Headlines News :
Home » » Peran Kurikulum dan Lingkungan Sekitar Dalam Pembinaan Akhlak Mulia/Karakter di Sekolah

Peran Kurikulum dan Lingkungan Sekitar Dalam Pembinaan Akhlak Mulia/Karakter di Sekolah

Written By mikailahaninda.blogspot.com on Sabtu, 07 Maret 2015 | 11.27


A.    Peran Kurikulum dalam Pembinaan Akhlak Mulia
Kurikulum merupakan rancangan pendidikan yang merangkum semua pengalaman belajar yang disediakan bagi siswa di sekolah, yang dirancang dan disusun oleh para ahli pendidikan/ahli kurikulum, ahli bidang ilmu, pendidik, ataupun pejabat pendidikan. Ini disusun dengan maksud memberi pedoman kepada para pelaksana pendidikan, dalam proses pembimbingan perkembangan siswa, mencapai tujuan yang dicita-citakan oleh siswa itu sendiri, keluarga, maupun masyarakat (Nana Syaodih S., 2010: 150). Kurikulum juga dapat diartikan sebagai sebuah rencana pendidikan yang memberikan pedoman dan pegangan tentang jenis, lingkup, dan urutan isi serta proses pendidikan yang akan dilaksanakan dalam satuan pendidikan.
Dari pengertian kurikulum tersebut di atas, dapat diketahui betapa pentingnya peranan kurikulum dalam rangka mencapai keberhasilan pendidikan untuk sampai pada tujuan yang sudah direncanakan. Tanpa perencanaan yang baik dan benar, proses pembinaan akhlak mulia siswa tidak akan dapat menghasilkan out put yang sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
Dalam kurikulum pendidikan Nasional, pendidikan akhlak mulia sejajar dalam kelompok mata pelajaran agama. Ini dimaksudkan untuk membentuk siswa menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta berakhlak mulia. Akhlak mulia mencakup etika, budi pekerti, atau moral sebagai perwujudan dari pendidikan agama. Namun demikian, dalam pendidikan akhlak mulia di sekolah, selain sebagai mata pelajaran tersendiri sesuai standar kurikulum nasional yaitu sebagai mata pelajaran agama dan akhlak mulia. Sekolah juga dapat mengintegrasikan nilai-nilai akhlak mulia dalam semua mata pelajaran secara langsung maupun secara tidak langsung. Ini dilakukan antara lain dengan membuat program ekstrakurikuler dan kurikulum tersembunyi sesuai dengan kebutuhan sekolah masing-masing.
Terkait dengan kurikulum pembinaan akhlak mulia di sekolah, Bohlin, Farmer & Ryan mengemukakan bahwa In the curriculum, character education occurs through the choices that teachers select to illustrate “a primary source of our shared moral wisdom (through) stories, biographies, historical events, and ... reflections on the ‘good life’ and the meaning of ‘strong moral character” (Mindes, 2006: 33). Ini menunjukkan bahwa pembinaan akhlak mulia itu dapat diterapkan dalam semua bidang studi.
Secara tegas Mindes (2006: 33) menegaskan bahwa kompleksitas dan nuansa dari pendidikan karacter (akhlak mulia) termasuk dalam penelitian sosial, di mana kurikulum berfokus pada orang dalam arti luas, seperti budaya, sejarah, dan manusia, antara tindakan dengan satu sama lain dan dengan lingkungan sekitar. Ini menunjukkan bahwa kurikulum pembinaan akhlak mulia itu mencakup semua aspek kehidupan manusia.
Dengan demikian pembinaan akhlak mulia yang baik, tentunya harus dilakukan dengan melibatkan kurikulum yang menantang dan bermakna serta tetap memperhatikan kebutuhan semua siswa dalam rangka membantu siswa untuk memperoleh hasil pembinaan akhlak mulia yang optimal. Meskipun pada awalnya ketika siswa berangkat ke-sekolah dengan bermacam-macam keterampilan, minat, motivasi, dan karakter yang berbeda-beda, namun diharapkan dengan adanya penerapan kurikulum yang baik dan menantang, dapat memberikan pelayanan yang optimal bagi semua siswa, sehingga tercipta suasana sekolah yang menyenangkan dan nyaman untuk tempat belajar bagi semua siswa.
B.     Peran Lingkungan Sekitar dalam Pembinaan Akhlak Mulia
Proses pembinaan yang dilakukan di sekolah dalam rangka mencapai hasil pembinaan akhlak mulia yang diharapkan, tentu tidak hanya dipengaruhi oleh faktor internal dalam sekolah seperti perang kepala sekolah, guru, dan kurikulum. Akan tetapi, lingkungan sekitar juga memiliki peranan penting dalam mencapai tujuan pembinaan akhlak mulia siswa.
Lingkungan sekitar yang dimaksudkan adalah semua hal atau situasi dan kondisi yang ada di sekeliling siswa yang secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi tingkah lakunya. Hal-hal yang ada di sekitar tersebut, yang termasuk di dalamnya mencakup segala sesuatu yang berpotensi mempengaruhi perkembangan dan tingkah laku siswa. Lingkungan sekitar ini terdiri atas dua bagian yaitu lingkungan alam dan lingkungan sosial.
Lingkungan alam adalah segala sesuatu yang ada dalam dunia ini yang bukan manusia, seperti rumah, tumbuh-tumbuhan, air, iklim suatu daerah, dan hewan (M. Ngalim Purwanto, 2009: 72). Dengan demikian, lingkungan alam yang dapat mempengaruhi hasil pendidikan itu sangat luas, sehingga perlu untuk diperhatikan oleh para guru dalam melaksanakan proses pembinaan akhlak mulia siswa.
Lingkungan sosial adalah semua orang atau manusia lain yang mempengaruhi kita (M. Ngalim Purwanto, 2009: 73). Pengaruh lingkungan sosial ini ada yang secara langsung dan secara tidak langsung mempengaruhi hasil pembinaan akhlak mulia. Pengaruh langsung di sini misalnya dalam pergaulan sehari-hari dengan orang lain, dengan anggota keluarga, dan teman sebaya. Sedangkan pengaruh yang tidak secara langsung misalnya berbagai tayangan melalui Televisi, Radio, hasil bacaan dari buku, majalah, koran, dan lain sebagainya.
Faktor lingkungan sosial sangat besar pengaruhnya dalam mempengaruhi hasil pendidikan terutama terhadap pertumbuhan rohani dan kepribadian atau akhlak mulia siswa. Sekarang ini media sering menyuguhkan tayangan yang tidak sesuai dengan perkembangan siswa, seperti siaran televisi tentang berbagai berita kriminal, filem yang mengarah pada pergaulan bebas, iklan yang dapat membentuk perilaku konsumtif, infotaimen, gossip, dan sinetron yang sedikit sekali memuat nilai-nilai pendidikan bagi siswa. Itu semua sangat digemari oleh siswa, sehingga proses pembinaan akhlak mulia yang dilakukan di sekolah cenderung kalah oleh pengaruh media yang semakin berpotensi meracuni akhlak mulia siswa. Dalam hal ini, Lickona (1975: 293-294) mengemukakan dampak media yaitu.
The previous section focused almost entirely on the possibility that exposure to televised violence would increase young viewers’ overt aggressiveness. Clearly, this is one result that has been repeatedly demonstrated by the research. Other effects of television viewing, related in various degrees to the violence issue, may be equally or even more important in the child’s moral development.

Lickona mencoba menjelaskan bagaimana dampak media terutama dari segi tayangan yang ditonton siswa seperti tayanga kekerasan, yang tentu akan berpengaruh terhadap agresivitas para siswa, sehingga tingkah laku siswa terutama akhlak mulia siswa akan dapat dipengaruhi secara langsung maupun tidak langsung.
Besarnya pengaruh eksternal terhadap proses pembinaan akhlak mulia siswa antara lain diungkapkan oleh Anna, et. al. (2001: 3), yang menyatakan bahwa: 
Teachers (and schools) neither should nor could be the sole source of moral education, let alone morality, for children. Many other people and institutions, in particular the family, have roles that impinge on moral development, and this influence is often far beyond that which a single teacher can have. … These other influences are not always benign, and the teacher’s role may include what we might call remedial work on damage done by families, the media or other agents.

Dengan demikian dapat terlihat bahwa peran guru dan staf yang ada di lingkungan sekolah bukanlah satu-satunya faktor yang dapat mempengaruhi proses pembinaan akhlak mulia siswa. Banyak faktor lain yang juga ikut mempengaruhi proses pembinaan akhlak mulia siswa, antara lain pengaruh keluarga, media dan lain sebagainya, sehingga guru harus tetap memperhatikan pengaruh eksternal tersebut yang akan dapat mempengaruhi proses pembinaan akhlak mulia siswa.
Share this article :

0 komentar:

 
Support : Berbagi | AULIA | Mikaila
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2011. DARIKU UNTUKMU - All Rights Reserved