BAB I
RUANG LINGKUP
SOSIOANTROPOLOGI PENDIDIKAN
A. Gambaran Umum Tentang Sosiologi
Sosiologi pada dasarnya mempunyai dua
pengertian dasar yaitu sebagai ilmu pengetahuan dan sebagai metode dalam
penelitian sosial. Sebagai ilmu pengetahuan, sosiologi merupakan himpunan
pengetahuan tentang masyarakat dan kebudayaan yang disusun secara sistematis
berdasarkan analisis pikiran yang logis. Sedangkan sebagai metode sosiologi
merupakan cara berpikir untuk mengungkapkan realitas sosial budaya yang ada
dalam masyarakat dengan prosedur dan teori yang dapat dipertanggungjawabkan
secara ilmiah.
1. Permulaan Sosiologi di Indonesia
Para pemimpin
masyarakat di Inonesia belum pernah mempelajari teori-teori sosiologi sebagai
ilmu pengetahuan secara formal. Namun pada hakikatnya, banyak diantara mereka
yang telah mengajarkan sosiologi kepada masyarakat, sekali pun namanya bukan
sosiologi. Dalam ceramah keagamaan atau dalam pembelajaran ilmu agama, para
ulama atau kyai membahas sosiologi secara mendalam dan sempurna yang materinya
bersumber dari Qur’an dan Sunnah. Hal ini menunjukkan bahwa unsur-unsur
sosiologi tidak digunakan dalam ajaran atau teori yang murni sosiologis, tetapi
dijadikan landasan dalam tata hubungan antarmanusia dan pendidikan.
Satu-satunya
lembaga perguruan tinggi sebelum Perang Dunia II mamberikan kuliah-kuliah
sosiologi di Indonesia, yaitu Sekolah Tinggi Hukum (Rechtshgeschool). Di sini pun ilmu pengetahuan tersebut hanya
dijadikan sebagai pelengkap bagi mata pembelajaran ilmu hukum. Yang memberikan
kuliah pun bukanlah sarjana-sarjana yang secara khusus memusatkan perhatiannya
pada sosiologi.
2. Perkembangan Pasca Perang Dunia II
Setelah Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, beberapa sarjana Indonesia
mulai memberikan mata kuliah, menerjemahkan, dan menulis buku sosiologi
berbahasa Indonesia, seperti: (1984) Djody Gondokusumo, Bardosono (1950),
Hassan Syadily, Mayor Polak (1967), Satijipto Rahardjo, Soerjono Soekanto
(Sosiologi Kota), N. Daldjoeni, soelaeman Soemardi dan Selo Sumardjan
(1962-1964). Penelitian-penelitian sosiologi di Indonesia belum mendapat tempat
yang sewajarnya karena masyarakat masih percaya pada angka-angka yang relative
mutlak, sedangkan sosiologi tidak mungkin menghasilkan hal-hal yang bersifat
mutlak. Hal ini disebaabkan masing-masing manusia mempunyai kekhususan,
sehingga sulit sekali menerapkan teori-teori sosiologi secara umum. Apalagi
masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk (ras,etnis, agama dan
sebagainya). Dalam hal ini masih diperlukan usaha tang tekun dank eras untuk
menempatkan penelitian sosiologis pada posisi yang wajar.
Revolusi industri
yang terjadi di Eropa Barat, dampaknya sangat besar terhadap kehidupan
masyarakat, baik di bidang sosial budaya, agama, ekonomi, maupun politik
kenegaraan. Sampai awal abad ke-19 pengaruhnya tidak hanya meliputi
Negara-negara Eropa Barat, tetapi juga ke Eropa Timur, Amerika Utara, dan
Amerika Latin, bahkan meliput juga Negara-negara Asia, Afrika, Australia, dan
Oceania.
Sebagai suatu
revolusi besar yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan manusia terutama
bidang teknologi, revolusi industri menimbulkan berbagai dampak negatif selain
dampak positif, khususnya dalam bentuk konflik kepentingan seperti:
a. Konflik atau pertentangan
antara kaum buruh yang miskin dan tertekan dengan kaum
kapitalis/pengusaha/majikan yang kaya dan berkuasa,
b. Pertentangan antara kaum
borjuis kapitalis sebagai kelas menengah baru yang ingin merebut kekuasaan
politik dari kaum bangsawan atau aristokrat,
c. Pertentangan antara kaum
democrat liberal dengan kaum aristokrat yang ingin tetap memegang kekuasaan
politik ekonomi,
d. Pertentangan antara lapisan
bawah yang miskin dengan lapisan atas yang kaya dan elit terutama di kota-kota
besar,
e. Pertentangan antara
negara-negara industri sendiri yang saling memperebutkan sumber-sumber bahan
mentah dan daerah pemasaran.
Konflik-konflik
sosial tersebut menimbulkan berbagai masalah sosial seperti masalah
pengangguran, kemiskinan, kriminal, serta masalah perekonomian dan politik yang
tidak stabil. Timbulnya masalah sosial ini mendorong lahirnya sosiologi, karena
sosiologi dapat berperan dalam membantu mencari jalan keluar yang dianggap
efektif untuk menyelesaikan masalah-masalah sosial tersebut. Namun sebutan
istilah sosiologi tidak serta merta muncul begitu saja. Istilah sosiologi (
seperti yang telah dijelaskan ) diperkenalkan pertama kali oleh Auguste Comte
pada abad ke-19. Pemikiran atau penelaah tentang masyarakat sendiri sudah
berlangsung sejak lama, kemudian lambat laun mendapat bentuk sebagai suatu ilmu
pengetahuan yang disebut sebagai sosiologi. Banyak usaha yang bersifat ilmiah
ataupun non ilmiah yang membentuk sosiologi sebagai ilmu pengetahuan yang
berdiri sendiri. Salah satu pendorong utamanya adalah meningkatnya perhatian
terhadap kesejahteraan masyarakat, terutama saat berlangsungnya revolusi
industri di Eropa yang menimbulkan
berbagai dampak yang mengganggu kesejahteraan masyarakat tersebut. Selain itu
menurut Berger dan Berger, dua orang kakak beradik ahli sosiologi dari Inggris,
kelahiran sosiologi sebagai ilmu pengetahuan social, erat sekali kaitannya
dengan cara berpikir sosiologi.
Pemikiran
sosiologis berkembang bila masyarakat menghadapi ancaman terhadap hal-hal yang
selama ini dianggap sudah benar. Manakala hal-hal yang selama ini menjadi
pegangan mengalami krisis, maka mulailah orang melakukan renungan sosiologis.
Contohnya adalah masalah disintegrasi kesatuan masyarakat Eropa akibat
reformasi agama (abad 16/17). L. Laeyendecker pun mengaitkan kelahiran
sosiologi dengan serangkaian perubahan berjangka panjang yang melanda Eropa
Barat seperti:
1.
Pertumbuhan kapitalisme
2.
Refolusi agama
3.
Meningkatnya individualisme
4.
Revolusi Prancis
5.
Lahirnya ilmu pengetahuan modern, dan
6.
Revolusi industry
B.
Sosiologi sebagai Ilmu
Sosiologi termasuk kelompok ilmu-ilmu
sosial (social science). Sosiologi
juga disebut ilmu kemasyarakatan, dan termasuk ilmu yang masih muda usianya.
Sosiologi sebagai ilmu, baru muncul pada abad ke-19, dipopulerkan oleh seorang
filosof prancis yang bernama Auguste comte (1798-1853). Di dalam bukunya Course
de Philosophi positive, ia menerangkan bahwa pendekatan umum untuk mempelajari
masyarakat harus melalui urutan-urutan tertentu, yang kemudian akan sampai pada
tahap terakhir, yaitu tahap ilmiah. Karena jasanya, Comte disebut Bapak
sosiologi karena ia pertama kali memakai istilah sosioloagi. Ia mengkaji
sosiologi secara sistematis, sehingga sosiologi terlepas dari ilmu filsafat dan
berdiri sendiri sejak pertengahan abad ke-19. Beberapa sarjana memberikan
definisi-definisi tentang sosiologi sebagai berikut:
1.
Roucek
dan Warren mengatakan bahwa sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan
antara manusia dengan kelompok-kelompok.
2.
William
F. Ogburn dan Meyer F. Nimkoff mengatakan bahwa sosiologi adalah penelitian
secara ilmiah terhadap intraksi sosial dan hasilnya, yaitu organisasi sosial.
3.
Pitirim
A. Sorokin mengatakan bahwa sosiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari:
a. Hubungan dan pengaruh timbal
balik antara aneka macam gejala-gejala sosial (misalnya, antara gejala ekonomi
dengan agama, keluarga dengan dengan moral, hukum dengan ekonomi, gerak
masyarakat dengan politik, dan sebagainya).
b. Hubungan dengan pengaruh timbal
balik antara gejala sosial dengan gejala nonsosial, misalnya, gejala geografis,
biologi, dan sebagainya.
c. Cirri-ciri umum dari semua jenis
gejala-gejala social.
4.
Selo
soemardjan dan Soelaiman Soemardi mengemukakan bahwa sosiologi atau ilmu
masyarakat adalah ilmu yang mempelajari struktur sosial dan proses sosial,
termasuk perubahan sosial. Dijelaskan pula bahwa struktur social adalah keseluruhan
jalinan antara unsur-unsur dalam masyarakat yang pokok, yaitu kaidah-kaidah
(norma-norma kemasyarakatan), lembaga-lembaga, kelompok-kelompok, serta
lapisan-lapisan dalam masyarakat. Sedangkan proses sosial adalah pengaruh
timbal balik antara berbagai segi kehidupan bersama, umpamanya, pengaruh timbal
balik antara segi kehidupan ekonomi dengan kehidupan politik, antara segi
kehidupan hukum dengan agama, antara segi kehidupan agama dengan kehidupan
ekonomi, dan sebagainya.
5.
Hassan
Shadily, dalam bukunya Sosiologi Masyarakat Indonesia. Menyebutkan bahwa
sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hidup bersama dalam masyarakat, dan
menyelidiki ikatan-ikatan antarmanusia yang menguasai kehidupan dengan mencoba
mengerti sifat dan maksud hidup bersama, cara terbentuk dan tumbuh, serta
berubahnya perserikatan-perserikatan hidup serta kepercayaan dan keyakinan,
memberi sifat tersendiri kepada cara hidup bersama dalam hidup persekutuan
hidup manusia.
Menurut Harry M.
Jhonson, yang dikutip oleh Soerjono Soekanto, sosiologi sebagai ilmu mempunyai
ciri-ciri sebagai berikut:
1.
Bersifat
empiris, yaitu didasarkan pada observasi dan akal sehat yang hasilnya tidak
bersifat spekulatif.
2.
Bersifat
teoretis, yaitu selalu berusaha menyusun abstraksi dari hasil observasi yang
konkret di lapangan, dan abstraksi tersebut merupakan kerangka dari unsus-unsur
yang tersusun secara logis dan bertujuan menjalankan hubungan sebab-akibat.
3.
Bersifat
kumulatif, artinya teori-teori sosiologi dibentuk berdasarkan teori yang sudah
ada, kemudian diperbaiki, diperluas, dan diperhalus.
4.
Bersifat
nonetis, yang dipersoalkan dalam sosiologi bukanlah baik buruknya fakta
tertentu, akan tetapi menjelaskan fakta tersebut secara analitis.
Menurut M.M
Djojodigoeno, sosiologi bersifat mengawinkan, artinya sosiologi ingin
mengetahui keadaan sebenarnya dari kehidupan bermasyarakat. Plato, Aristoteles,
Hobes, dan Spinoza memberikan hal yang berbeda. Mereka memandang masyarakat
dari sudut pandang normative dan finalis. Normatife artinya menegakkan
norma-norma untuk kehidupan kolektif yang baik. Finalis artinya mencita-citakan
organisasi sosial politik yang sempurna. Buku Sosiologi Suatu Pengantar yang
ditulis Soerjono Soekanto, mengatakan bahwa sosiologi adalah ilmi sosial murni,
abstrak, rasional, dan empiris, bersifat umum, serta berusaha mencari
pengertian umum. Menurut pengertiannya, hakikat sosiologi adalah sebagai
berikut:
1.
Sosiologi
adalah ilmu sosial.
2.
Sosiologi
bukan merupakan disiplin ilmu normative, melainkan disiplin ilmu kategoris,
yang membatasi diri pada kejadian dewasa ini, bukan apa yang terjadi atau
seharusnya terjadi.
3.
Sosiologi
termasuk ilmu pengetahuan murni bukan ilmu pengetahuan terapan, misalnya, para
sosiolog mengemukakan pendapat yang berguna untuk petugas administrasi,
pembentuk undang-undang, diplomat, guru-guru, dan sebagainya.
4.
Sosiologi
merupakan ilmu pengetahuan abstrak, bukan ilmu pengetahuan konkret. Dalam
sosiologi, yang diperhatikan adalah bentuk dan pola peristiwa-peristiwa masyarakat.
5.
Sosiologi
bertujuan menghasilkan pengertian dan pola-pola umum, serta mencari
prinsip-prinsip dan hukum-hukum umum dari intraksi manusia, sifat, hakikat,
bentuk, isi, dan struktur masyarakat manusia.
6.
Sosiologi
merupakan ilmu pengetahuan umum, bukan pengetahuan khusus.
Dari uraian
tersebut dapat disimpulkan bahwa sosiologi merupakan ilmu pengetahuan sosial
yang berdiri sendiri dan mempunyai objek studi tersendiri. Sosiologi termasuk
ilmu pengetahuan karena di dalamnya mengandung pengetahuan yang tersusun secara
sistematis, yang dapat dipahami akal pikiran, dapat ditelaah, serta dapat
dikontrol secara kritis (dapat dilihat kesalahan dan kekeliruannya) oleh orang
lain yang ingin mengetahuinya.
C.
Sosiologi sebagai Metode
Metode berasal dari
bahasa Yunani, yaitu methodos, yang artinya cara atau jalan. Dan diperluas
menjadi cara karja, yaitu cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi
sasaran ilmu. Dalam penelitian sosiologi digunakan dua cara (metode), yaitu
metode kualitatif dan metode kuantitatif.
1. Metode kualitatif mengutamakan
cara kerja dengan menjabarkan hasil penelitian berdasarkan penilaian dan
pemaknaan terhadap data yang diperoleh. Metode ini dipergunakan apabila data
hasil penelitian tidak dapat diukur dengan angka, atau dengan ukuran-ukuran
lain yang bersifat eksak.
Metode kualitatif
ada dua macam, yaitu metode historis dan metode komparatif.
a. Metode historis merupakan
penelitian yang analisis datanya didasarkan pada peristiwa-peristiwa masa
lampau untuk mengetahui kejadian saat ini.
b. Metode komparatif adalah
penelitian dengan membandingkan antara kondisi masyarakat satu dengan yang
lain, dengan maksud untuk mengetahui perbedaan dan persamaan, disamping untuk
mengetahui sebab-sebab terjadinya kondisi masyarakat yang demikian.
Metode yang masih
tergolong metode kualitatif adalah study kasus, yaitu penelitian yang
memusatkan perhatian pada fenomena-fenomena (gejala) sosial yang nyata dalam
masyarakat, yang ditelaah keadaan masyarakat yang dilihat dari persoalan atau
kasus tertentu, baik dalam suatu lembaga, kelompok, maupun individu. Adapun
caranya dilaksanakan dengan teknik wawancara, dengan panduan daftar pertanyaan,
atau dengan pengamatan partisipan. Dalam penelitian ini, peneliti harus
bener-bener membaur dalam kehidupan masyarakat sehari-hari, dengan tidak member
sugesti kepada masyarakat yang sedang diteliti.
Menurut Abu Ahmadi
(1985), metode kualitatif dapat dikelompokkan menjadi 4 bagian, yaitu:
1. Metode historis,
2. Metode
komparatif,
3. Metode
historis-komparatif (gabungan), dan
4. Metode case study, yaitu mendalami secara sungguh-sungguh dari salah satu
gejala-gejala yang nyata yang terdapat dalam kehidupan masyarakat opada waktu
itu.
2. Metode kuantitatif adalah cara
penilitian yang analisis datanya mengutamakan keterangan berdasarkan
angka-angka. Gejala yang di diteliti diukur dengan skala, indeks, table, atau
formula-formula tertentu yang cenderungmenggunakan uji statistik.
Penelitian
sosiologi pada umumnya teknik statistik. Polling (jejek pendapat) adalah salah
salah satu penelitian dalam metode kuantitatif.
Adanya
beberapa metode yang digunakan sosiologi dalam menyelidki sasarannya, menurut
Abu Ahmadi (1985) sebagai berikut:
a.
Historical method: suatu cara penulusuran terhadap
kebudayaan serta struktur masyarakat yang telah lampau, untuk kemudian diambil
contohnya untuk untuk masa yang akan dating.
b.
Comparative method: membandingkan satu masyarakat
dengan masyarakat lain, satu kelompok dengan kelompok lain, satu kebudayaan
dengan kebudayaan lain, sehingga akan diperoleh garis-garis persamaan yang
berlaku umum. Dengan demikian, dapat memberikan prediksi terhadap perkembangan
berikutnya dalam masyarakat.
c.
Statistical method: untuk mengukur gejala-gejala
sosial yang tampak secara kuantitatif kemudian diinterprestasikan ke dalam
pemahaman umum.
d.
Case study method: menyelidiki peristiwa-peristiwa
yang terjadi disekitar kelompok masyarakat, maupun lembaga-lembaga tertentu
untuk mendapatkan garis-garis pokok dari peristiwa-peristiwa itu. Metodi ini
sering disebut survey.
Metode, sekurang-kurangnya memiliki beberapa ciri pokok yaitu:
1.
Ada
permasalahan yang akan dikaji atau diteliti.
2.
Ada
hipotesis, yaitu simpulan yang bersifat sementara yang harus dibuktikan
terlebih dahulu kebenarannya.
3.
Ada
usulan mengenai cara kerja atau cara penyelesaian permasalahan dan hipotesis
yang ada.
Metode
sosiologi yang lain ada yang mendasarkan dengan cara berfikir induktif dan
deduktif. Metode induktif digunakan untuk menyimpulkan suatu keadaan, dari
gejala yang khusus, untuk mendapatkan kaidah-kaidahyang berlaku secara umum.
Sementara metode deduktif digunakan untuk mengumpulkan suatu keadaan dengan
gejela umum untuk mendapatkan kaidah yang berlaku secara khusus.
D.
Penggunaan Sosiologi dalam Kehidupan Sehari-hari
1. Kegunaan Sosiologi dalam Pembangunan
Dalam
perkembangaan masyarakat dewasa ini, konsep pembangunan sudah menjadi ideologi
dalam upaya mengejar pertumbuhan serta kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Dalam pembangunan, diperlukan kemajuan keras dan kemampuan untuk memanfaatkan
potensi-potensi yang ada dalam masyarakat. Berbagaimacam perencanaan perlu
disusun dan digelar untuk menghimpun kekuatan untuk dikaitkan dalam usaha
mencapai kesejahteraan. Menurut Soerjono Soekanto, proses pembangunaan perlu
dikaitkan dengan pandangan yang optimis untuk mencapai taraf hidup yang lebih
baik. Untuk mencapai taraf hidup yang lebih baik, diperlukan cara struktural
dan spiritual.
a.
Struktural yaitu perencanaan, pembentukan dan evaluasi lembaga kemasyarakatan,
prosedur, serta pembangunan fisik.
b.
Spiritual yaitu pembentukan watak dan pendidikan, khususnya cara berpikir
terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi.
Prioritas
utama dalam pembangunan adalah perbaikan ekonomi serta menyeluruh dan merata,
baik pada lapisan elit maupun lapisan bawah.
Secara
sosiologis, hasil pembangunan hendaknya dapat dinikmati seluruh masyarakat,
terutama masyarakat miskin. Pembangunan semacam ini biasanya terwujud pada
kegiatan untuk melengkapi kebutuhan materiil, seperti pakaian, pangan ,
kesehatan, pendidikan, dan keamanan. Pelaksanaan pembangunan ditujukan pada
pemberantasan hal-hal yang berkaitan dengan kemiskinan yang umumnya melanda
negara-negara yang sedang berkembang.
Dalam
sosiologi, pembangunan adalah proses peningkatan taraf hidup masyarakat yang
didasarkan pada realitas sosial. Kegagalan pembangunan disebabkan karena tidak
memperhatikan aspek-aspek sosiologis, seperti hasilnya yang belum menyentuh
masyarakat lapisan bawah. Upaya mengurangi sifat ketergantungan dari pihak lain
berarti mengurangi ketertinggalan dan keburukan dalam sistem otonomi.
2. Kegunaan Sosiologi dalam
Pemecahan Masalah Sosial
Adanya
masalah sosial berdasarkan definisi adalah masalah yang ditimbulkan oleh
masyarakat itu sendiri. Pernyataan itu dikatakan Roucek dan Warren. Dengan
demikian, masalah sosial adalah masalah yang
melibatkan sejumlah besar manusia. Masalah yang tergolong masalah social
murni adalah masalah yang berhubungan dengan terjadinya benturan
antarinstitusi,rendahnya pengawasan sosial, atau kegagalan menggunakan
kaidah-kaidah teknologi yang tepat.
Ada
dua metode untuk menanggulangi masalah sosial, yaitu metode preventif dan
metode represif: (a) Metode preventif dilakukan dengan mengadakan penilaian
yang mendalam terhadap gejala-gejala sosial; (b) Metode represif adalah proses
penanggulangan secara langsung terhadap masalah sosial yang sedang tumbuh dan
dirasakan masyarakat. Dalam buku sosiologi kelompok dan masalah, karya abdul
Syani, ada dua metode, yaitu metode coba-coba dan metode analisis: (i) Metode
coba-coba (trial and error methods) adalah cara menanggulangi masalah sosial
yang masih sederhana. Metode ini sering digunakan untuk menanggulangi masalah
sosial dalam masyarakat yang masih sederhana. Kadang-kadang dilakukan dengan
bantuan seorang dukun atau dengan memberikan sesajen, dan (ii) Metode analisis
adalah cara penanggulangan masalah sosial dengan melakukan
penelitian-penelitian secara ilmiah.
3. Kegunaan Sosiologi dalam
Perencanaan Sosial
Perencanaan
social adalah suatu kegiatan untuk mempersiapkan masa depan secara ilmiah. Maksudnya
untuk mengatasi kemungkinan timbulnya masalah. Perencanaan sosial lebih
bersifat preventif karena kegiatannya member pengarahan dan bimbingan sosial
mengenai cara-cara hidup masyarakat yang baik. Menurut Orgburn dan Nimkoff,
suatu perencanaan sosial yang baik dan efektif adalah sebagai berikut: (a) Adanya
unsur modern dalam masyarakat yang mencakup suatu sistem ekonomi yang telah
menggunakan uang, urbanisasi yang teratur, inteligensia di bidang teknik dan
ilmu pengetahuan, dan sistem administrasi yang baik; (b) Adanya sistem
pengumpulan keterangan dan analisis yang baik; (c) Terdapatnya sikap publik
yang baik terhadap unsur-unsur perencanaan social tersebut, dan (d) Adanya
pemimpin ekonomi dan politik yang progresif.
Kegunaan
sosiologi dalam perencanaan sosial antara lain: (a) Sosiologi mengkaji
perkembangan kebudayaan masyarakat dari taraf tradisional sampai pada taraf
modern; (b) Sosiologi mengkaji hubungan manusia dengan alam sekitarnya,
hubungan antargolongan dalam masyarakat, dan mempelajari proses perubahan dalam
masyarakat; (c) Sosiologi merupakan disiplin ilmu yang objektif sehingga
pelaksanaan perencanaan sosial diharapkan lebih sedikit penyimpangan; (d) Perencanaan
sosial secara sosiologis merupakan alat untuk mengetahui perkembangan kehidupan
masyarakat, dan (e) Dengan berpikir secara sosiologis dapat diketahui
keterbelakangan serta kemajuan masyarakat dalam bidang kebudayaan, yaitu
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
4. Kegunaan Sosiologi dalam Penelitian
Metode-metode
penelitian yang dimiliki sosiologi dapat diterapkan pada hamper semua aspek
kehidupan manusia, terutama aspek yang berhubungan dengan interaksi antar
individu dalam kelompok masyarakat. Dalam penelitian sosiologi beberapa metode
utama yang digunakan antara lain untuk menguji kebenaran hipotesis yang telah
ditetapkan sebelumnya. Metode-metode tersebut antara lain sebagai berikut: (a) Metode
statistik, untuk menunjukkan hubungan dan pengaruh-pengaruh kausalitas. Dengan
menggunakan tabulasi jawaban-jawaban responden dari pertanyaan yang diajukan,
sudah dapat diketahui dan dapat disimpulkan baik secara kuantitatif maupun
secara kualitatif; (b) Metode eksperimen, digunakan untuk menguji pengaruh dari
proses perubahan pada pola kehidupan masyarakat; (c) Metode partisipasi,
digunakan untuk penelitian tentang kehidupan kelompok yang tidak mungkin
dilakukan dengan menggunakan identitas peneliti; (d) Metode studi kasus,
digunakan untuk meneliti kebenaran peristiwa-peristiwa tertentu, misalnya
gerakan sekelompok mahasiswa, dan (e) Metode survei lapangan digunakan untuk
memperoleh data yang tidak mungkin diperoleh dengan cara-cara lain. Metode ini
digunakan apabila ingin mencari data yang hanya ada pada kehidupan masyarakat
secara langsung.
Objek
sosiologi dibagi dapat dibagi menjadi 2 (dua), yaitu: (1) Objek material-objek material sosiologi adalah kehidupan
sosial, gejala-gejala dan proses hubungan antar manusia yang mempengaruhi kesatuan
hidup manusia itu sendiri, dan (2) Objek
formal-Objek formal sosiologi lebih ditekankan pada manusia sebagai makhluk
social atau masyarakat. Dengan demikian, objek formal sosiologi adalah hubungan
manusia di dalam masyarakat.
0 komentar:
Posting Komentar