Kompetensi Guru Dalam
Pebelajaran IPS SD
A. Kompetensi Dasar
Diharapkan yaitu
mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan kompetensi guru dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) SD.
B. Deskripsi Materi
Guru adalah sosok yang sangat
berperan dan mempunyai pengaruh besar dalam proses pendidikan. Guru sering
dianggap sebagai kata kunci pelaksanaan suatu proses pendidikan. Ini
menunjukkan bahwa betapa pentingnya arti seorang guru dalam menjalankan sebuah
proses pendidikan.
Beranjak dari peran sentral seorang
guru dalam proses pendidikan, tentu membawa konsekwensi yang harus dihadapi
oleh seorang guru atau calon guru. Konsekuensi tersebut yaitu adanya tuntutan
bagi seorang guru untuk profesional dalam menjalankan tugasnya. Tuntutan yang
profesional ini tentunya memberikan sebuah penekanan kepada guru untuk
menguasai beberapa keahlian dalam menjalankan tugas sebagai seorang guru agar
proses pembelajaran dapat berjalan secara efektif dan efisien.
Untuk melaksanakan pembelajaran
yang efektif dan efisien, sekurangnya ada delapan komponen dasar pengajaran
yang yang harus dikuasai oleh seorang guru antara lain, yaitu:
1.
Keterampilan
membuka dan menutup pelajaran
2.
Keterampilan
bertanya dasar dan lanjut
3.
Keterampilan
memberikan penguatan
4.
Keterampilan
mengelola kelas
5.
Keterampilan
mengadakan variasi (penggunaan alat/media)
6.
Keterampilan
memimpin diskusi dan kelompok kecil
7.
Keterampilan
menjelaskan
8.
Keterampilan
mengajar kelompok kecil dan perorangan
Untuk lebih jelasnya, kedelapan komponen
kompetensi dasar mengajar tersebut akan dijelaskan secara lebih rinci berikut
ini.
1. Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran
Menurut Munif Chatib (2010) dalam
bukunya Gurunya Manusia menjelaskan bahwa sepuluh menit awal pembelajaran
adalah gambaran secara umum dari proses pembelajaran yang akan berlangsung satu
jam ke depan. Lebih lanjut, Munif menjelaskan bahwa jika guru berhasil membuat
siswa tertarik pada guru dan apa yang guru sampaikan pada awal pertemuan maka
guru akan mendapatkan perhatian dari para siswa untuk beberapa jam ke depan.
Siswa akan merasa tertarik dengan pembukaan yang dilakukan guru, selanjutnya
siswa akan terus mengikuti kegiatan pembelajaran dengan penuh daya tarik dan
motivasi tinggi.
Keterampilan membuka pelajaran
adalah usaha guru untuk mengkondisikan mental peserta didik agar siap dalam
menerima pelajaran. Dalam membuka pelajaran
peserta didik harus mengetahui tujuan yang akan dicapai dan
langkah-langkah yang akan ditempuh. Hal ini sangat penting terutama untuk
menjadikan proses pembelajaran menjadi lebih terarah dan terstruktur.
Keterampilan menutup pelajaran
adalah keterampilan guru dalam mengakhiri kegitan inti pelajaran. Dalam menutup
pelajaran, guru dapat menyimpulkan materi pelajaran, mengetahui tingkat
pencapaian peserta didik, dan tingkat keberhasilan guna dalam proses belajar
mengajar. Ini penting dilakukan sebagai acuan untuk pelaksanaan pembelajaran
yang akan datang. Misalnya, setelah menutup pelajaran guru dapat memperoleh
informasi tentang ketercapaian proses pembelajaran yang telah dilaksanakan,
sehingga untuk pertemuan berikutnya guru bisa lebih meningkatkan atau mengoftimalkan
proses pembelajaran untuk mencapai hasil yang lebih baik lagi dari yang
sekarang.
Adapun beberapa prinsip yang perlu
diperhatikan guru dalam membuka dan menutup pelajaran antara lain:
a.
Dalam membuka pelajaran ini diarahkan untuk
memberi makna kepada siswa, yaitu dengan menggunakan cara-cara yang relevan
dengan tujuan dan bahan yang akan dipelajari atau disampaikan kepada siswa.
b.
Hubungan antara pendahuluan dengan inti
pengajaran serta dengan tugas-tugas yang dikerjakan sebagai tindak lanjut
nampak jelas dan logis sehingga siswa tidak mengalami miskonsep.
c.
Menggunakan apersepsi yaitu mengenalkan pokok
pelajaran dengan menghubungkannya terhadap pengetahuan awal atau pengalaman
dunia nyata siswa di lingkungan sekitarnya.
Adapun tujuan dari kegiatan membuka
dan menutup pelajaran yang dilakukan oleh guru antara lain, yaitu:
a.
Mengkondisikan siswa agar siap untuk
melaksanakan kegiatan pembelajaran.
b.
Untuk menimbulkan minat dan perhatian siswa
terhadap pelajaran yang akan dibicarakan.
c.
Memungkinkan siswa mengetahui tingkat
keberhasailan dalam pelajaran.
d. Agar siswa
mengetahui batas-batas tugasnya yang akan dikerjakan.
2. Keterampilan Bertanya Dasar dan Lanjut
Keterampilan bertanya merupakan
ucapan atau pertanyaan yang dilontarkan guru yang menuntut respon atau jawaban
dari peserta didik. Keterampilan ini merupakan kemampuan bagaimana guru
menyampaikan pertanyaan kepada siswa dalam proses pembelajaran baik pertanyaan
dasar maupun pertanyaan lanjut. Salah satu tujuannya adalah agar siswa lebih
mudah memahami materi pembelajaran yang sedang disampaikan.
Dalam proses belajar mengajar, pada
umumnya cara guru mengajukan pertanyaan kepada siswanya dapat dibedakan atas:
ketrampilan bertanya dasar yang mempunyai beberapa komponen yang perlu
diterapkan dalam mengajukan segala jenis pertanyaan, sedangkan ketrampilan
bertanya lanjut merupakan lanjutan dari bertanya dasar yang mengutamakan usaha
pengembangan kemampuan berfikir siswa.
Adapun keterampilan bertanya
yang dilakukan oleh guru dalam proses pembelajaran antara lain untuk:
a.
Memotivasi siswa agar terlibat dalam interaksi belajar
b.
Melatih kemampuan mengutarakan pendapat
c.
Merangsang dan meningkatkan kemampuan berfikir siswa
d.
Membangkitkan minat dan rasa ingin tahu siswa terhadap
materi yang sedang dijelaskan guru.
e.
Memusatkan perhatian siswa
f.
Mengembangkan SCL (Studen Center Learning)
g.
Mencapai tujuan belajar
Adapun jenis-jenis pertanyaan yang
dapat diterapkan guru dalam proses pembelajaran antara lain:
a.
Pertanyaan langsung, yaitu pertanyaan yang ditujukan
kepada salah satu peserta didik.
b.
Pertanyaan umum dan terbuka, yaitu pertanyaan yang
ditujukan kepada seluruh kelas.
c.
Pertanyaan faktual, yaitu pertanyaan untuk menggali
fakta dan informasi.
d.
Pertanyaaan yang diarahkan kembali, yaitu pertanyaan
yang dikembalikan kepada peserta didik atas pertanyaan peserta didik lain.
e.
Pertanyaan memimpin (Leading Question)
yaitu pertanyaan yang jawabannya tersimpul dalam pertanyaan itu sendiri.
Dalam memberikan pertanyaan kepada
siswa, seorang guru perlu memperhatikan prinsip-prinsip bertanya, agar
pertanyaan yang diberikan lebih efektif dan mudah dipahami oleh siswa, antara
lain:
a.
Pertanyaan hendaknya mengenai satu masalah saja dengan
memberikan waktu berfikir kepada siswa.
b.
Pertanyaan hendaknya singkat, jelas, dan disusun dengan
kata-kata yang sederhana agar mudah dipahami siswa.
c.
Pertanyaan didistribusikan secara merata kepada para
siswa.
d.
Pertanyaan langsung sebaiknya diberikan secara random.
e.
Pertanyaan hendaknya disesuaikan dengan kemampuan dan
kesiapan siswa.
f.
Sebaiknya hindari pertanyaan retorika atau leading
question (pertanyaan yang tidak menghendaki jawaban).
Seorang guru dalam memberikan
pertanyaan, ada beberapa teknik yang dapat diterapkan antara lain:
a.
Tekhnik menunggu
b.
Tekhnik menguatkan kembali
c.
Tekhnik menuntun dan menggali
d.
Tekhnik melacak
Perlu diingat oleh seorang guru
bahwa dalam menerapkan beberapa teknik bertanya tersebut, tentunya harus
disesuaikan dengan kondisi siswa serta tingkat kesukaran pertanyaan yang
diberikan guru kepada siswa. Hal ini dilakukan agar guru dapat memperoleh jawaban
atau respon siswa sesuai yang diharapkan.
3. Keterampilan Memberikan Penguatan
Memberi penguatan merupakan tindakan
atau respon terhadap suatu bentuk perilaku yang dapat mendorong munculnya peningkatan kualitas tingkah laku tersebut
di saat yang lain. Penguatan juga dapat diartikan sebagai respons terhadap
suatu perilaku yang dapat meningkatkan kemungkinan berulangnya kembali perilaku
itu.
Teknik pemberian penguatan dalam kegiatan pembelajaran dapat dilakukan
secara verbal dan nonverbal. Penguatan verbal merupakan penghargaan yang
dinyatakan dengan lisan, sedangkan penguatan nonverbal dinyatakan dengan
ekspresi wajah, gerakan tubuh, pemberian sesuatu, dan lain sebagainya.
Dalam rangka pengelolaan kelas,
dikenal adanya penguatan positif dan penguatan negatif. Penguatan positif
bertujuan untuk mempertahankan dan memelihara perilaku positif, sedangkan
penguatan negatif merupakan penguatan perilaku dengan cara menghentikan atau
menghapus rangsangan yang tidak menyenangkan.
Skinner menyatakan bahwa penguatan terdiri atas penguatan positif dan
negatif. Penguatan dapat dianggap sebagai stimulus positif, jika penguatan
tersebut seiring dengan meningkatnya perilaku anak yang melakukan pengulanggan
perilakunya itu, contohnya pujian. Sebaliknya jika respon siswa kurang atau
tidak diharapkan sehingga tidak menunjang tujuan pembelajaran, harus segera
diberi penguatan negatif agar respon tersebut tidak di ulangi lagi dan berubah
menjadi respon yang sifatnya positif contohnya teguran, peringatan atau sanksi.
Selain itu, keterampilan memberi penguatan adalah respon positif dari guru
kepada siswa yang telah melakukan suatu perbuatan baik. Pemberian penguatan ini
dilakukan oleh guru dengan tujuan agar siswa lebih giat berpartisipasi dalam
interaksi belajar mengajar dan agar siswa mengulangi lagi tindakan untuk waktu
yang akan datang.
Pemberian penguatan pada dasarnya cukup mudah untuk dilakukan guru, namun pada
kenyataannya kadang-kadang banyak diantara guru yang tidak melakukan pemberian
penguatan kepada siswa yang melakukan tindakan yang baik. Walaupun pemberian
penguatan sifatnya sederhana dalam pelaksanaannya, namun dapat pula pemberian
penguatan yang diberikan kepada siswa justru membuat siswa enggan belajar
karena penguatan yang diberikan tidak sesuai dengan tindakan yang dilakukan
siswa tersebut. Pemberian penguatan yang berlebihan akan dapat berakibat fatal.
Untuk itu ada beberapa hal yang harus diperhatikan guru dalam pemberian
penguatan antara lain:
a. Hangat dan Antusias
Dalam memberikan penguatan kepada
siswa, guru hendaknya menunjukkan sifat yang baik, menarik, dan juga
sungguh-sungguh sehingga siswa merasa senang dengan sikap guru saat memberi
penguatan. Dalam pemberian penguatan diharapkan guru menunjukkan ekspresi wajah
yang menarik, sinar mata yang sejuk, suara yang jelas dan enak didengar, serta
penuh dengan ketulusan hati.
b. Bermakna
Pemberian penguatan hendaknya
disesuaikan dengan tingkat pencapaian keberhasilan siswa dan mempunyai arti
bagi siswa yang melakukan tindakan, sehingga penguatan dapat diterima siswa
dengan senang hati.
c. Hindari Penggunaan Penguatan Negatif
Walaupun pemberian kritik atau
hukuman efektif untuk dapat mengubah motivasi, penampilan, dan tingkah laku
siswa, namun hal itu dapat memiliki dampak yang sangat kompleks. Secara psikologis
pemberian hukuman yang bersifat negatif ini agak kontroversial, karena itu
sebaiknya dihindari. Banyak akibat yang muncul yang tidak dikehendaki, misalnya
siswa menjadi frustrasi, berani menentang guru, hukuman dianggap sebagai
kebanggaan, dan peristiwa akan terulang kembali bahkan bisa-bisa lebih parah
dari yang pertama terjadi.
d. Penggunaan Penguatan yang Bervariasi
Pemberian penguatan seharusnya
diberikan secara bervariasi, baik komponennya maupun caranya dan diberikan
secara hangat dan antusias. Penggunaan cara dan jenis komponen yang sama
misalnya guru selalu menggunakan kata-kata “bagus” ini dapat mengurangi
efektivitas pemberian penguatan. Pemberian penguatan juga akan bermanfaat bila
arah pemberiannya bervariasi, mula-mula keseluruhan anggota kelas, kemudian
kelompok kecil, akhirnya keindividu, sehingga semua siswa dapat merasakan
penguatan yang diberikan guru.
Adapun tujuan pemberian penguatan
pada siswa pemberian penguatan pada
proses belajar mengajar antara lain:
a. Meningkatkan perhatian dan motivasi siswa
terhadap materi
b. Mendorong siswa untuk berbuat baik dan
produktif
c. Menumbuhkan rasa kepercayaan diri siswa
d. Meningkatkan cara belajar siswa aktif
e. Mendorong siswa untuk meningkatkan belajarnya
secara mandiri
f. Menumbuhkan
kemampuan berinisiatif secara pribadi
g. Merangsang
peserta didik berfikir positif
h. Mengembalikan
dan mengubah sikap negatif peserta dalam belajar ke arah perilaku yang
mendukung belajar
4. Keterampilan Mengelola Kelas
Menurut Djamarah (1997: 129) Pengelolaan kelas
adalah keterampilan guru menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang
optimal dan mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses interaksi
edukatif dengan kata lain kegiatan-kegiatan untuk menciptakan dan
mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses interaksi edukatif. Termasuk
kedalam hal ini adalah misalnya penghentian tingkah laku anak didik yang
menyelewengkan perhatian kelas, pemberian ganjaran bagi ketepatan waktu
penyelesaian tugas anak didik, atau penetapan norma kelompok yang produktif.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat dipahami
bahwa ketrampilan mengelola kelas adalah
ketrampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal
dan ketrampilan untuk mengembalikan kondisi belajar yang optimal. Apabila
keterampilan pengelolaan kelas dapat dilakukan dengan baik maka akan berdampak
positif, baik pada siswa maupun pada guru yang bersangkutan.
Adapun manfaat pengelolaan kelas yang baik
bagi siswa antaralain yaitu:
- Mendorong siswa mengembangkan tanggung jawab individu terhadap tingkahlakunya serta sadar akan mengendalikan dirinya.
- Membantu siswa mengerti akan arah tingkahlakunya sesuai dengan tatatertib kelas dan merasakan teguran guru sebagai suatu peringatan bukan kemarahan.
- Menimbulkan rasa kewajiban melibatkan diri dalam tugas serta bertingkahlaku yang wajar sesuai dengan aktivitas kelas yang sedang berlangsung.
Adapun manfaat pengelolaan kelas
yang baik bagi siswa antaralain yaitu:
- Mengembangkan pengertian dan ketrampilan dalam memelihara kelancaran penyajian dan langkah-langkah pelajaran secara tepat dan baik.
- Memiliki kesadaran terhadap kebutuhan siswa dan mengembangkan kompetensi di dalam memberikan pengarahan yang jelas kepada siswa.
- Memberikan respon secara efektif terhadap tingkah laku siswa yang menimbulkan gangguang.
Tujuan dari pengelolaan kelas yang
dilakukan guru antaralain sebagai berikut:
a.
Mewujudkan situasi dan kondisi kelas yang memungkinkan
siswa memgembangkan kemampuannya secara optimal.
b.
Menghilangkan berbagai hambatan dan pelanggaran
disipilin yang dapat merintangi terwujudnya interaksi belajar mengajar.
c.
Mempertahankan keadaan yang stabil dalam suasana kelas,
sahingga bila terjadi gangguan dalam belajar mengajar dapat dikurangi dan
dihindari.
d.
Melayani dan membimbing perbedaan individual siswa.
e.
Mengatur semua perlengkapan dan peralatan yang
memungkinkan siswa belajar sesuai dengan lingkungan sosial, emosional, dan
intelektual siswa dalam kelas.
Dalam melakukan
pengelolaan kelas agar menjadi efektif dalam mengupayakan terciptanya kondisi
pembelajaran yang optimal, ada beberapa prinsip pengelolaan kelas yang perlu
diperhatikan oleh guru, antaralain:
a.
Keluwesan, digunakan apabila guru mendapatkan hambatan
dalam perilaku peserta didik, sehingga guru dapat merubah strategi mengajarnya
b.
Kehangatan dan keantusiasan
c.
Bervariasi, gunakan variasi dalam proses belajar
mengajar
d.
Tantangan, gunakan kata-kata, tindakan atau bahan
sajian yang menantang
e.
Tanamkan displin diri, selalu mendorong siswa agar
memiliki disipin diri
f.
Menekankan hal-hal positif, memikirkan hal positif dan
menghindarkan konsentrasi pada hal negatif.
Secara umum, komponen
keterampilan dalam mengelola kelas dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
keterampilan yang bersifat preventif (pencegahan) dan keterampilan yang
bersifat represif.
a.
Keterampilan yang bersifat preventif, ini
dapat dilakukan guru dengan menggunakan kemampuannya, dengan cara:
1)
Memusatkan perhatian
2)
Menunjukkan sikap tanggap
3)
Menegur
4)
Membagi perhatian
5)
Memberi petunjuk-petunjuk yang jelas
6)
Memberi penguatan
b.
Keterampilan megelola kelas yang bersifat
represif, ini dapat dilakukan oleh guru dengan menggunakan keterampilan dengan
cara:
1)
Pengelolaan kelompok
2)
Modifikasi tingkah laku
3)
Menemukan dan memecahkan tingkah laku yang menimbulkan
masalah
4)
Memberikan tindakan tegas terhadap pelanggaran yang
terjadi
Dalam proses
pengelolaan kelas agar dapat mengkondisikan proses pembelajaran menjadi lebih
efektif, ada beberapa hal yang harus dihindari, yaitu:
b.
Ketidaktepatan memulai dan mengakhiri kegiatan
c.
Pengulangan penjelasan yang tidak perlu
d.
Penyimpangan
e.
Kesenyapan
f.
Bertele-tele
g.
Tidak menuntut keaktifan siswa dalam belajar
5. Keterampilan Mengadakan Variasi
Pengertian penggunaan variasi merupakan
keterampilan guru dalam menggunakan bermacam kemampuan untuk mewujudkan tujuan
belajar siswa sekaligus mengatasi kebosanan dan menimbulkan minat, gairah, dan
aktivitas belajar mengajar yang efektif.
Menurut Uzer Usman (2005: 84) Variasi adalah
suatu kegiatan guru dalam konteks interaksi belajar mengajar yang bertujuan
untuk mengatasi kebosana siswa sehingga dalam proses belajar mengajar murid
senantiasa menunjukkan ketekunan, antusiasme,serta penuh partisipasi.
Berdasarkan pendapat tersebut, dapat dipahami
bahwa variasi gaya mengajar
adalah pengubahan tingkah laku, sikap, dan perbuatan guru
dalam konteks belajar mengajar yang bertujuan untuk mengatasi kebosanan siswa
sehingga siswa memiliki minat belajar yang tinggi terhadap pelajarannya.
Penerapan variasi yang dilakukan oleh guru
dalam proses pembelajaran di dalam kelas, tentu tidak terlepas dari adanya
tujuan yang hendak dicapai. Tujuan diterapkannya variasi tersebut antara lain:
a.
menghilangkan kejemuan siswa dalam mengikuti proses
belajar
b.
mempertahankan kondisi optimal belajar
c.
meningkatkan perhatian dan motivasi siswa
d.
memudahkan pencapaian tujuan pengajaran
e.
menjadikan pembelajaran lebih bermakna bagi siswa
f.
menyesuaikan kondisi siswa dalam belajar
Dalam menerapkan
variasi mengajar di dalam kelas, banyak jenis variasi yang dapat dipilih untuk
diterapkan oleh guru sesuai kondisi dan kebutuhan siswa, variasi tersebut
antara lain:
a.
variasi dalam penggunaan media
b.
variasi dalam gaya mengajar
c.
variasi dalam penggunaan metode
d.
variasi dalam pola interaksi yaitu gunakan
pola interaksi multi arah
Penerapan variasi
dalam pembelajaran perlu memperhatikan beberapa prinsip agar penerapan variasi
tersebut sesuai tujuan dan menjadi pembelajaran lebih optimal. Prinsip-prinsip
tersebut antara lain:
a.
gunakan variasi dengan wajar, jangan
dibuat-buat
b.
perubahan satu jenis variasi ke variasi
lainnya harus efektif
c.
penggunaan variasi harus direncakan dan sesuai
dengan bahan, metode, dan karakteristik peserta didik
6. Keterampilan Memimpin Diskusi dan Kelompok Kecil
Diskusi kelompok kecil adalah suatu proses
belajar yang dilakukan dalam kerja sama kelompok yang bertujuan memecahkan
suatu permasalahan, mengkaji konsep, prinsip, atau kelompok tertentu. Diskusi kelompok kecil di sini adalah suatu
proses yang teratur yang melibatkan sekelompok individu dalam suatu interaksi
tatap muka secara kooperatif untuk tujuan membagi informasi, membuat keputusan,
dan memecahkan masalah.
Dalam melaksanakan kegiatan pembimbingan
diskusi kelompok kecil, guru perlu memperhatikan beberapa prinsip antara lain
yaitu:
a.
Laksanakan diskusi dalam suasana yang
menyenangkan
b.
Berikan waktu yang cukup untuk merumuskan dan
menjawab permasalahan
c.
Rencanakan diskusi kelompok dengan sistematis
d.
Bimbinglah dan jadikanlah diri guru sebagai
teman dalam diskusi
Pelaksanaan kegiatan pembimbingan diskusi
kelompok kecil yang dilakukan guru tentu diharapkan untuk mewujudkan proses
pembelajaran yang optimal. Untuk mengoptimalkan kegiatan pembimbingan dalam
diskusi kelompok kecil ada beberapa komponen yang perlu diperhatikan guru,
antara lain yaitu:
a.
Memperjelas permasalahan
b.
Menyebarkan kesempatan berpartisipasi
c.
Pemusatan perhatian
d.
Menganalisa pandangan peserta didik
e.
Meningkatkan urutan pikiran peserta didik
f.
Menutup diskusi/membimbing siswa menyimpulkan hasil
diskusi
Untuk lebih efektinya pelaksanaan kegiatan
pembimbingan diskusi kelompok kecil yang dilakukan guru, ada beberapa hal yang
perlu dihindari, antara lain:
a.
Melaksanakan diskusi yang tidak sesuai dengan
karakteristik dan kebutuhan siswa
b.
Tidak memberikan kesempatan yang cukup kepada siswa
untuk memikirkan pemecahan masalah
c.
Membiarkan diskusi dikuasai oleh siswa tertentu
d.
Membiarkan siswa mengemukakan pendapat yang tidak ada
kaitannya dengan topik pembicaraan
e.
Membiarkan siswa tidak aktif atau pasif dalam diskusi
f. Tidak
merumuskan hasil diskusi dan tindak lanjut
7. Keterampilan Menjelaskan
Kegiatan
pembelajaran merupakan proses interaksi antara siswa dengan guru maupun antara
siswa dengan siswa lain dalam suatu kondisi atau lingkungan yang telah
ditentukan jadwal dan kegiatannya secara ilmiah. Adanya proses interaksi antara
guru dengan siswa ini menunjukkan bahwa seorang guru baru dapat melaksanakan
kegiatan pembelajaran secara efektif apabila didukung dengan adanya kemampuan
guru dalam menjelaskan materi yang diajarkan kepada siswa.
Keterampilan
menjelaskan adalah suatu keterampilan menyajikan bahan ajar yang diorganisasikan
secara sistematis sebagai suatu kesatuan yang berarti, sehingga mudah dipahami
siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah direncanakan. Dengan
demikian dapat dipahami bahwa keterampilan menjelaskan ini mutlak harus
dikuasai oleh seorang guru.
Kemampuan
dalam menjelaskan materi pelajaran kepada siswa, tentu tidak semudah dan
sederhana yang kebanyakan orang bayangkan. Banyak orang guru yang bisa
menjelaskan materi kepada siswa, namun hal itu tidak menjamin adanya hasil atau
proses pembelajaran yang optimal. Perlu diketahui bahwa dalam keterampilan
menjelaskan ini, guru perlu memperhatikan bagaimana menjelaskan materi kepada
siswa dengan cara yang efektif dan penuh makna.
Dalam
melaksanakan proses pembelajaran dengan menjelaskan materi kepada siswa, ada
beberapa prinsip yang harus diperhatikan guru, antara lain yaitu:
a.
Penjelasan harus disesuaikan dengan kemampuan
dan karakteristik siswa.
b.
Penjelasan harus diselingi tanya jawab
c.
Materi penjelasan harus dikuasai secara baik
oleh guru
d.
Penjelasan harus sesuai dengan tujuan
pembelajaran
e.
Materi penjelasan harus bermanfaat dan
bermakna bagi siswa
f.
Penjelasan harus disertai dengan contoh-contoh
yang kongkrit dan dihubungkan dengan kehidupan nyata siswa
g.
Penjelasan hendaknya memperhatikan intonasi,
agar siswa dapat mendengarkan apa yang dijelaskan guru.
Keterampilan
menjelaskan materi kepada siswa tentu tidak semudah yang dibayangkan oleh
kebanyakan orang, dengan kata lain untuk dapat menyampaikan materi kepada
siswa, ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan oleh seorang guru, yaitu:
a.
Bahasa yang digunakan dalam menjelaskan harus
sederhana, terang, dan jelas.
b.
Bahan yang akan diterangkan dipersiapkan dan
dikuasai terlebih dahulu.
c.
Pokok-pokok yang diterangkan harus disimpulkan.
d.
Dalam menjelaskan serta dengan contoh dan
ilustrasi.
e.
Adakan pengecekan terhadap tingkat pemahaman
peserta didik melalui pertanyaan-pertanyaan.
Untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran
terutama dalam proses menjelaskan materi kepada siswa, ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan agar pembelajaran dapat berjalan secara optimal, antara lain
yaitu:
a. Hindari penggunaan kata-kata yang ambigu, ini dapat membuat siswa bingung
sehingga siswa tidak fokus pada materi yang dijelaskan guru.
b. Hindari penjelasan yang monoton, sesekali diselingi dengan canda untuk
menyegarkan suasana.
c. Hindari penjelasan dengan tetap di satu posisi, sebaiknya dalam menjelaskan guru
dapat berpindah-pindah posisi, ini untuk tetap menjaga konsentrasi siswa agar
dapat dipastikan semua siswa memperhatikan penjelasan guru.
8. Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil dan Perorangan
Keterampilan mengajar kelompok kecil
adalah kemampuan guru melayani kegiatan siswa dalam belajar secara kelompok
dengan jumlah siswa berkisar antara 3
hingga 5 orang hingga 9 orang untuk setiap kelompoknya.
Keterampilan
dalam pengajaran perorangan atau pengajaran individual adalah kemampuan guru
dalam mennetukan tujuan, bahan ajar, prosedur, dan waktu yang digunakan dalam
pengajaran dengan memperhatikan tuntutan-tuntutan atau perbedaan-perbedaan
individual siswa.
Pembelajaran
klasikal selama ini senantiasa menimbulkan masalah bagi siswa pada umumnya.
Pembelajaran klasikal cenderung memperlakukan siswa sama rata, tidak
memperhatikan berbagai perbedaan yang terdapat pada diri siswa. Siswa memiliki
keunikan yang kompleks, hal ini disebabkan oleh berbagap faktor baik internal
maupun eksternal. Sehingga diperlukan adanya perlakuan yang berbeda tiap siswa
sesuai kebutuhannya.
Guru
professional memahami dengan baik aneka perubahan dan perbedaan yang terdapat
pada siswanya. Perbedaan-perbedaan tersebut antara lain dalam kemampuan
akademik, temperamen, cara mencari perhatian, latar belakang sosial ekonomi
keluarga dan lingkungan, agama, suku, jenis kelamin. Perbedaan tersebut
mengindikasikan bahwa secara alami siswa butuh perlakukan yang berbeda.
Sementara pembelajaran selama ini cenderung
tidak memberi kesempatan kepada siswa untuk mendapatkan haknya mendapat
perlakuan khusus dari guru.
Jumlah
siswa yang cukup besar di kelas memang menyulitkan guru untuk sering melakukan
pendekatan kelompok kecil dan perorangan. Guru yang profesional harus ada waktu
yang disediakan untuk pendekatan kelompok kecil dan perorangan. Guru dapat
mengurangi rasa kecewa siswa dengan mengadakan pendekatan kelompok kecil.
Pendekatan ini member solusi terhadap yang memiliki kesulitan atau permasalahan
yang sama atau hampir sama.
Pembelajaran
dengan pendekatan perorangan dan kelompok kecil menfasilitasi siswa yang
berbeda berpeluang untuk mendapatkan perhatian. Siswa mendapatkan perlakuan
sesuai dengan kebutuhannya. Selama pembelajaran berlangsung guru memberi
perhatian kepada beberapa kelompok dan lebih banyak siswa dibandingkan dengan
pembelajaran klasikal.
Keberhasilan
guru dalam mengajar dengan pendekatan perorangan dan kelompok kecil, ditentukan
oleh kemampuan guru dalam mengadakan pendekatan secara psikologis pada siswa,
merancang bentuk penugasan, dan pemilihan strategi pembelajaran. Tanpa
ketrampilan tersebut guru akan mengalami kesulitan dalam menerapkan pendekatan
kelompok kecil dan perorangan.
Pengajaran
kelompok kecil dan perorangan ini ditandai dengan beberapa ciri-ciri sebagai
berikut:
a.
Terjadi interaksi yang akrab dan sehat antara siswa dengan guru atau sebaliknya.
b.
Siswa belajar sesuai dengan
kecepatan, cara kemampuan, dan minatnya sendiri.
c.
Siswa mendapat bantuan dari guru
sesuai dengan kebutuhannya.
d.
Siswa dilibatkan dalam penentuan
cara-cara belajar yang akan ditempuh, materi, dan alat yang akan digunakan
hingga tujuan yang ingin dicapai
Latihan
1)
Jelaskan apakah yang dimaksud dengan kompetensi
guru!
2)
Untuk dapat melaksanakan pembelajaran yang
efektif dan efisien, sekurangnya ada delapan komponen keterampilan yang harus
dimiliki oleh guru, coba sebutkan salah satu komponen tersebut dan berikan
contohnya dalam proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial!
3)
Tugas menjadi seorang guru adalah sebuah
profesi, sehingga harus dilaksanakan secara profesional. Berdasarkan ungkapan
tersebut, coba jelaskan bagaimana tugas seorang guru dalam mengajarkan Ilmu
Pengetahuan Sosial secara profesional!
4)
Coba kalian amati berbagai tugas guru dalam
proses pembelajaran di sekolah, dan buat dalam bentuk laporan tertulis!
0 komentar:
Posting Komentar