Headlines News :
Home » » RUANG LINGKUP SOSIOANTROPOLOGI

RUANG LINGKUP SOSIOANTROPOLOGI

Written By mikailahaninda.blogspot.com on Selasa, 10 Februari 2015 | 12.44


BAB I

RUANG LINGKUP

SOSIOANTROPOLOGI PENDIDIKAN

 

A.       Gambaran Umum Tentang Sosiologi
 Sosiologi pada dasarnya mempunyai dua pengertian dasar yaitu sebagai ilmu pengetahuan dan sebagai metode dalam penelitian sosial. Sebagai ilmu pengetahuan, sosiologi merupakan himpunan pengetahuan tentang masyarakat dan kebudayaan yang disusun secara sistematis berdasarkan analisis pikiran yang logis. Sedangkan sebagai metode sosiologi merupakan cara berpikir untuk mengungkapkan realitas sosial budaya yang ada dalam masyarakat dengan prosedur dan teori yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
1.  Permulaan Sosiologi di Indonesia
Para pemimpin masyarakat di Inonesia belum pernah mempelajari teori-teori sosiologi sebagai ilmu pengetahuan secara formal. Namun pada hakikatnya, banyak diantara mereka yang telah mengajarkan sosiologi kepada masyarakat, sekali pun namanya bukan sosiologi. Dalam ceramah keagamaan atau dalam pembelajaran ilmu agama, para ulama atau kyai membahas sosiologi secara mendalam dan sempurna yang materinya bersumber dari Qur’an dan Sunnah. Hal ini menunjukkan bahwa unsur-unsur sosiologi tidak digunakan dalam ajaran atau teori yang murni sosiologis, tetapi dijadikan landasan dalam tata hubungan antarmanusia dan pendidikan.
Satu-satunya lembaga perguruan tinggi sebelum Perang Dunia II mamberikan kuliah-kuliah sosiologi di Indonesia, yaitu Sekolah Tinggi Hukum (Rechtshgeschool). Di sini pun ilmu pengetahuan tersebut hanya dijadikan sebagai pelengkap bagi mata pembelajaran ilmu hukum. Yang memberikan kuliah pun bukanlah sarjana-sarjana yang secara khusus memusatkan perhatiannya pada sosiologi.
2.  Perkembangan Pasca Perang Dunia II
Setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, beberapa sarjana Indonesia mulai memberikan mata kuliah, menerjemahkan, dan menulis buku sosiologi berbahasa Indonesia, seperti: (1984) Djody Gondokusumo, Bardosono (1950), Hassan Syadily, Mayor Polak (1967), Satijipto Rahardjo, Soerjono Soekanto (Sosiologi Kota), N. Daldjoeni, soelaeman Soemardi dan Selo Sumardjan (1962-1964). Penelitian-penelitian sosiologi di Indonesia belum mendapat tempat yang sewajarnya karena masyarakat masih percaya pada angka-angka yang relative mutlak, sedangkan sosiologi tidak mungkin menghasilkan hal-hal yang bersifat mutlak. Hal ini disebaabkan masing-masing manusia mempunyai kekhususan, sehingga sulit sekali menerapkan teori-teori sosiologi secara umum. Apalagi masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk (ras,etnis, agama dan sebagainya). Dalam hal ini masih diperlukan usaha tang tekun dank eras untuk menempatkan penelitian sosiologis pada posisi yang wajar.
Revolusi industri yang terjadi di Eropa Barat, dampaknya sangat besar terhadap kehidupan masyarakat, baik di bidang sosial budaya, agama, ekonomi, maupun politik kenegaraan. Sampai awal abad ke-19 pengaruhnya tidak hanya meliputi Negara-negara Eropa Barat, tetapi juga ke Eropa Timur, Amerika Utara, dan Amerika Latin, bahkan meliput juga Negara-negara Asia, Afrika, Australia, dan Oceania.
Sebagai suatu revolusi besar yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan manusia terutama bidang teknologi, revolusi industri menimbulkan berbagai dampak negatif selain dampak positif, khususnya dalam bentuk konflik kepentingan seperti:
a.    Konflik atau pertentangan antara kaum buruh yang miskin dan tertekan dengan kaum kapitalis/pengusaha/majikan yang kaya dan berkuasa,
b.    Pertentangan antara kaum borjuis kapitalis sebagai kelas menengah baru yang ingin merebut kekuasaan politik dari kaum bangsawan atau aristokrat,
c.    Pertentangan antara kaum democrat liberal dengan kaum aristokrat yang ingin tetap memegang kekuasaan politik ekonomi,
d.    Pertentangan antara lapisan bawah yang miskin dengan lapisan atas yang kaya dan elit terutama di kota-kota besar,
e.    Pertentangan antara negara-negara industri sendiri yang saling memperebutkan sumber-sumber bahan mentah dan daerah pemasaran. 
Konflik-konflik sosial tersebut menimbulkan berbagai masalah sosial seperti masalah pengangguran, kemiskinan, kriminal, serta masalah perekonomian dan politik yang tidak stabil. Timbulnya masalah sosial ini mendorong lahirnya sosiologi, karena sosiologi dapat berperan dalam membantu mencari jalan keluar yang dianggap efektif untuk menyelesaikan masalah-masalah sosial tersebut. Namun sebutan istilah sosiologi tidak serta merta muncul begitu saja. Istilah sosiologi ( seperti yang telah dijelaskan ) diperkenalkan pertama kali oleh Auguste Comte pada abad ke-19. Pemikiran atau penelaah tentang masyarakat sendiri sudah berlangsung sejak lama, kemudian lambat laun mendapat bentuk sebagai suatu ilmu pengetahuan yang disebut sebagai sosiologi. Banyak usaha yang bersifat ilmiah ataupun non ilmiah yang membentuk sosiologi sebagai ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri. Salah satu pendorong utamanya adalah meningkatnya perhatian terhadap kesejahteraan masyarakat, terutama saat berlangsungnya revolusi industri di Eropa yang  menimbulkan berbagai dampak yang mengganggu kesejahteraan masyarakat tersebut. Selain itu menurut Berger dan Berger, dua orang kakak beradik ahli sosiologi dari Inggris, kelahiran sosiologi sebagai ilmu pengetahuan social, erat sekali kaitannya dengan cara berpikir sosiologi.
Pemikiran sosiologis berkembang bila masyarakat menghadapi ancaman terhadap hal-hal yang selama ini dianggap sudah benar. Manakala hal-hal yang selama ini menjadi pegangan mengalami krisis, maka mulailah orang melakukan renungan sosiologis. Contohnya adalah masalah disintegrasi kesatuan masyarakat Eropa akibat reformasi agama (abad 16/17). L. Laeyendecker pun mengaitkan kelahiran sosiologi dengan serangkaian perubahan berjangka panjang yang melanda Eropa Barat seperti:
1. Pertumbuhan kapitalisme
2. Refolusi agama
3. Meningkatnya individualisme
4. Revolusi Prancis
5. Lahirnya ilmu pengetahuan modern, dan
6. Revolusi industry

B. Sosiologi sebagai Ilmu
    Sosiologi termasuk kelompok ilmu-ilmu sosial (social science). Sosiologi juga disebut ilmu kemasyarakatan, dan termasuk ilmu yang masih muda usianya. Sosiologi sebagai ilmu, baru muncul pada abad ke-19, dipopulerkan oleh seorang filosof prancis yang bernama Auguste comte (1798-1853). Di dalam bukunya Course de Philosophi positive, ia menerangkan bahwa pendekatan umum untuk mempelajari masyarakat harus melalui urutan-urutan tertentu, yang kemudian akan sampai pada tahap terakhir, yaitu tahap ilmiah. Karena jasanya, Comte disebut Bapak sosiologi karena ia pertama kali memakai istilah sosioloagi. Ia mengkaji sosiologi secara sistematis, sehingga sosiologi terlepas dari ilmu filsafat dan berdiri sendiri sejak pertengahan abad ke-19. Beberapa sarjana memberikan definisi-definisi tentang sosiologi sebagai berikut:
1.         Roucek dan Warren mengatakan bahwa sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dengan kelompok-kelompok.
2.         William F. Ogburn dan Meyer F. Nimkoff mengatakan bahwa sosiologi adalah penelitian secara ilmiah terhadap intraksi sosial dan hasilnya, yaitu organisasi sosial.
3.         Pitirim A. Sorokin mengatakan bahwa sosiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari:
a.       Hubungan dan pengaruh timbal balik antara aneka macam gejala-gejala sosial (misalnya, antara gejala ekonomi dengan agama, keluarga dengan dengan moral, hukum dengan ekonomi, gerak masyarakat dengan politik, dan sebagainya).
b.       Hubungan dengan pengaruh timbal balik antara gejala sosial dengan gejala nonsosial, misalnya, gejala geografis, biologi, dan sebagainya.
c.       Cirri-ciri umum dari semua jenis gejala-gejala social.
4.         Selo soemardjan dan Soelaiman Soemardi mengemukakan bahwa sosiologi atau ilmu masyarakat adalah ilmu yang mempelajari struktur sosial dan proses sosial, termasuk perubahan sosial. Dijelaskan pula bahwa struktur social adalah keseluruhan jalinan antara unsur-unsur dalam masyarakat yang pokok, yaitu kaidah-kaidah (norma-norma kemasyarakatan), lembaga-lembaga, kelompok-kelompok, serta lapisan-lapisan dalam masyarakat. Sedangkan proses sosial adalah pengaruh timbal balik antara berbagai segi kehidupan bersama, umpamanya, pengaruh timbal balik antara segi kehidupan ekonomi dengan kehidupan politik, antara segi kehidupan hukum dengan agama, antara segi kehidupan agama dengan kehidupan ekonomi, dan sebagainya.
5.         Hassan Shadily, dalam bukunya Sosiologi Masyarakat Indonesia. Menyebutkan bahwa sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hidup bersama dalam masyarakat, dan menyelidiki ikatan-ikatan antarmanusia yang menguasai kehidupan dengan mencoba mengerti sifat dan maksud hidup bersama, cara terbentuk dan tumbuh, serta berubahnya perserikatan-perserikatan hidup serta kepercayaan dan keyakinan, memberi sifat tersendiri kepada cara hidup bersama dalam hidup persekutuan hidup manusia.
Menurut Harry M. Jhonson, yang dikutip oleh Soerjono Soekanto, sosiologi sebagai ilmu mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1.         Bersifat empiris, yaitu didasarkan pada observasi dan akal sehat yang hasilnya tidak bersifat spekulatif.
2.         Bersifat teoretis, yaitu selalu berusaha menyusun abstraksi dari hasil observasi yang konkret di lapangan, dan abstraksi tersebut merupakan kerangka dari unsus-unsur yang tersusun secara logis dan bertujuan menjalankan hubungan sebab-akibat.
3.         Bersifat kumulatif, artinya teori-teori sosiologi dibentuk berdasarkan teori yang sudah ada, kemudian diperbaiki, diperluas, dan diperhalus.
4.         Bersifat nonetis, yang dipersoalkan dalam sosiologi bukanlah baik buruknya fakta tertentu, akan tetapi menjelaskan fakta tersebut secara analitis.
Menurut M.M Djojodigoeno, sosiologi bersifat mengawinkan, artinya sosiologi ingin mengetahui keadaan sebenarnya dari kehidupan bermasyarakat. Plato, Aristoteles, Hobes, dan Spinoza memberikan hal yang berbeda. Mereka memandang masyarakat dari sudut pandang normative dan finalis. Normatife artinya menegakkan norma-norma untuk kehidupan kolektif yang baik. Finalis artinya mencita-citakan organisasi sosial politik yang sempurna. Buku Sosiologi Suatu Pengantar yang ditulis Soerjono Soekanto, mengatakan bahwa sosiologi adalah ilmi sosial murni, abstrak, rasional, dan empiris, bersifat umum, serta berusaha mencari pengertian umum. Menurut pengertiannya, hakikat sosiologi adalah sebagai berikut:
1.         Sosiologi adalah ilmu sosial.
2.         Sosiologi bukan merupakan disiplin ilmu normative, melainkan disiplin ilmu kategoris, yang membatasi diri pada kejadian dewasa ini, bukan apa yang terjadi atau seharusnya terjadi.
3.         Sosiologi termasuk ilmu pengetahuan murni bukan ilmu pengetahuan terapan, misalnya, para sosiolog mengemukakan pendapat yang berguna untuk petugas administrasi, pembentuk undang-undang, diplomat, guru-guru, dan sebagainya.
4.         Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan abstrak, bukan ilmu pengetahuan konkret. Dalam sosiologi, yang diperhatikan adalah bentuk dan pola peristiwa-peristiwa masyarakat.
5.         Sosiologi bertujuan menghasilkan pengertian dan pola-pola umum, serta mencari prinsip-prinsip dan hukum-hukum umum dari intraksi manusia, sifat, hakikat, bentuk, isi, dan struktur masyarakat manusia.
6.         Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan umum, bukan pengetahuan khusus.
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa sosiologi merupakan ilmu pengetahuan sosial yang berdiri sendiri dan mempunyai objek studi tersendiri. Sosiologi termasuk ilmu pengetahuan karena di dalamnya mengandung pengetahuan yang tersusun secara sistematis, yang dapat dipahami akal pikiran, dapat ditelaah, serta dapat dikontrol secara kritis (dapat dilihat kesalahan dan kekeliruannya) oleh orang lain yang ingin mengetahuinya.

C. Sosiologi sebagai Metode
Metode berasal dari bahasa Yunani, yaitu methodos, yang artinya cara atau jalan. Dan diperluas menjadi cara karja, yaitu cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu. Dalam penelitian sosiologi digunakan dua cara (metode), yaitu metode kualitatif dan metode kuantitatif.
1.    Metode kualitatif mengutamakan cara kerja dengan menjabarkan hasil penelitian berdasarkan penilaian dan pemaknaan terhadap data yang diperoleh. Metode ini dipergunakan apabila data hasil penelitian tidak dapat diukur dengan angka, atau dengan ukuran-ukuran lain yang bersifat eksak.
Metode kualitatif ada dua macam, yaitu metode historis dan metode komparatif.
a.    Metode historis merupakan penelitian yang analisis datanya didasarkan pada peristiwa-peristiwa masa lampau untuk mengetahui kejadian saat ini.
b.    Metode komparatif adalah penelitian dengan membandingkan antara kondisi masyarakat satu dengan yang lain, dengan maksud untuk mengetahui perbedaan dan persamaan, disamping untuk mengetahui sebab-sebab terjadinya kondisi masyarakat yang demikian.
Metode yang masih tergolong metode kualitatif adalah study kasus, yaitu penelitian yang memusatkan perhatian pada fenomena-fenomena (gejala) sosial yang nyata dalam masyarakat, yang ditelaah keadaan masyarakat yang dilihat dari persoalan atau kasus tertentu, baik dalam suatu lembaga, kelompok, maupun individu. Adapun caranya dilaksanakan dengan teknik wawancara, dengan panduan daftar pertanyaan, atau dengan pengamatan partisipan. Dalam penelitian ini, peneliti harus bener-bener membaur dalam kehidupan masyarakat sehari-hari, dengan tidak member sugesti kepada masyarakat yang sedang diteliti.
Menurut Abu Ahmadi (1985), metode kualitatif dapat dikelompokkan menjadi 4 bagian, yaitu:
1. Metode historis,
2. Metode komparatif,
3. Metode historis-komparatif (gabungan), dan
4.    Metode case study, yaitu mendalami secara sungguh-sungguh dari salah satu gejala-gejala yang nyata yang terdapat dalam kehidupan masyarakat opada waktu itu.
2.    Metode kuantitatif adalah cara penilitian yang analisis datanya mengutamakan keterangan berdasarkan angka-angka. Gejala yang di diteliti diukur dengan skala, indeks, table, atau formula-formula tertentu yang cenderungmenggunakan uji statistik.
Penelitian sosiologi pada umumnya teknik statistik. Polling (jejek pendapat) adalah salah salah satu penelitian dalam metode kuantitatif.
Adanya beberapa metode yang digunakan sosiologi dalam menyelidki sasarannya, menurut Abu Ahmadi (1985) sebagai berikut:
a.         Historical method: suatu cara penulusuran terhadap kebudayaan serta struktur masyarakat yang telah lampau, untuk kemudian diambil contohnya untuk untuk masa yang akan dating.
b.         Comparative method: membandingkan satu masyarakat dengan masyarakat lain, satu kelompok dengan kelompok lain, satu kebudayaan dengan kebudayaan lain, sehingga akan diperoleh garis-garis persamaan yang berlaku umum. Dengan demikian, dapat memberikan prediksi terhadap perkembangan berikutnya dalam masyarakat.
c.         Statistical method: untuk mengukur gejala-gejala sosial yang tampak secara kuantitatif kemudian diinterprestasikan ke dalam pemahaman umum.
d.         Case study method: menyelidiki peristiwa-peristiwa yang terjadi disekitar kelompok masyarakat, maupun lembaga-lembaga tertentu untuk mendapatkan garis-garis pokok dari peristiwa-peristiwa itu. Metodi ini sering disebut survey.
  Metode, sekurang-kurangnya memiliki beberapa ciri pokok yaitu:
1.         Ada permasalahan yang akan dikaji atau diteliti.
2.         Ada hipotesis, yaitu simpulan yang bersifat sementara yang harus dibuktikan terlebih dahulu kebenarannya.
3.         Ada usulan mengenai cara kerja atau cara penyelesaian permasalahan dan hipotesis yang ada.
Metode sosiologi yang lain ada yang mendasarkan dengan cara berfikir induktif dan deduktif. Metode induktif digunakan untuk menyimpulkan suatu keadaan, dari gejala yang khusus, untuk mendapatkan kaidah-kaidahyang berlaku secara umum. Sementara metode deduktif digunakan untuk mengumpulkan suatu keadaan dengan gejela umum untuk mendapatkan kaidah yang berlaku secara khusus.


D. Penggunaan Sosiologi dalam Kehidupan Sehari-hari
1.  Kegunaan Sosiologi dalam Pembangunan
Dalam perkembangaan masyarakat dewasa ini, konsep pembangunan sudah menjadi ideologi dalam upaya mengejar pertumbuhan serta kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam pembangunan, diperlukan kemajuan keras dan kemampuan untuk memanfaatkan potensi-potensi yang ada dalam masyarakat. Berbagaimacam perencanaan perlu disusun dan digelar untuk menghimpun kekuatan untuk dikaitkan dalam usaha mencapai kesejahteraan. Menurut Soerjono Soekanto, proses pembangunaan perlu dikaitkan dengan pandangan yang optimis untuk mencapai taraf hidup yang lebih baik. Untuk mencapai taraf hidup yang lebih baik, diperlukan cara struktural dan spiritual.
a. Struktural yaitu perencanaan, pembentukan dan evaluasi lembaga kemasyarakatan, prosedur, serta pembangunan fisik.  
b. Spiritual yaitu pembentukan watak dan pendidikan, khususnya cara berpikir terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi.
Prioritas utama dalam pembangunan adalah perbaikan ekonomi serta menyeluruh dan merata, baik pada lapisan elit maupun lapisan bawah.
Secara sosiologis, hasil pembangunan hendaknya dapat dinikmati seluruh masyarakat, terutama masyarakat miskin. Pembangunan semacam ini biasanya terwujud pada kegiatan untuk melengkapi kebutuhan materiil, seperti pakaian, pangan , kesehatan, pendidikan, dan keamanan. Pelaksanaan pembangunan ditujukan pada pemberantasan hal-hal yang berkaitan dengan kemiskinan yang umumnya melanda negara-negara yang sedang berkembang.
Dalam sosiologi, pembangunan adalah proses peningkatan taraf hidup masyarakat yang didasarkan pada realitas sosial. Kegagalan pembangunan disebabkan karena tidak memperhatikan aspek-aspek sosiologis, seperti hasilnya yang belum menyentuh masyarakat lapisan bawah. Upaya mengurangi sifat ketergantungan dari pihak lain berarti mengurangi ketertinggalan dan keburukan dalam sistem otonomi. 
2. Kegunaan Sosiologi dalam Pemecahan Masalah Sosial
Adanya masalah sosial berdasarkan definisi adalah masalah yang ditimbulkan oleh masyarakat itu sendiri. Pernyataan itu dikatakan Roucek dan Warren. Dengan demikian, masalah sosial adalah masalah yang  melibatkan sejumlah besar manusia. Masalah yang tergolong masalah social murni adalah masalah yang berhubungan dengan terjadinya benturan antarinstitusi,rendahnya pengawasan sosial, atau kegagalan menggunakan kaidah-kaidah teknologi yang tepat.
Ada dua metode untuk menanggulangi masalah sosial, yaitu metode preventif dan metode represif: (a) Metode preventif dilakukan dengan mengadakan penilaian yang mendalam terhadap gejala-gejala sosial; (b) Metode represif adalah proses penanggulangan secara langsung terhadap masalah sosial yang sedang tumbuh dan dirasakan masyarakat. Dalam buku sosiologi kelompok dan masalah, karya abdul Syani, ada dua metode, yaitu metode coba-coba dan metode analisis: (i) Metode coba-coba (trial and error methods) adalah cara menanggulangi masalah sosial yang masih sederhana. Metode ini sering digunakan untuk menanggulangi masalah sosial dalam masyarakat yang masih sederhana. Kadang-kadang dilakukan dengan bantuan seorang dukun atau dengan memberikan sesajen, dan (ii) Metode analisis adalah cara penanggulangan masalah sosial dengan melakukan penelitian-penelitian secara ilmiah.
3.    Kegunaan Sosiologi dalam Perencanaan Sosial
Perencanaan social adalah suatu kegiatan untuk mempersiapkan masa depan secara ilmiah. Maksudnya untuk mengatasi kemungkinan timbulnya masalah. Perencanaan sosial lebih bersifat preventif karena kegiatannya member pengarahan dan bimbingan sosial mengenai cara-cara hidup masyarakat yang baik. Menurut Orgburn dan Nimkoff, suatu perencanaan sosial yang baik dan efektif adalah sebagai berikut: (a) Adanya unsur modern dalam masyarakat yang mencakup suatu sistem ekonomi yang telah menggunakan uang, urbanisasi yang teratur, inteligensia di bidang teknik dan ilmu pengetahuan, dan sistem administrasi yang baik; (b) Adanya sistem pengumpulan keterangan dan analisis yang baik; (c) Terdapatnya sikap publik yang baik terhadap unsur-unsur perencanaan social tersebut, dan (d) Adanya pemimpin ekonomi dan politik yang progresif.
Kegunaan sosiologi dalam perencanaan sosial antara lain: (a) Sosiologi mengkaji perkembangan kebudayaan masyarakat dari taraf tradisional sampai pada taraf modern; (b) Sosiologi mengkaji hubungan manusia dengan alam sekitarnya, hubungan antargolongan dalam masyarakat, dan mempelajari proses perubahan dalam masyarakat; (c) Sosiologi merupakan disiplin ilmu yang objektif sehingga pelaksanaan perencanaan sosial diharapkan lebih sedikit penyimpangan; (d) Perencanaan sosial secara sosiologis merupakan alat untuk mengetahui perkembangan kehidupan masyarakat, dan (e) Dengan berpikir secara sosiologis dapat diketahui keterbelakangan serta kemajuan masyarakat dalam bidang kebudayaan, yaitu perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.  
4.  Kegunaan Sosiologi dalam Penelitian
Metode-metode penelitian yang dimiliki sosiologi dapat diterapkan pada hamper semua aspek kehidupan manusia, terutama aspek yang berhubungan dengan interaksi antar individu dalam kelompok masyarakat. Dalam penelitian sosiologi beberapa metode utama yang digunakan antara lain untuk menguji kebenaran hipotesis yang telah ditetapkan sebelumnya. Metode-metode tersebut antara lain sebagai berikut: (a) Metode statistik, untuk menunjukkan hubungan dan pengaruh-pengaruh kausalitas. Dengan menggunakan tabulasi jawaban-jawaban responden dari pertanyaan yang diajukan, sudah dapat diketahui dan dapat disimpulkan baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif; (b) Metode eksperimen, digunakan untuk menguji pengaruh dari proses perubahan pada pola kehidupan masyarakat; (c) Metode partisipasi, digunakan untuk penelitian tentang kehidupan kelompok yang tidak mungkin dilakukan dengan menggunakan identitas peneliti; (d) Metode studi kasus, digunakan untuk meneliti kebenaran peristiwa-peristiwa tertentu, misalnya gerakan sekelompok mahasiswa, dan (e) Metode survei lapangan digunakan untuk memperoleh data yang tidak mungkin diperoleh dengan cara-cara lain. Metode ini digunakan apabila ingin mencari data yang hanya ada pada kehidupan masyarakat secara langsung.
Objek sosiologi dibagi dapat dibagi menjadi 2 (dua), yaitu: (1) Objek material-objek material sosiologi adalah kehidupan sosial, gejala-gejala dan proses hubungan antar manusia yang mempengaruhi kesatuan hidup manusia itu sendiri, dan (2) Objek formal-Objek formal sosiologi lebih ditekankan pada manusia sebagai makhluk social atau masyarakat. Dengan demikian, objek formal sosiologi adalah hubungan manusia di dalam masyarakat.
Share this article :

0 komentar:

 
Support : Berbagi | AULIA | Mikaila
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2011. DARIKU UNTUKMU - All Rights Reserved