BAGIAN IV
KONSEP DASAR GEOGRAFI
A. Kompetensi
Dasar
Setelah
mempelajari materi pada bagian III ini, mahasiswa dapat memahami konsep dasar
geografi dan mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
B.
Deskripsi Materi
1.
Pengertian dan Ruang Lingkup Ilmu
Geografi
“Geografi” berasal
dari bahasa Yunani, dengan asal kata “geo” berarti “bumi” dan “graphein”
yang berarti “lukisan” atau “tulisan”. Menurut pengertian yang dikemukakan
Eratosthenes, “geographika” berarti “tulisan tentang bumi” (Sumaatmadja, 1988: 31). Pengertian “bumi” dalam
geografi disini tidak hanya berkenaan dengan fisik alamiah bumi saja,
melainkan juga meliputi segala gejala dan prosesnya, baik itu gej ala dan
proses alamnya, maupun gej ala dan proses kehidupannya.
Oleh karena itu dalam hal gejala dan proses kehidupan, di dalamnya termasuk kehidupan tumbuh-tumbuhan,
binatang, dan manusia sebagai penghuni bumi tersebut. Dengan demikian,
apa pengertian geografi yang lebih luas
mencakup semua aspek tersebut. Berikut dikemukakan beberapa pendapat ahli
mengenai geografi:
Menurut Richoffen
(Hartshorne, 1960: 173) menyatakan bahwa “Geography is the study of the eart surface according to its
differences, or the study of different areas of the earth surface..., in term
of total characteristics”. Ini
artinya bahwa bidang kajian geografi
tidak hanya mengumpulkan bahan-bahan yang kemudian disusun secara
sistematik, tetapi harus dilakukan penghubungan bahanbahan tersebut untuk dikaji sebab akibatnya dari fenomena-fenomena di permukaan
bumi yang memberikan sifat individualitas sesuatu wilayah. Sebab ruang lingkup geografi tidak sekedar fisik,
melainkan juga termasuk gejala manusia
dan lingkungan lainnya. Adapun menurut Vidal de la Blache (1845- 1919)
dari Prancis yang dikenal sebagai “Bapak Geografi Sosial Modern”, mengemukakan bahwa “geography is the science of
places, concerned with qualities
and potentialities of contries”(Hartshorne,
1960: 13). Kemudian Karl Ritter misalnya menyatakan bahwa “geography to
study the earth as the dwelling-place
of man”. Dalam pengertian “the
dwelling-place of man” tersebut bahwa bumi tidak hanya terbatas pada bagian
permukaan bumi yang dihuni manusia saja, melainkan juga wilayah-wilayah yang
tidak dihuni manusia sejauh wilayah
itu penting artinya bagi kehidupan manusia. Dengan demikian dapat dipahami
bahwa wilayah studi geografi meliputi semua fenomena yang terdapat di
permukaan bumi, baik alam organiknya maupun
alam anorganiknya dalam interelasi dan interaksinya dalam ruang (spatial
relationship), dimana semuanya itu dikaji. Oleh karena itu menurut Richard Hartshorne (1960: 47): “geography
is that discipline that seeks to
describe and interpret the variable character from place to place of earth as the world of man”. Mengingat ilmu geografi tersebut sangat luas dapat dianalogikan sebagai perpaduan dari berbagai
disiplin ilmu (murni, terapan, eksak, non eksak), alam, sosial), maka
geografi sering disebut sebagai “ibu” atau “induk” ilmu pengetahua. Seperti
halnya dikemukakan oleh Preston E. James
yang menyatakan bahwa (1959: 11): “Geography has sometimes been called
the mother of sciences, since many fields of learning that started with
observations of the actual face of earth turned to the study of specific
processes whereever they might be located”
Dari pernyataan
tersebut tentu didasarkan atas alasan yang kuat, sebab bidang geografi yang luas tersebut mencakup beberapa
aspek-aspek alamiah yang sifatnya eksak, kemudian
bidang-bidang sosial yang non-eksak. Dengan demikian dapat diketahui bahwa
geografi memiliki cakupan yang sangat luas.
Ruang lingkup disiplin geografi memang sangat luas dan mendasar, sebagaimana dikemukakan oleh
Murphey (1966: 5), yang mencakup
“aspek alamiah” dan “aspek insaniah”, dimana kemudian aspek-aspek tersebut dituangkan dalam suatu ruang
berdasarkan prinsip-prinsip penyebaran, dan kronologinya. Selanjutnya
prinsip relasi ini diterapkan untuk menganalisa
hubungan antara masyarakat manusia dengan alam lingkungannya, yang dapat
mengungkapkan perbedaan arealnya serta persebaran dalam ruang, hingga pada
akhirnya prinsip relasi, penyebaran, dan kronologi pada kajian geografi ini dapat mengungkapkan karakteristik suatu wilayah
yang berbeda dengan wilayah lainnya.
Pada akhirnya terungkaplah adanya region-region yang berbeda antara region
yang satu dengan lainnya.
Cakupan dan peranan geografi
itu secara sederhana setidaknya memiliki empat hal, berdasarkan hasil penelitian UNESCO (1965: 12-35), maupun Lounsbury
(1975: 1-6), sebagai berikut:
1.
Geografi sebagai suatu sintesis, ini
artinya bahwa pembahasan geografi itu pada hakikatnya dapat menjawab substansi
pertanyaan-pertanyaan tentang; “what, where, when, why, dan how”. Proses
studi semacam itu pada hakikatnya adalah suatu
sintesis, karena yang menjadi pokok penelaahannya mencakup: apanya yang akan
ditelaah, di mana adanya, mengapa demikian, bilamana terjadinya, serta
bagaimana melaksanakannya.
2.
Geografi sebagai
suatu penelaahan gejala dan relasi keruangan. Disini geografi
berperan sebagai pisau analisis terhadap fenomena-fenomena, baik alamiah
maupun insaniah. Selain itu dalam geografi juga berperan sebagai suatu kajian
yang menelaah tentang relasi, interaksi, bahkan interdependisinya satu aspek
tertentu dengan lainnya.
3.
Geografi sebagai
disiplin tataguna lahan, pada bagian ini menekankan pada
aspek pemanfaatan atau pendayagunaan ruang geografi yang harus makin
ditingkatkan. Hal ini disebabkan karena pertumbuhan penduduk yang begitu pesat
dewasa ini menuntut adanya peningkatan sarana yang menunjang baik menyangkut
kualitas maupun kuantitasnya. Perluasan sarana tersebut antaralain seperti
tempat pemukiman, jalan raya, bangunan
publik, tempat rekreasi, dan sebagainya, semuanya membutuhkan
perencanaan yang lebih cermat dan matang.
4.
Geografi sebagai
bidang ilmu penelitian, Ini dimaksudkan agar
dua hal dapat tercapai, yaitu: 1) meningkatkan
pelaksanaan penelitian ilmiah demi
disiplin geogafi itu sendiri yang dinamis sesuai dengan kebutuhan pengembangan
ilmu yang makin pesat. Oleh karena itu dalam tataran ini perlu dikembangkan
lebih jauh tentang struktur ilmu (menyangkut fakta, konsep, generalisasi, dan teori) dari ilmu yang
bersangkutan, dan 2) meningkatkan penelitian
praktis untuk kepentingan kehidupan dalam meningkatkan kesejahteraan
umat manusia umumnya (Sumaatmadja, 1988: 41).
Berdasarkan pada pandangan ilmuwan geografi
kontemporer, mereka memandang geografi secara sederhana
sebagai suatu disiplin akademik yang terutama berkenaan dengan penguraian dan pemahaman atas
perbedaan-perbedaan kewilayahan dalam distribusi lokasi di permukaan
bumi. Fokusnya adalah sifat dan saling keterkaitan antara tiga konsep yaitu: lingkungan, tata ruang, dan tempat (Johnston, 2000: 403). Adapun dalam proses perkembangannya muncul
beberapa sub-bidang yang beragam, antaralain seperti: geografi fisik,
geografi manusia (sosial), dan geografi regional.
Sebagaimana sebelumnya telah dikemukakan bahwa dalam geografi terdiri atas tiga cakupan kajian yang saling mengait satu
sama lain yaitu: 1) lingkungan, 2) tata ruang, dan 3) tempat.
1.
Lingkungan
Lingkungan ‘alamiah’ pada suatu wilayah terdiri atas
permukaan lahan itu sendiri (tidak banyak
ahli geografi yang meneliti laut), hidrologi permukaan air di wilayah itu, flora dan fauna yang tinggal di
dalamnya, lapisan tanah yang menutupi permukaan
bumi, dan atmosfer yang terdapat di atasnya. Semua unsur tersebut terjalin
dalam suatu sistem lingkungan yang kompleks. Contohnya, flora suatu wilayah
misalnya dapat mempengaruhi iklim di sekitarnya dan pembentukan serta
pengikisan lapisan tanah di bawahnya
(Johnston, 2000: 404). Walaupun demikian kebanyakan ahli geografi fisik
memfokuskan pada salah satu aspek saja dari lingkungan
yang kompleks tersebut. Hal ini dimaksudkan agar pemahaman mereka terhadap asal-usul dan kesinambungan
perubahannya bisa dilakukan secara detil dan mendalam.
2.
Tata Ruang.
Berdasarkan
penjelasan tentang lingkungan yang identik dengan geografi fisik dapat
diketahui bahwa para ahli geografi fisik lebih memfokuskan pada lingkungan alamiah,
sedangkan untuk geografi manusia lebih memfokuskan pada penempatan dan
penggunaan lahan oleh manusia dan inilah yang dikategorikan sebagai
konsep tata ruang.
3.
Tempat
Dalam hal ini, tempat merupakan pusat bagi geografi
karena peranannya sebagai faktor pembatas
dalam perkembangan manusia, serta mengingat pentingnya tempat sebagai
konstruksi dunia (Johnston, 2000: 408). Dengan adanya tempat, seseorang mampu mengenal
siapa dirinya dan orang lain berdasarkan pada tempat. Manusia mengembangkan identitas fisi dan sosial-budaya
juga dipengaruhi oleh tempat. Tempat merupakan
lingkungan pergaulan yang diciptakan oleh manusia dalam konteks peresepsi mereka mengenai alam dan sosialnya.
Sebagai unsur penting dari tempat, identitas bersifat menentang dari apa
yang bukan bagiannya. Dengan demikian salah satu dari bagian definisi mengenai
sifat-sifat tempat, adalah perbedaan-perbedaannya.
2.
Pendekatan, Metode, dan Teknik
Pengumpulan Data Dalam Geografi
a. Pendekatan dalam geografi
Dalam kajian
geografi terdapat beberapa pendekatan yang sering digunakan. Sumaatmadja
(1988: 77-86) mengemukakan secara garis besar terdapat empat pendekatan, yakni:
(1) pendekatan keruangan atau spatial approach; pendekatan ini dibagi-bagi lagi dalam beberapa pendekatan
seperti; (a) pendekatan topik; (b) pendekatan
aktivitas manusia; (c) pendekatan regional; (2) pendekatan ekologi atau ecological approach; (3) pendekatan histories
atau pendekatan kronologi; (4) pendekatan sistem atau system approach.
Untuk lebih
jelasnya keempat pendekatan geografi tersebut dijelaskan secara rinci berikut
ini:
1.
Pendekatan
keruangan merupakan pendekatan yang
sangat khas pada ilmu geografi, dengan mengedepankan
prinsip-prinsip penyebaran, interelasi, dan deskripsi.
Dalam pendekatan ini mencakup; a)
pendekatan topic, b) pendekatan aktivitas manusia, dan c) pendekatan regional. Dalam pendekatan topik, disini
menekankan pada bidang atau masalah
apa yang paling dominan yang menjadi pusat perhatian dalam kajian itu.
Kemudian setelah diidentifikasi topiknya selanjutnya dari topik tersebut dicari sebab-sebabnya, bentuk dan
jenisnya, penyebarannya, intensitasnya, serta interelasinya dengan
fenomena-fenomena lain secara keseluruhan. Sedangkan untuk pendekatan aktivitas
manusia, diarahkan pada ektivitas manusia yang dilakukannya, dengan pertanyaan
utama; “bagaimana kegiatan manusia atau penduduk disuatu daerah/wilayah yang
bersangkutan?”. Seperti halnya pendekatan
topik, maka dalam pendekatan aktivitas manusia ini juga dikaji
penyebarannya, interelasinya, dan deskripsinya dengan gejala-gejala alainnya. Selanjutnya untuk pendekatan regional,
dikaji karaktersitik tertentu yang membedakan dari region-region lain
dengan menekakan persamaan dalam wilayah itu secara intern.
2.
Pendekatan ekologi atau “ecological approach” merupakan
pendekatan yang berkenaan penelahan
dan analisis sesuatu gejala ekologis yang diarahkan hubungan antara manusia sebagai mahluk hidup dengan
lingkungan alamnya. Dalam pandangan ekologis tersebut suatu daerah pemukiman
ditinjau sebagai suatu bentuk
ekosistem hasil interaksi penyebaran dan aktivitas manusia dengan lingkungan alamnya. Begitu juga apabila kita mengkaji
daerah-daerah pertanian, daerah perindustrian, daerah perkotaan,
dan lain sebagainya. Dengan demikian dapat
dikemukakan bahwa pendekatan ekologi merupakan pendekatan pelengkap untuk melakukan pengkajian masalah-masalah yang
sulit atau tidak dapat dihampiri oleh pendekatan dan metode lainnya.
3.
Pendekatan
historis ataupun kronologi, merupakan
suatu pendekatan yang menekankan perkembangan dinamis dari
suatu kajian geografis, berdasarkan proses
kronologis dengan memahami kurun waktunya (James, 1959: 2
dan Jarstorne, 1960: 84)). Dengan memahami dimensi urutan waktu atau dimensi sejarah, kita tidak hanya dapat mengkaji
perkembangannya, melainkan dapat pula melakukan prediksi proses gejala
atau masalah tersebut pada masa yang akan datang.
Selain itu melalui pendekatan histories atau kronologi tersebut kita dapat melakukan
pengkajian dinamika dan perkembangan suatu gejala geografi di daerah atau wilayah tertentu Untuk menyususn suatu
perencanaan pembangunan suatu aspek
kehidupan yang menyangkut. Dengan mengetahui perkembangan sejarah kehidupan tadi, secara mantap kita akan
dapat menyusuan suatu perencanaan yang serasi dan seimbang untuk
kepentingan hari mendatang. Di sinilah letak hakikat pentingnya pendekatan
historis atau kronogi tersebut (Smaatmadja, 1988: 85).
4.
Pendekatan
sistem atau “system approach”,
hal
ini dapat dianalogikan bahwa suatu ruang yang merupakan suatu kebulatan, pada
hakikatnya merupakan suatu sistem keruangan (spatial system). Sistem
disini dapat diartikan sebagai tafsiran agak beragam tetapi serupa seperti:
A
system is a series of phenomena which are interconnected by a common
process” (Dickinson: 1970: 58). A system is a set of object together
with relationships between the object and
between their attributes (Chadwick,
1971: 36). A system is a set of two
or more interrelated element of any kind; for example, concepts)
as in the number system), objects (as in a telephone system or human body), or
people (as in a social system) (Ackoff, 1974: 13).
Dengan demikian berdasarkan
penjelasan di atas bahwa sistem itu memiliki
pengertian konotasi yang luas sekali, seperti mencakup; rangkaian gej ala, alat
atau pesawat elektronik, susunan jasmaniah manusia dan lain-lain. Sedangkan
yang menjadi unsur penting dalam criteria sistem itu adalah suatu rangkaian
satu kesatuan yang berproses dalam mencapai suatu tujuan tertentu. Dengan demikian dapat dipahami bahwa dalam
pendekatan sistem tersebut merupakan
mode berpikir sintetik (mode berpikir yang didasarkan atas doktrin
ekspansionisme) secara teratur. Dalam kaitannya dengan ilmu geografi pendekatan
sistem tersebut dapat diartikan sebagai suatu yang metodologi yang digunakan
untuk mendekati, menelaah dan mengkaji sistem gejala geografi dan sistem keruangan, yang dilakukan oleh para ahli
gegrafi.
b. Metode penelitian geografi
Dalam upaya menemukan sebuah fakta atau hasil kajian temuan dalam
bidang geografi, ada beberapa metode penelitian yang sering diterapkan para
ahli, antaralain yaitu:
1) Meode Deskriptif; metode
ini banyak digunakan sejak ilmu geografi lahir
sebagai disiplin ilmu yang bersifat akademis. Sebagai karakteristik metode ini
adalah memberi penjelasan baik yang bersifat ‘alamiah’ maupun ‘insaniah’ dengan
mengungkap karaktersitik, eksploratif, hubungan fungsional, maupun dampaknya dari suatu fenomena maupun peristiwa.
Tujuan metode ini adalah untuk mendeskripsikan atau menjelaskan
peristiwa dan kejadian yang ada pada masa sekarang. Dalam metode ini
terbagi-bagi lagi menjadi beberapa metode yaitu: survei, studi kasus, dan studi pengembangan.
a.
Metode Studi
Kasus, ini merupakan metode penelitian yang sering digunakan untuk suatu karakteristik tertentu terhadap individu
maupun kelompok dengan mengungkap kasus-kasus spesifik,
baik yang mencakup pengkajian relasi, dan interelasinya terhadap individu
lainnya secara mendalam dan biasanya dilakukan secara longitudinal (Bailey,
1982: 486).
b.
Metode
Survei, ini meupakan
metode penelitian dengan teknik pengumpulan data
sepeti wawancara maupun kuesioner (angket) dengan jumlah sampel besar dan merupakan penelitian yang menggambarkan keadaan
kekinian untuk memahami opini, pendapat, maupun tanggapan publik pada umumnya
(Bailey, 1982: 110).
c.
Metode Studi
Pengembangan, ini merupakan metode
penelitian yang digunakan untuk mengembangkan suatu penelitian secara mendalam untuk memperoleh suatu model, baik dalam tataran teoretis
yang sebelumnya sudah ada maupun
belum ada. Penelitian studi pengembangan ini lazimnya banyak dikembangkan dalam dunia akademis.
2)
Metode Eksperimen dan
Korelasi; metode ini mulai dikembangkan dan dirasakan hasilnya sejak
geografi fisik dan manusia bergerak dari sifat-sifat deskriptif menuju analitis
pada tahun 1950-an dan 1960-an, pendekatan positivisme yang menekankan treatment
dan pengujian hipotesis untuk merumuskan
hukum-hukum dan derivasi teori kian menonjol.
Pendekatan penelitian ini berkaitan erat dengan kuantifikasi, keyakinan pada keteraturan statistik merupakan bukti adanya
hubungan sebab-akibat empiris secara
seperti yang diisyaratkan oleh teorinya. Pengukuran dan manipulasi data menggantikan posisi penjelasan verbal dan
kartografis sebagai prosedur dalam ilmu geografi (Johnston, 2000: 408).
3)
Metode ex
post facto; metode ini
bertujuan untuk untuk melihat dan mengkaji hubungan antara dua variabel atau lebih, dimana variabel yang
dikaji telah terjadi sebelumnya atau
tidak diberi perlakuan khusus. Ex
post facto artinya sesudah fakta, karena
dalam penelitian ini peneliti tidak perlu melakukan manipulasi atau perlakuan terhadap variable bebas. Hubungan yang dikaji
bisa berbentuk pengaruh, hubungan/korelasi, sumbangan,
maupun dampak yang bisa dinyatakan dalam
ukuran-ukuran statistika seperti koefisien korelasi, determinasi, dan lain-lain
(Sudjana, 1991: 54).
c. Teknik pengumpulan data dalam geografi
Dalam penelitian ilmu geografi banyak digunakan teknik
pengumpulan data seperti; observasi
lapangan, wawancara, kuesioner, studi dokumentasi, dan studi literatur.
1)
Observasi
lapangan (field observation) merupakan
teknik alat pengumpulan data dalam ilmu
geografi yang berusaha melihat langsung tentang gej ala dan masalah geografis. Teknik banyak sekali digunakan untuk
penelitianpenelitian geografis bahkan
merupakan teknik pengumpulan data yang paling dominan
(Sumaatmadja, 1988: 105).
2)
Wawancara atau
interviu, merupakan teknik alat pengumpul data dalam ilmu gegrafi yang dilakukan oleh peneliti (interviewer) terhadap responden (interviewee)
untuk memperoleh keterangan yang
lebih jauh dari sekedar observasi, yang dilakukan dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan langsung terhadap responden secara verbal baik formal
maupun informal. Maksud dari wawancara ini,
seperti yang dinyatakan Lincoln dan Guba (1985: 226) adalah untuk mengkonstruksi mengenai orang, kejadian,
kegiatan organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian dan
lain-lain. Sedangkan ditinjau bentuknya, wawancara ini meliputi (a) wawancara
pembicaraan informal; (b) wawancara menggunakan
petunjuk umum wawancara; (c) wawancara baku tapi terbuka (Patton, 1980:
197).
3)
Kuesioner atau Angket; merupakan teknik alat pengumpul data dengan menyebarkan sejumlah
pertanyaan-pertanyaan baik yang bersifat terbuka maupun tertup dan dilakukan melalui pertanyaan-pertanyaan
tertulis jenis pertanyaannya. Dilihat
dari tujuannya hampir sama dengan wawancara yaitu untuk mengkonstruksi mengenai orang, kejadian, kegiatan
organisasi, perasaan, motivasi,
tuntutan, kepedulian dan lain-lain (Fraenkel dan Wallen, 1993: 112- 113).
4)
Studi dokumenter; merupakan teknik alat pengumpul data yang
merupakan upaya untuk mengkaji setiap bahan tertulis ataupun film, serta
catatan (record). Dokumen dapat dibagi dalam dua kelompok yaitu dokumen
pribadi dan dokumen resmi, dan dua-duanya sangat penting dalam teknik penelitian
geografi. Hal ini dapat dipahami mengingat
dokumen dan record berguna sebagai sumber yang stabil, kaya, serta mendorong untuk suatu pengujian mengingat sifat
dokumen adalah tidak reaktif sehingga tidak sukar diperoleh dengan
teknik kajian isi (Moleong, 1998: 161).
5)
Studi kepustakaan; merupakan teknik atau alat pengumpul data
dengan mengkaji berbagai teori, prinsip, konsep, dan hukum-hukum yang berlaku
dalam ilmu geografi. Semuanya ini diperlukan
sebagai data teoretik yang relevan dengan kebutuhan kajian atau
penelitian. Oleh karena itu suatu penelitian geografi yang mustahil dilakukan, jika tanpa disertai kajian
perpustakaan (Sumaatmadja, 1988: 110).
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa dalam
konsep geografi tidak hanya berbicara tentang lingkungan, akan tetapi juga
berbicara tentang apa yang di dalam dan permukaan bumi secara keseluruhan,
termasuk hubungan dan tindakan dari manusia itu sendiri dalam kehidupan
sehari-hari dalam berinteraksi dengan lingkungannya.
Evaluasi:
Setelah mempelajari materi pada bagian IV ini,
coba kalian jawab beberapa pertanyaan berikut ini:
1.
Coba jelaskan apa itu ilmu geografi
2.
Berdasarkan pengalaman kalian dalam kehidupan
sehari-hari, coba jelaskan objek yang menjadi focus kajian ilmu geografi!
3.
Coba jelaskan manfaat mempelajari ilmu
geografi berdasarkan pengalaman kalian dalam kehidupan sehari-hari!
4.
Coba kalian berikan contoh penerapan ilmu
geografi dalam kehidupan sehari-hari!
0 komentar:
Posting Komentar