BAB
VII
KEBUDAYAAN
DAN PENDIDIKAN
A.
Pendidikan
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya dan masyarakat.
Pendidikan meliputi pengajaran keahlian khusus, dan juga sesuatu yang tidak
dapat dilihat tetapi lebih mendalam yaitu pemberian pengetahuan, pertimbangan
dan kebijaksanaan. Salah satu dasar utama pendidikan adalah untuk mengajar
kebudayaan melewati generasi.
B.
Teori
Kebudayaan
Kebudayaan Indonesia walau beraneka ragam, namun pada dasarnya terbentuk
dan dipengaruhi oleh kebudayaan besar lainnya seperti kebudayaan Tionghoa,
kebudayaan India dan kebudayaan Arab.
Pengertian Kebudayaaan menurut beberapa ahli :
1.
Melville J. Herkovits
memandang kebudayaan sebagai suatu yang superorganic karena dapat diwariskan
secara turun temurun dari generasi ke generasi dan tetap hidup walaupun anggota
masyarakat senantiasa berganti.
2.
Edward B. Taylor
melihat kebudayaan sebagai hal yang kompleks yang mencakup pengetahuan,
kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adatistiadat, kemampuan, kebiasaan, atau
semua hal yang dimiliki manusia sebagai anggota masyarakat.
3.
Ralph Linton
mengemukakan bahwa kebudayaan adalah keseluruhan dari pengetahuan dan sikap
serta pola perilaku yang merupakan kebiasaan yang dimiliki dan diwariskan oleh
anggota suatu masyarakat tertentu.
4.
Koentjaraningrat
merumuskan kebudayaan sebagai keseluruhan system gagasan,tindakan,hasil karya
manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri dengan
belajar.
5.
Selo Soemardjan dan Soelaeman
Soemardi merumuskan kebudayaan sebagai semua hasil karya rasa dan
cipta masyarakat.
6. Ki Hajar Dewantara merumuskan kebudayaan adalah buah budi manusia yang
merupakan hasil perjuangan terhadap 2 pengaruh yang kuat, yaitu alam dan zaman yang merupakan kebutuhan hidup manusia untuk mengatasi
tantangan hidup dan kehidupan guna mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang
bersifat tertib dan damai.
Berdasarkan wujudnya kebudayaan dibagi menjadi dua yaitu
1.
Kebudayaan yang bersifat abstrak.
Kebudayaan ini terletak pada pikiran manusia sehingga tidak dapat diraba
atau difoto. Contoh kebudayaan yang bersifat abstrak adalah
ide,gagasan,peraturan dsb.
2.
Kebudayaan yang bersifat kongkret
Wujudnya berpola tindakan atau perbuatan di dalam masyarakat yang dapat
diamati dna diraba serta dilihat. Contohnya bahasa,materi dan perilaku. Menurut Koentjaraningrat wujud kebudayaan
adalah:
• Artefacs, atau benda benda fisik
• System tingkah laku ;
• System gagasan;dan
• System gagasan yang ideologis.
Fungsi Kebudayaan
1.
Hasil karya manusia melahirkan kebudayaan dan teknologi.
Teknologi mempunyai dua kegunaan yakni melindungi manusia dr ancaman
lingkungannya dan membrikan kemungkinan masyarakat untuk mengolah alam. Contoh
membuat rumah untuk menghindari panas dan dingin.
2.
Karsa masyarakat yang merupakan perwujudan norma dan
nilai nilai social yang dapat mengahsilakan tata tertib. Karsa merupakan daya
dan upaya manusia untuk melindungi diri terhadap kekuatan kekuatan lain yang
ada di dalam masyarakat.
3.
Di dalam kebudayaan terdapat pola pola perilaku yang
merupakan cara masyarakat untuk bertindak dan harus diikuti oleh semua anggota
masyarakat.
Karakteristik kebudayaan
1.
Kebudayaan adalah milik bersama.
Semua unsur berupa ide, pola, gagasan, nilai dijalankan dan dipelihara
bersama oleh anggota masyarakat. Serta dihayati dan dijalankan bersama.
2.
Kebudayaan merupakan hasil belajar.
Semua unsur kebudayaan merupakan hasil belajar dan bukan warisan biologis.
Dengan demikian warusan mereka dapat berbeda dengan masyarakat lainnya.
3.
Kebudayaan didasarkan pada lambang
Aspek simbolis yang terpenting dari gambar kebudayaan
adalah bahasa.
Sifat Kebudayaan
1.
Universal
Masyarakat dan kebudayaan merupakan suatu dwitunggal yang tak dapat
dipisahkan. Hal itu mengakibatkan setiap masyarakat manusia mempunyai
kebudayaan atau dengan lain perkataan, kebudayaan bersifat universal atribut
dari setiap masyarakat di dunia ini. Akan tetapi apabila seseorang dari
masyarakat tertentu berhubungan dengan seseorang yang menjadi anggota
masyarakat yang berlainan, dia akan sadar bahwa adat istiadat kedua masyarakat
tidak sama
2.
Stabil dan Dinamis
Kebudayaan bersifat stabil disamping juga dinamis dan setiap kebudayaan
mengalami perubahan-perubahan yang kontinu. Setiap kebudayaan pasti mengalami
perubahan atau perkembangan perkembangan. Dengan demikian, dalam mempelajari
kebudayaan selalu harus diperhatikan hubungan antara unsure yang stabil dengan
unsur- unsur yang mengalami perubahan.
3.
Penentu nasib seseorang
Kebudayaan mengisi serta menentukan jalannya kehidupan manusia, secara
singkat dapat di terangkan dengan penjelasan bahwa walaupun kebudayaan merupan
atribut manusia. Namun, tak mungkin seseorang mengetahui dan meyakini seluruh
unsur kebudayaannya.
Segi-Segi Pendidikan Sebagai
Gejala Kebudayaan
Yang dimaksud dengan segi-segi atau aspek-aspek
pendidikan adalah arah tujuan atau sasaran yang diperhatikan dan dibina serta
dijadikan pedoman dalam pelaksanaan segala aktivitas yang bersifat pendidikan
yang sesuai dengan pandangan di atas.
Ada 10 segi pendidikan yang urutannya dapat diubah
namun tidak dapat dikurangi untuk sesuai dengan kondisi dan situasi dimana
pelaksanaan pendidikan akan dilaksanakan. Pemisahan salah satu dari kesepuluh
tersebut tidak mungkin dan tidak dibenarkan tetapi hanya dibenarkan perbedaan
dalam penekanan.
1. Pendidikan adalah pembinaan tingkah laku perbuatan. Pendidikan merupakan proses pembinaan tingkah laku
perbuatan agar anak belajar berpikir, berperasaan dan bertindak lebih sempurna
dan baik dari pada sebelumnya. Untuk tujuan tersebut maka pendidikan diarahkan
pada seluruh aspek pribadi meliputi jasmani, mental kerohanian dan moral.
Sehingga akan tumbuh kesadaran pribadi dan bertanggung jawab akibat tingkat
perbuatannya.
2. Pendidikan adalah pendidikan diri pribadi. Lembaga pendidikan bertujuan mengembangkan diri dan
selalu menggunakan daya kemampuan inisiatif dan aktivitasnya sesuai kata
hatinya. Sehingga anak berkesempatan untuk belajar memikul tanggung jawab bagi
kelangusngan pendidikan dan perkembangan pribadinya. Hal ini sesuai pernyataan
Tagore bahwa pendidikan sebenarnya pendidikan diri sendiri atau diri pribadi
(self education).
3. Pendidikan diperankan di berbagai pusat lembaga. Tugas pendidikan adalah tugas yang harus dilaksanakan
oleh lembaga atau badan pendidikan yang diakui dan diberi hak hidup serta
dilindungi undang-undang. Dengan demikian disamping lembaga pendidikan sekolah
(sebagai perantara, pemersatu serta mempertinggi usaha pendidikan) maka
keluarga masyarakat juga menerima tugas kewajiban untuk mendidik manusia yang
menjadi anggotanya.
4. Pendidikan diarahkan kepada keseluruhan aspek
kebudayaan dan kepribadian. Pendidik dan lembaga pendidikan
harus mengakui kepribadian dan menggalang adanya kesatuan segala aspek
kebudayaan, di sini manusia membutuhkan latihan dalam menggunakan kecerdasanya
dan saling pengertian. Aspek-aspek kehidupan telah dirumuskan oleh Edward
Springer sebagai: Aspek intelek menghasilkan
manusia teoretis, sosial manusia pengabdi, estetis manusia seni, politik
manusia kuasa, agama manusia kuasa dan ekonomi manusia manusia untung serta
sebagai tambahan oleh Prof. A. Sigit aspek keluarga menjadikan manusia cinta
kasih.
5. Pendidikan berlangsung sepanjang hidup (Life Proses). Menurut Langeveld kewibawaan penting dalam pendidikan
sehingga proses pendidikan dibatasi pada proses pendidikan dari mulai anak
mulai mengerti dan mengakui kewibawaan samapai anak tunduk pada kewibawaannya
sendiri yang bersumber dari kata hatinya.
6. Pendidikan adalah persiapan penyesuaian yang
intelligent terhadap perubahan sosial. Sifat pendidikan reflektif dan
progresif harus meneruskan nilai kebudayaan dan mengantarkan anak didik pada
alam kedewasaan serta membimbing ke arah kerja membangun masa depan. Untuk itu
pendidik harus mengembangkan kesadaran bertanggung jawab dan turut serta dalam
masyarakat.
7. Pendidikan harus mengabdi seluruh massa rakyat. Menurut sejarah perkembangannya, pendidikan mengalami
2 macam perkembangan, yaitu (1) pendidikan sebagai pengabdi kelas/golongan
masyarakat, diperuntukkan untuk kepentingan sebgaian kecil masyarakat misalnya
kolonial Belanda dan (2) pengabdi massa/segala lapisan masyarakat,
diperuntukkan untuk demokrasi masyarakat tanpa beda kelas.
8. Pendidikan harus diarahkan kepembinaan cita-cita hidup
yang luhur. Bila pendidikan dimasukkan ke
dalam tingkah laku perbuatan manusia maka pendidikan harus menyesuaikan diri
dengan tujuan hidup manusia, selanjutnya tujuan hidup tersebut ditentukan oleh
filsafat hidup yang dianut seseorang, maka tujuan pendidikan manusia harus
bersumber pada filsafat hidup individu yang melaksanakan pendidikan. Tujuan
pendidikan manusia tidak dapat terlepas dari tujuan hidup manusia yang
didasarkan pada filsafat hidup tertentu.
9. Pendidikan Jiwa Nasionalisme seimbang dengan jiwa
internasionalisme. Pendidikan adalah pembinaan jiwa
Nasionalisme yang sehat dan wajar, tidak menjurus Chauvinisme atau
Internasionalisme yang melenyapkan jiwa Nasionalisme. Adanya masalah dan
perbedaan paham-paham tersebut disebabkan 3 hal, yaitu : tetap adanya perang,
adanya efek relatif kebahagian bangsa tertentu namun kesengsaraan bagi bangsa
lainnya dan rasa kebersamaan pada bangsa-bangsa yang tertindas. Pendidikan
bertujuan mengusahakan perdamaian dan kesejahteraan dunia dan manusianya, untuk
itu usaha-usaha yang mengarah ke sana adalah : pembinaan jiwa yang saling
kerjasama antar bangsa, penghilangan nasionalisme yang sempit, peniadaan
doktrin superioritas dan inferioritas ras, pengembangan sikap positif atas
kerja sama, pembinaan politik luar negeri dalam prinsip konsultasi dan kooperatif,
peningkatan taraf mental pendidikan manusia serta pembinaan penghormatan tata
hidup yang berasaskan demokrasi individu, masyarakat dan antar bangsa. Hasil dari pembinaan di atas akan
mewujudkan 3 kemungkinan, yaitu: (1) Komunisme Internasional,
dengan bentuk terpimpin oleh negara super disikuti negara satelit; (2) Organisasi Internasional, dengan peniadaan
negara super dimana tata hubungan belandaskan prinsip demokrasi; (3) Kerjasama Regional, bentuk kerjasama dalam
wilayah dan tujuan tertentu.
10. Pendidikan agama unsur mutlak dalam pembinaan
karakteristik dan bangsa. Hal ini didasarkan atas pandangan
bahwa agama merupakan unsur mutlak dan sumber dari kebudayaan, untuk itu
pendidikan agama agar tidak diarahkan pada intelektualistis-verbalistis,
sehingga menjadikan pendidikan agama sebagai dasar tata kehidupan manusia,
pribadi, di sekolah maupun masyarakat. Pendidikan agama tidak sama dengan etika, namun pendidikan pekerti tidak
dapat dilepaskan dari agama sehingga dapat dikatakan kesusilaan yang diagamakan.
Sehingga dihasilkan manusia berbudi luhur, sehat, berpikiran bebas,
perpengetahuan luas dan berjiwa ikhlas.
C. Implikasi Teori Kebudayaan Dalam
Pendidikan
Tiga pandangan mengenai kebudayaan: (1) Pandangan super organis; (2) Pandangan konseptualis, dan (3).Pandangan realis.
- Implikasi pandangan super organis terhadap pendidikan
a. Pendidikan adalah sebuah proses dimana kebudayaan
mengontrol orang dan membentuknya sesuai dengan tujuan kebudayaan. sebagai alat
yang digunakan masyarakat untuk melaksanakan kegiatanya dalam mencapai tujuan.
b. Pandangan super organis juga berimplikasi pada
pengawasan pendidikan yang ketat dari pemerintah untuk menjamin guru-guru menanamkan
diri generasi muda tentang gagasan-gagasan, sikap-sikap, dan
keterampilan-keterampilan yang perlu bagi kelanjuatan kebudayaan.
c. Jika perilaku masyarakat ditentukan oleh kebudayaan,
maka kurikulum sekolah yang merupakan salah satu insrtumen dalam pendididkan
harus dikembangkan atas kajian langsung dan kebudayaan sekarang dan masa depan.
- Pandangan koseptualis yang mengatakan bahwa
kebudayaan itu berada di dalam pikiran manusia dan manusia sebagai
pembentuk kebudayaan.
pandangan kosnseptualis yaitu kebudayaan dipelajari sesuai dengan minat dan perhatian anak sebab kebudayan akan menggambarkan kualitas dari perilaku individu. - Pandangan realis yaitu kebudayaan merupakan sebuah abstraksi dalam arti bahwa tidak semua kegiatan budaya dapat diamati. Pandangan realis berkeinginan agar sistem pendidikan akan dapat melatih individu untuk mepertimbangakan ,mengkritisi dan merubah kebudayaan sesuai dengan nilai-nilaiyangmerekabutuhkan.
Relativisme budaya mengikiti keunikan budaya dan
harus dianalisa sendiri-sendiri menurut budaya masing-masing, sedangkan universalisme budaya walaupun mengikuti
keragaman budaya tetapi pada hakekatnya ada sifat-sifat yang sama yang
universal dan kebudayaan masyarakat di dunia.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu. (2007). Sosiologi
Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta
Ahsanudin. (2007). Sosiologi. Surakarta: Mediatama.
Aris Tanudirjo, Daud. 1993. Sejarah Perkembangan Budaya di Dunia dan di
Indonesia. Yogyakarta:Widya Utama
Gunawan, Ary H.(2000). Sosiolosi
Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Gumgum Gumilar, 2001. Teori Perubahan Sosial. Unikom.
Yogyakarta.
Haviland,
William, A., Antropologi, Jilid 1,
terjemahan, Jakarta: Erlangga.
Hariyadi, Sugeng. dkk. (2003). Psikologi Perkembangan. Semarang: UPT UNNES Press.
Ihromi, T.O.,
(1980). Pokok
Pokok Antropologi, Jakarta: Gramedia.
Karsidi, Ravik.2008.
Sosiologi Pendidikan. Solo : UNY Pers.
Khairuddin. (2002). Sosiologi
Keluarga. Yogyakarta: Liberty
Koentjaraningrat, (2009), Pengantar Ilmu Antropologi Jakarta, Rineke Cipta
_____, (1993). Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta:
Aksara Baru.
_____, (1998), Pengantar
Antropologi II, Pokok Pokok Etnografi. Jakarta: Rineka Cipta.
Lauer, Robert H.
(1993). Perspektif tentang Perubahan
Sosial. Jakarta: Rineka Cipta.
Nasution. (1999). Sosiologi
Pendidikan. Jakarta: Bumi aksara.
Pramesthi. (2004). Sosiologi. Jakarta: Pabelan.
Ravik Karsidi, (2008), Sosiologi
Pendidikan, Surakarta, LLP UNS dan UNS
Press.
Ritzer, George, dan
Douglas J. Goodman. (2003). Teori-teori
Sosiologi Modern. Jakarta: Predana Media.
Rohman Dhohiri,
Taufiq. (2003). Sosiologi suatu kajian
kehidupan masyarakat. Jakarta: Yudistira.
Robinson, Philip. (1986). Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Rajawali.
Rustiana, Eunike R. (2003). Pengantar Psikologi Umum. Semarang.
Slamet. (2009). Modul Sosiologi. Surakarta: Hayati
Tumbuh Subur.
Soekanto, Soerjono. (1985). Sosiologi Ruang Lingkup dan Aplikasinya. Bandung: Remadja Karya
______, (1994). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta:
Rajawali Press.
Susanto, Phil Astrid S. (1983). Pengantar Sosiologi dan Perubahan Sosial. Bina Cipta.
Soemardjan, Selo,
dan Soelaiman Soemardi. (1974). Setangkai
Bunga Sosiologi. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Soetomo. (1987). Ilmu Sosiatri: Lahir dan berkembang dalam
Keluarga Besar Ilmu Sosial. Dalam Sosiatri, Ilmu, dan Metode. Ed. Agnes
Sunartiningsih. Yogyakarta: Jurusan Ilmu Sosiatri Fisipol UGM.
Sugiyanto. (2002). Lembaga Sosial. Yogyakarta: Global
Pustaka Utama. Wirjosumarto.
Sartono. (1978). Pengantar Ilmu Sosiatri. Yogyakarta:
Fisipol UGM.
Soekmono, R.tt. 1988. Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia.
Jakarta:Kanisius
Suyanto, 2002. Merefleksikan Perubahan Sosial Masyarakat
Indonesia. Kompas, 17 Desember 2002, hal. 5.
Waridah, Siti. (2004). Sosiologi. Jakarta: Bumi Aksara.
Yusuf, Syamsu. (2004). Psikologi
Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Remaja Rosda Karya.
0 komentar:
Posting Komentar