juga memiliki substansi yang senatiasa melekat
pada kehidupan masyarakat. Substansi budaya belajar dikategorikan dalam tiga
bagian penting, yakni: a) sistem pengetahuan budaya belajar; b) sistem nilai
budaya belajar dan sistem etos budaya belajar dan ; c) sistem pandangan hidup
mengenai budaya belajar. Sistem pengetahuan budaya belajar yang dimilki manusia
merupakan hasil akumulasi perolehan pembelajaran sepanjang hidupnya
dilingkungannya, baik dalam lingkungan sosial maupun lingkungan alam. Pengetahuan
budaya belajar melalui lingkungan tersebut sebagai bentuk penyesuaian diri
dengan kenyataan-kenyataan hidup. Manusia dangan pengetahuannya belajar untuk
menyesuaikan diri dengan lingkungan dan tetap bisa hidup dalam kondisi apapun.
Ada
tiga cara manusia mendapatkan pengetahuan belajarnya yang diperoleh dari
penyesuaian diri dengan lingkungannya, yakni: a) melalui serangkaian pengalaman
hidupnya tentang kehidupan yang dirasakan, baik pengalaman dalam lingkungan
alam ataupun sosial. Pengalam individu atau kelompok sosial menjadi pedoman
dalam pengetahauan pembelajaran yang penting. b) melalui berbagai pengajaran
yang diperolehnya baik melalui pembelajaran dirumah, masyarakat maupun
pendidikan di sekolah. c) pengetahuan juga diperoleh melalui petunjuk-petunjuk
yang bersifat simbolik yang sering juga disebut sebagai komunikasi simbolik.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi besarnya kepentingan nilai belajar adalah pengalaman dan
orientasi budaya dimasa depan. Nilai budaya belajar juga akan berkaitan dengan
jenis materi belajar apa yang dipandang penting oleh suatu masyarakat. Dengan
demikian dapatlah disimpulkan, sebagaimana sistem pengetahuan budaya belajar,
maka dalam nilai budaya belajar juga mengalami perkembangan. Perkembangan
tersebut mengikuti pola perubahan sosial budayanya.pandangan hidup budaya
belajar terbentuk atas dasar sistem pengetahuan, nilai dan etos budaya belajar
yang dianut oleh masyarakat setempat. Sistem pengetahuan belajar yang diperoleh
dari lingkungan masyarakat dioperasikan dalam bentuk sistem berfikir mengenai
pengkategorian.
E. Bidang Materi Budaya Belajar
Mengingat
budaya belajar berlangsung dalam kehidupan, maka yang menjadi garapan atau
materi pembelajaran adalah seluruh bidang kehidupan manusia. Para ahli budaya
sepakat untuk menerapkan bidang-bidang kehidupan manusia yang senantiasa
dibutuhkan dalam kehidupan di masyarakat yakni:
1.
Materi
belajar sistem kepercayaan dan religi. Lima komponen yang dimasukan dalam materi belajar
sistem kepercayaan dan religi, yakni: Emosi Keagamaan, Sistem keyakinan, Sistem
ritus/ritual dan upacara keagamaan, Pelaksanaan ritus/ritual menggunakan tempat
yang khusus, Ummat beragama.
2.
Materi
belajar sistem Organisasi Sosial. Sebagai
makhluk sosial, manusia senantiasa hidup secara kelompok. Sikap hidup untuk
berkelompok bukan karena insting semata melainkan atas dasar kebutuhan bersama.
Mereka memandang hidup berkelompok jauh lebih menguntungkan dibandingkan hidup
menyendiri. Terdapat dua submateri yang dijadikan bahan mengenai kehidupan
sosial berikut organisasinya, yakni a) organisasi simbiotik, yakni organisasi
yang semata-mata terbentuk atas tingkah laku fifik yang bersifat otomatis dan
organisasi sosial, yang berbentuk atas dasar komunikasi dengan menggunakan
sistem lambang. Materi organisasi sosial mempunyai dua aspek penting untuk
diajarkan yakni asfek fungsi dan aspek stuktur.berkenaan dengan fungsi suatu
organisasi dalam kehidupan dilakukan dengan bermacam materi berikut dengan
tingkat kesulitan.dalam pencapain ketertiban diperlakukan sejumlah syarat yang
harus di penuhi,diantaranya: (a) memiliki aturan yang baku dan aturan tersebut
diterima oleh semua anggota kelompok; (b)adanya kekuasaan yang dapat memaksakan
individu untuk mematuhi aturan yang ada; (c)adanya koordinasi antarlapisan
masyarakat (lapisan bawah,menegah dan lapisan atas); (d) antara lapisan
masyarakat itu berkerja di berbagai bidang kehidupan dapat terjalin dengan harmoni
dan saling memberi kepuasan antarpihak;(e)dari keseluruhan bidang harus
membentuk mekanisme atau pola yang dijadikan pedoman dalam bertingkah laku.
3.
Materi
belajar sistem mata pencaharian hidup. Materi pembelajaran mengenai sistem mata
pencaharian hidup adalah materi yang paling mendapat tekanan dari masyarakat
manapun. Setiap kelompok masyarakat memilki sistem ekonomi yang bersumber dari
lingkungannya. Pembelajaran sistem mata pencaharian hidup atau ekonomi
berlangsung oleh seluruh anggota masyarakat, baik anak-anak maupun oang dewasa.
Perbedaannya terletak pada kompleksitas materi dan cara-cara belajar.
Dalam pengkajian perekonomian
setidaknya memerlukan tiga aspek, yakni : a) ekonomi sektor produksi; b)
ekonomi sektor distribusi dan c) ekonomi sektor konsumsi. Dalam kaitan dengan
materi pembelajaran bidang ekonomi perlu memperhatikan jenis mata pencaharian
yang dijadikan bidang kehidupannya.
4.
Materi
belajar sistem peralatan dan teknologi. Materi sitem peralatan dan
teknologi adalah salah satu unsur kehidupan manusia yang berperan untuk
mengembangkan suatu masyarakat. Teknologi dipandang sebagai ilmu tentang
sejumlah teknik yang diciptakan masyarakat untuk mempermudah dan meningkatkan
kualitas kehidupan suatu masyarakat. Pada prinsipnya teknologi ditemukan
manusia karena terdesaknya kebutuhan dalam pekerjaanya. Sebagaiman diketahui
bahwa manusia itu sangatlah terbatas energi dan kemampuan fisiknya, karean itu
mesti ada sesuatu yang bisa membangtu memudahkan, memperlancar dan meningkatkan
jumlah pekerjaan. Bilamana teknologi dasar sudah ditemukan, maka masyarakat
berusaha untuk menemukan teknologi yang lebih manju lagi. Dengan teknologi
secara perlahan tetapi pasti telah mendorong budaya belajar yang baru, karena
pembelajaran menjadi lebih dengan bantuan teknologi.
5.
Materi
belajar sistem bahasa.
Salah satu materi budaya belajar yang bersifat khas adalah bahasa. Bahasa
dipandang menjadi pangkal terwujudnya suatu kebudayaan. Materi pengetahuan
belajar dilakukan dengan menggunakan simbol bahasa ternyata banyak keuntungan
karena bersifat efektif dan efisien dalam menyampaikan makna. Bahasa tidak
hanya diartikan sekedar suara (bahasa lisan), melainkan juga dengan tulisan
(bahasa tulisan). Bahkan bahasa gerak (bahasa isyarat). Setiap masyarakat atau
kelompok masyarakat memilki bahasa tersendiri yang didalamnya mengandung
pengetahuan budaya yang dipelajari antar generasi.
6.
Materi
belajar sistem kesenian. Setiap
masyarakat menciptakan dan mengembangkan berbagai jenis kesenian. Kesenian
adalah unsur budaya yang berusia tua. Sebagai materi pembelajaran, kesenian
secara langsung maupun tidak langsung dijalankan budaya belajar. Melihat
citranya yang indah memungkinkan individu atau kelompok sosial mempelajari
kesenian setempat ataupun kelompok lain secara khusus.
F. Transmisi Budaya Belajar
Pewariasan
budaya belajar dapat disamakan dengan istilah “Transmisi kebudayaan”. Yakni
suatu usaha untuk menyampaikan sejumlah pengetahuan atau pengalaman untuk
dijadikan sebagai pegangan dalam meneruskan estafet kebudayaan. Dalam hal ini
tidak ada suatu masyarakat yang tidak melakukan usaha pewarisan budaya. Usaha
pewarisan ini bukan sekedar menyampaikan atau memberikan suatu yang material,
melainkan yang terpenting adalah menyampaikan nilai-nilai yang dianggap terbaik
yang telah menjadi pedoman yang baku dalam masyarakat.
1.
Kepribadian dan budaya belajar.
a.
Kepribadian
yang selaras. Pembahasan
kepribadian pada umumnya membicarakan aspek internal individu, sementara budaya
belajar berkaitan dengan aspek eksternal individu.
b.
Kepribadian
yang menyimpang. Kepribadian
yang selaras di sini adalah kepribadian yang sesuia dengan nilai dan norma yang
berkembang dimasyarakat yang bersangkutan. Seorang individu yang selaras adalah
individu yang menjadikan pendukung kebudayaan yang besangkutan secara penuh
karena jenis kepribadian yang dimilkinya itu terbentuk karena pengaruh
kebudayaan dimana ia tinggal.
2.
Sarana pewarisan budaya belajar.
Pewariasan budaya belajar dapat
disamakan dengan istilah “Transmisi kebudayaan”. Yakni suatu usaha untuk
menyampaikan sejumlah pengetahuan atau pengalaman untuk dijadikan sebagai
pegangan dalam meneruskan estafet kebudayaan. Usaha pewarisan ini bukan sekedar
menyampaikan atau memberikan suatu yang material, melainkan yang terpenting
adalah menyampaikan nilai-nilai yang dianggap terbaik yang telah menjadi
pedoman yang baku dalam masyarakat. Tanpa mempertahankan usaha pewarisan maka
masyarakat akan punah dan dilupakan. Usaha pewarisan budaya dilakukan dengan
sungguh-sungguh dengan cara melibatkan berbagai institusi sosial yang ada, baik
pada lingkungan keluarga, masyarakat, lembaga pendidikan sekolah dan juga media
masa sebagai penyalur informasi.
a.
Lingkungan Pendidikan Keluarga. Dalam lingkungan keluarga
memungkinkan seorang individu atau kelompok melakukan suatu identifikasi
dilingkungannya, dan secara perlahan-lahan diinternalisasikan dalam
kehidupannya. Proses identifikasi dalam keluarga menjadikan seseorang dapat
mengenal keseluruhan anggota keluarganya, baik saudara dekat maupun saudara
jauh. Para orang tua atau kelompok yang sudah mapan dalam tansmisi kebudayaan
berfungsi sebagai nara sumber aktifmelalui tindakan yang bersifat responsif dan
senantiasa mendorong, menjelaskan berbagai kenyataan yang ada dilingkungan
beserta perubahan-perubahan yang berlangsung disekitarnya. Upaya merespon,
mendorong dan menjelaskan itu didasarkan atas pengalaman, pengetahuan, yang
berlaku dilingkungannya sehingga cara-cara melaksanakan pembelajaran itu
senantiasa disesuaikan dengan perwujudan kebudayaannya. Atau dengan kata lain
cara-cara budaya belajar itu tidak lain sebagai hasil adaptasi dirinya dengan
kebudayaan yang dianutnya. Keluarga mempunyai peranan penting karena dalam
keluarga itulah suatu generasi dilahirkan dan dibesarkan. Mereka mendapat
pelajaran pertama kali di lingkungan keluarga, apalagi bagi masyarakat yang
belum mengenal dan menciptakan lingkungan pendidikan formal.
b.
Lingkungan pendidikan masyarakat. Masyarakat sebagai kelompok
manusia yang terbesar yang mempunyai kebiasaan, tradisi, sikap dan perasaan
untuk hidup bersama. Pada prinsipnya suatau masyarakat terwujud apabila di
antara kelompok individu-individu tersebut telah lama melakukan kerja sama
serta hidup bersama setelah menetap. Sistem pewarisan budaya lewat lingkungan
masyarakat berlangsung dalam berbagai pranata sosial, diantaranya pemilahan hak
milik, perkawinan, religi, sitem hukum, sestem kekerabatan dan sistem edukasi.
c.
Lingkungan pendidikan sekolah. Sekolah adalah sarana yang
diciptakan oleh masyarakat yang berfungsi untuk melaksanakan pembelajaran.
Pembelajaran tidak hanya menyampaikan pengetahuan saja yang berupa latihan
untuk kecerdasan, melainkan menghaluskan moral dan menjadikan akhlak yang baik.
Sekolah dalam masyarakat dikategorikan sebagai pendidikan formal. Pendidikan di
sekoah dalam kerangka pewarisan budaya jelas sekali arahnya. Para pendidik yang
bertugas sebagai guru melakukan penyampaian pengetahuan dan interaksi moral itu
berdasarkan rancangan atau program yang disesuaikan dengan sistem pengetahuan
dan nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat. Dan proses pewarisan budaya
disekolah dilakukan secara bertahap, terencana dan terus-menerus.
d.
Lingkungan pendidikan media masa. Media masa adalah suatu bagian
dalam masyarakat yang bertugas menyebarluaskan berita, opini, pengetahuan, dan
sebagainya. Sifat media masa adalah mencari bahan pemberitaan yang aktual
(hangat), menarik perhatian, dan menyangkut kepentingan bersama. Media masa
sebagai media kontrol bagi terjadinya berbagai penyimpangan dari nilai dan
norma dan aturan yang berlaku di masyarakat. Salah satu fungsi media masa yakni
sebagai sarana pendidikan bagi masyarakat. Banyak informasi yang diberitakan
dan memuatnya berbagai pendapat-pendapat mengenai berbagai masalah dilingkungan
masyarakat sacara langsung tidak langsung akan memperluas wawasan para
pembacanya.
G. Proses Perubahan Budaya Belajar
Individu
atau kelompok sosial akan berkesuaian dengan motivasi untuk mengadakan
pembaharuan dalam budaya belajarnya bilamana didukung oleh faktor-faktor
sebagai berikut : a) adanya kesadaran dari para individu akan adanya kelemahan
pola budaya belajar yang selama ini dianunya; b) adanya mutu dan keahlian para
individu yang bersangkutan dalam mendorong terjadinya penemuan budaya belajar
yang baru; c) adanya sistem perangsang dalam masyarakat yang mendorong adanya
mutu budaya belajar dalam bentuk penghargaan khalayak mengenai temuannya, dan
d) adanya suasana krisis yang berlangsung dalam masyarakat bersangkutan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
terjadinya perubahan, temasuk perubahan dalam budaya belajar adalah :
1.
Faktor waktu dalam perubahan
budaya belajar.
2.
Perubahan
budaya belajar yang disebabkan oleh faktor waktu disebut juga perubahan budaya
belajar yang alamiah. Perubahan budaya belajar dalam konteks ini berjalan
sejalan dengan perkembangan individu atau kelompok sosial, misalnya perubahan
budaya belajar anak-anak, memudian budaya belajar usia remaja, budaya belajar
manusia dewasa.
3.
Faktor kontak budaya dalam
perubahan budaya belajar
Kontak budaya merupakan
perubahan budaya belajar yang tidak alamiah. Kontak budaya dalam perubahan
budaya berlangsung dalam proses peniruan, atau pengambilan suatu unsur budaya
luar untuk kehidupan dijadikan kepentingan pemenuhan kebutuhan bagi suatu
masyarakat.
4.
Faktor kecepatan dalam perubahan
budaya belajar
Kecepatan perubahan budaya
menjadi prinsip dasar dalam perubahan budaya belajar. Kenyataanya setiap
individu atau kelompok sosial memilki tingkat perubahan budaya sebagai sesuatu
yang tidak bisa dipungkiri.
H. Akulturasi Budaya Belajar
Akulturasi
timbul sebagai akibat adanya kontak langsung dan terus-menerus antara
kelompok-kelompok manusia yang mempunyai kebudayaan yang berbeda-beda, sehingga
menimbulkan adanya suatu perubahan kebudayaan yang asli dari kedua masyarakat
bersangkutan. Akulturasi budaya belajar
dapat terwujud melalui kontak budaya yang bentuknya bermacam-macam antara lain
: pertama, kontak budaya belajar bisa terjadi antara seluruh anggota masyarakat
atau sebagian saja, bahkan individu-individu dari dua masyarakat. Kedua, kontak
budaya belajar berjalan melalui perdamaian diantara kedua kelompok masyarakat
yang bersahabat, maupun melalui cara permusuhan antar kelompok. Ketiga, kontak
budaya belajar timbul diantara masyarakat yang mempunyai kekuasaan, baik dalam
politik maupun ekonomi.
I. Asimilasi Budaya Belajar
Asimilasi
budaya pada dasarnya proses saling mempelari pola budaya belajar antar individu
dan kelompok sehingga dapat mengembangkan budaya belajar masing-masing. Karrean
berkaitan dengan perubahan, maka awalnya melakukan identifikasi pola budaya
belajar diantara yang sedang berasimilasi untuk kemudian dilanjutkan bersama-sama
dalam bentuk perumusan dan tindakan budaya belajar secara konkrit.
Proses
asimilasi budaya belajar dapat berjalan dengan cepat ataupun lambat bergantung
kepada beberapa faktor, yakni : a) Adanya toleransi yang memadai antara dua
individu atau kelompok masyarakat yang memilki perbedaan-perbedaan; b) Adanya
faktor ekonomi yang menjadi kemungkinan akan memperlancar atau memperlambat
jalannya asimilasi budaya belajar; c) Adanya faktor kesan yang baik atau rasa
simpatik pada saat mengadakan kontak budaya belajar pada awalnya; d) Adanya
faktor perkawinan campuran menjadi faktor yang kuat untuk terwujudnya suatu
asimilasi budaya belajar.
J. Inovasi Budaya Belajar
Individu
atau masyarakat akan berkesesuaian derngan motivasi untuk mengadakan
pembaharuan dalam budaya belajarnya bilamana didukung oleh faktor-faktor
berikut : a) adanya kesadaran dari para individu akan adanya kelemahan pola
budaya belajar yang selama ini dianutnya. b) adanya mutu dan keahlian para
individu yang bersangkutan dalam mendorong terjadinya penemuan budaya belajar
yang baru. c) adanya sistem perangsang dalam masyarakat yangt mendorong adanya
mutu budaya belajar dalam bentuk penghargaan khalayak menenai temuannya. Dan d)
adanya suasana krisis yang berlangsung dalam masyarakat bersangkutan.
Suatu
perubahan budaya belajar akan diterima suatu masyarakat apabila memenuhi
syarat-syarat : pertama, masyarakat bersangkutan harus merasa butuh dengan
perubahan budaya belajar yang diawali adanya kesadaran bersama bahwa budaya
belajar yang saat ini berlangsung sudah tidak cocok lagi digunakan dalam
kehidupan. Kedua, perubahan budaya belajar yang ditemukan harus dapat dipahami
dan dikuasai oleh anggota masyarakat lainnya. Ketiga, penemuan budaya belajar
harus bissa diajarkan pada masyarakat. Keempat, penemuan budaya belajar harus
menggambarkan keuntungan masyarakat pada masa yang akan datang. Kelima,
perubahan tersebut harus tidak merusak prestise pribadi atau pribadi atau
golongan.
K. Difusi Budaya Belajar
Difusi
budaya belajar dipandang sebagai proses penyebaran dari satu budaya belajar
individu ke individu yang lainnya atau inta-masyarakat atau dari masyarakat ke
masyarakat lainya atau difusi inter-masyarakat. Proses peniruan budaya belajar
disebut imitasi. Proses imitasi budaya belajar tidak selalu dipandang negatif,
karena pada prisipnya individu atau kelompok sosial itu tengah melakukan
identifikasi budaya belajar baru. gejala peniruan ini berbentuk trial and error
artinya mencoba-coba, bisa benar atau juga salah. Kalau kebetulan benar, maka
budaya belajar baru akan terus digunakan dalam kehidupan mereka dan digunakan
untuk mengganti budaya belajar sebelumnya.
L. Dampak Perubahan Budaya Belajar
Dampak
perubahan budaya belajar dalam kehidupan dapatlah kita amati dalam kejadian
sehari-hari dilingkungan kita. Kita ketahui bersama bahwa pembangunana nasional
yang sedang dilaksanakan ini pada dasarnya adalah proses perubahan dari luar.
Perubahan melalui pembangunan berkonsekuensi pada perubahan pada pola duni
belajarnya. setiap individu atau kelompok masyarakat mengiterprestasikan
sulinya kehidupan dan semakin ketatnya persaingan yang menjadi individu atau
kelompok sosial mengubah pola budaya belajar dalam kehidupannya.
Respon
perubahan budaya belajar pada suatu masyarakat dengan tingkat kebudayaannya
memilki cara yang berbeda dalam menanggapi perubahan. Cara tersebut didasarkan
pada perbedaan dalam latar belakang karakter budaya masing-masing berikut
dengan ciri khasnya. Sebagai mana dipahami, latar belakang budaya yang diartikan
sebagai model pengetahuan, pada dasarnya difungsikan untuk
meng-interprestasikan pengalaman dan lingkungan nya serta yang mendorong
terwujudnya suatu kelakuan.
Penetrasi
budaya belajar adalah penyebab budaya belajar individu atau kelompok sosial
dapat berubah yang disebakan oleh kontak dengan dunia luar. Penetrasi budaya
adalah proses penerimaan suatu unsur kebudayaan dari luar. Unsur yang datang
dari luar secara perlahan ikut menyertai atau membonceng dalam suatu saluran
yang dianggap sebagai saluran umum, kemudian secara perlahan unsur tersebut
masuk dan mengubah budaya belajar atau sebagian budaya belajar yang hidup dalam
suatu masyarakat.
0 komentar:
Posting Komentar