Headlines News :
Home » » METODE PEMBELAJARAN IPS

METODE PEMBELAJARAN IPS

Written By mikailahaninda.blogspot.com on Kamis, 12 Februari 2015 | 12.41


Metode Pembelajaran IPS
Sebagai Bagian Dalam Pengembangan Materi IPS SD

A.    Kompetensi Dasar
Diharapkan mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan metode pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) sebagai bagian dalam pengembangan materi Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) SD.

B.     Deskripsi Materi
Dalam proses pembelajaran banyak metode yang dapat diterapkan oleh seorang guru, tergantung pada situasi dan kondisi siapa yang akan diajar. Hal ini perlu mengingat pentingnya pemahaman seorang guru terhadap siapa yang akan menjadi objek belajarnya. Selain itu, adanya karakteristik yang berbeda pada tiap mata pelajaran juga turut mempengaruhi berbagai metode yang dapat diterapkan oleh guru dalam proses pembelajaran.
 Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) khususnya di Sekolah Dasar (SD) tentunya memiliki karakteristik tersendiri yang juga ikut berpengaruh terhadap metode yang akan diterapkan oleh seorang guru. Mengingat bahwa pada jenjang Sekolah Dasar (SD) diharapkan siswa memiliki pengetahuan yang bersifat umum terhadap sebuah mata pelajaran. Terlebih lagi bahwa dalam Ilmu Pengetahuan Sosial banyak bagian dari Ilmu-ilmu Soaial yang termuat di dalamnya, hal ini tentu menuntut adanya sebuah metode pembelajaran yang dapat memadukan berbagai disiplin ilmu-ilmu sosial tersebut sehingga menjadi satu ilmu pengetahuan yang bersifat komprehensif. Dengan demikian jelas bahwa metode yang tepat digunakan guru dalam pembelajaran IPS di sekolah dasar (SD) adalah pembelajaran terpadu. 
1.      Pengertian Pembelajaran Terpadu
Model pembelajaran terpadu pada hakikatnya merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang memungkinkan peserta didik baik secara individual maupun kelompok aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip secara holistik dan otentik (Depdiknas, 1996: 3).  Zaim Elmubarok (2008: 81) mengemukakan, pembelajaran terpadu menunjuk pada kegiatan belajar mengajar yang terorganisasikan secara lebih terstruktur yang bertolak pada tema-tema tertentu atau pelajaran sebagai titik pusatnya (center core/center of interest).
Sedangkan menurut Trianto (2010: 55-57), pembelajaran terpadu adalah pembelajaran yang diawali dengan suatu pokok bahasan atau tema tertentu yang dikaitkan dengan pokok bahasan lain, konsep tertentu dikaitkan dengan konsep lain,  baik dalam satu bidang studi atau lebih, dan dengan beragam pengalaman anak, sehingga memungkinkan siswa, baik secara individu maupun kelompok, aktif, menggali dan menemukan konsep serta prinsip keilmuan secara holistik, bermakna, dan otentik.
Tim pengembang PGSD (1996/1997: 6) mengemukakan pembelajaran terpadu sebagai berikut.
a.       Pembelajaran yang beranjak dari suatu tema tertentu sebagai pusat perhatian (center of interest) yang digunakan untuk memahami gejala-gejala dan konsep lain, baik yang berasal dari bidang studi yang bersangkutan maupun dari bidang studi lainnya.
b.      Suatu pendekatan pembelajaran yang menghubungkan berbagai bidang studi yang mencerminkan dunia nyata di sekeliling dan dalam rentang kemampuan dan perkembangan anak.
c.       Merakit atau menggabungkan sejumlah konsep dalam beberapa bidang studi yang berbeda dengan harapan anak akan belajar dengan lebih baik dan bermakna.
Berdasarkan uraian pendapat tentang pembelajaran terpadu tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran terpadu sebaiknya memiliki satu tema aktual, dekat dengan dunia siswa, dan ada kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Tema ini menjadi alat pemersatu materi yang beragam dari beberapa materi pelajaran. Pembelajaran terpadu dapat juga dilakukan dengan pendekatan belajar mengajar yang melibatkan beberapa bidang studi untuk memberikan pengalaman bermakna kepada anak didik. Dikatakan bermakna karena dalam pembelajaran terpadu, anak akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari itu melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang mereka pahami.  
Penerapan pembelajaran terpadu tentu tidak mudah karena berbagai faktor perlu dipersiapkan terutama kesiapan guru. Penerapan pembelajaran terpadu tidaklah semudah pembelajaran monolistik. Sebab, pembelajaran terpadu tidak hanya memerlukan pengemban kurikulum yang handal, akan tetapi juga membutuhkan guru yang mampu menghubungkan makna berbagai disiplin yang terintegrasi. Tetapi bagaimanapun juga guru mesti berupaya melaksanakan pembelajaran terpadu agar siswa memperoleh sejumlah manfaat dari keunggulan pembelajaran terpadu yang tidak dimiliki pembelajaran monolistik.
2.      Manfaat Model Pembelajaran Terpadu
Secara spesifik  Trianto (2007: 12)  merumuskan manfaat model pembelajaran terpadu dari perspektif kepentingan siswa sebagai berikut:
a.         Pengalaman dan kegiatan belajar anak relevan dengan tingkat perkembangannnya.
b.        Kegiatan yang dipilih sesuai dengan minat dan kebutuhan anak.
c.         Kegiatan belajar bermakna bagi anak, sehingga hasilnya dapat bertahan lama.
d.        Keterampilan berfikir anak berkembang dalam proses pembelajaran terpadu.
e.         Kegiatan belajar mengajar bersifat prakmatis sesuai lingkungan anak.
f.          Keterampilan sosial anak berkembang dalam proses pembelajaran terpadu.           
g.        Pembelajaran terpadu menjawab semua aspek yang dibutuhkan siswa mulai dari kesesuaian dengan kebutuhan, minat, keterampilan berfikir, bermakna, pragmatis, dan keterampilan sosial.    
Terkait dengan pembelajaran bermakna yang merupakan salah satu ciri pembelajaran terpadu, Oemar Hamalik (2007: 36) menjelaskan bahwa  pembelajaran dengan pendekatan integratif atau terpadu, bertitik tolak dari suatu keseluruhan atau kesatuan yang bermakna dan terstruktur. Bermakna mempunyai arti bahwa setiap suatu keseluruhan tersebut memiliki makna, arti, dan faedah tertentu. Pembelajaran bermakna lebih luas lagi adalah adanya koneksitas antara apa yang dipelajari dengan struktur pengetahuan siswa sebagaimana dikemukakan Nana Syaodih Sukmadinata (2008: 135-140) bahwa pada belajar bermakna pengetahuan baru harus mempunyai hubungan atau dihubungkan dengan struktur kognitifnya. Hasil belajar bermakna lebih mempunyai retensi daripada belajar menghafal. Dengan demikian belajar bermakna lebih efektif dibandingkan dengan belajar menghafal.
3.      Karakteristik Pembelajaran Terpadu
Sebagai suatu proses, pembelajaran terpadu memiliki karakteristik sebagai berikut.
1.      Pembelajaran berpusat pada anak.
Pembelajaran terpadu dikatakan sebagai pembelajaran yang berpusat pada anak, karena pada dasarnya pembelajaran terpadu merupakan suatu sistem pembelajaran yang memberikan keleluasaan pada siswa, baik secara individu maupun kelompok. Siswa dapat aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip dari suatu pengetahuan yang harus dikuasainya sesuai dengan perkembangannya.
2.      Menekankan pembentukan pemahaman dan kebermaknaan.
Pembelajaran terpadu mengkaji suatu fenomena dari berbagai macam aspek yang membentuk semacam jalinan antar skemata yang dimiliki siswa, sehingga akan berdampak pada kebermaknaan dari materi yang dipelajari siswa. Hasil yang nyata didapat dari segala konsep yang diperoleh dan keterkaitannya dengan konsep-konsep lain yang dipelajari dan mengakibatkan kegiatan belajar menjadi lebih bermakna. Hal ini diharapkan akan berakibat pada kemampuan siswa untuk dapat menerapkan perolehan belajarnya pada pemecahan masalah-masalah yang nyata dalam kehidupannya.
3.      Belajar melalui pengalaman langsung.
Pada pembelajaran terpadu diprogramkan untuk melibatkan siswa secara langsung pada konsep dan prinsip yang dipelajari dan memungkinkan siswa belajar dengan melakukan kegiatan secara langsung. Sehingga siswa akan memahami hasil belajarnya sesuai dengan fakta dan peristiwa yang mereka alami, bukan sekedar informasi dari gurunya. Guru lebih banyak bertindak sebagai fasilitator dan katalisator yang membimbing ke arah tujuan yang ingin dicapai. Sedangkan siswa sebagai aktor pencari fakta dan informasi untuk mengembangkan pengetahuannya.
4.      Lebih memperhatikan proses dari pada hasil semata.
Pada pembelajaran terpadu dikembangkan pendekatan discovery inquiry (penemuan terbimbing) yang melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran yaitu mulai dari perencanaan, pelaksanaan sampai proses evaluasi. Pembelajaran terpadu dilaksanakan dengan melihat hasrat, minat, dan kemampuan siswa, sehingga memungkinkan siswa termotivasi untuk belajar terus menerus.
5.      Sarat dengan muatan keterkaitan.
Pembelajaran terpadu memusatkan perhatian pada pengamatan dan pengkajian suatu gejala atau peristiwa dari beberapa mata pelajaran sekaligus, tidak dari sudut pandang yang terkotak-kotak. Sehingga memungkinkan siswa untuk memahami suatu fenomena pembelajaran dari segala sisi, yang pada gilirannya nanti akan membuat siswa lebih arif dan bijak dalam menyikapi atau menghadapi kejadian yang ada.
4.      Ciri-ciri Pembelajaran Terpadu
Hilda Karli dan Margaretha (2002: 15) mengemukakan beberapa cirri pembelajaran terpadu yaitu:
1)      Holistik, suatu peristiwa yang menjadi pusat perhatian dalam pembelajaran terpadu dikaji dari beberapa bidang studi sekaligus untuk memahami suatu fenomena dari segala sisi.
2)      Bermakna, keterkaitan antara konsep-konsep lain akan menambah kebermaknaan konsep yang dipelajari dan diharapkan anak mampu menerapkan perolehan belajarnya untuk memecahkan masalah-masalah nyata di dalam kehidupannya.
3)      Aktif, pembelajaran terpadu dikembangkan melalui pendekatan discovery-nkuiri. Peserta didik terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran yang secara tidak langsung dapat memotivasi anak untuk belajar.
Selanjutnya Tim pengembang PGSD (1977: 7) mengemukakan bahwa pembelajaran terpadu memiliki cirri-ciri sebagai berikut:
1)      Berpusat pada anak
2)      Memberikan pengalaman langsung pada anak
3)      Pemisahan antar bidang studi tidak begitu jelas
4)      Menyajikan konsep dari berbagai bidang studi dalam suatu proses pembelajaran.
5)      Bersikap luwes
6)      Hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan anak.
Karakteristik pembelajaran terpadu di atas sesuai dengan filosofi konstruktivisme sebagai rujukan dari pendidikan yang sekarang sedang dikembangkan, dimana dengan filosofi ini guru harus berpegang pada prinsip bahwa anak bersifat aktif dan memiliki kemampuan untuk membangun pengetahuannya. Ini artinya pembelajaran yang dilakukan di sekolah hendaknya dapat mengaktifkan siswa untuk mengembangkan kompetensi dasar yang dimiliki. Guru berperan sebagai pasilitator dan mediator bagi siswa dalam proses pembelajaran.
5.      Alasan Penggunaan Pembelajaran Terpadu di SD
Beberapa alasan pembelajaran terpadu yang dianggap sesuai untuk diterapkan pada tingkat Sekolah Dasar (SD) antara lain sebagai berikut:
1)      Pendidikan SD harus memperhatikan perkembangan intelektual anak. Sesuai dengan tarap perkembangannya, anak SD melihat dunia sekitarnya secara menyeluruh, mereka belum dapat memisah-misahkan bahan kajian yang satu dengan yang lainnya.
2)      Selain memperhatikan perkembangan intelektual anak, guru juga harus mengurangi dampak dari fenomena ini diantaranya anak masa usia SD belum mampu memecahkan masalah dari berbagai sisi, karena anak masih terbiasa berfikir secara fragmentasi, anak dikhawatirkan tidak memiliki cakrawala pandang yang luas dan integrative. Cakrarawala pandang yang luas diperlukan dalam memecahkan permasalahan yang akan mereka hadapi di lingkungan masyarakat.
6.      Model-Model Pembelajaran Terpadu
Fogatry (1991: 1-100) mendeskripsikan ada sepuluh level integrasi penyajian materi pembelajaran yaitu:
1)             The Fragmented Model (Model Terpisah)
          Pada model ini berbagai disiplin ilmu yang berbeda dan saling terpisah walau sudah dalam bentuk satu mata pelajaran. Kelebihan model ini adalah adanya kejelasan pandangan karena mata pelajaran dipelajari secara terpisah. Kelemahan model ini, keterhubungan menjadi tidak jelas karena lebih sedikit transfer pembelajaran antar disiplin ilmu.
2)             The Connected Model (Model Terhubung)
          Pada model connected, topik-topik dalam suatu pokok bahasan terhubung dan dikaitkan dengan pokok bahasan lain dalam satu mata pelajaran. Kelebihan model ini antara lain: (1) konsep-konsep utama saling terhubung, (2) mengarah pada review, (3) rekonseptualisasi, dan (4) asimilasi gagasan-gagasan dalam suatu disiplin. Adapun kelemahan model ini adalah disiplin-disiplin ilmu tampak tidak berkaitan meskipun telah disusun hubungan-hubungan secara eksplisit dalam satu bidang studi.
3)             The Nested Model (Model Tersarang)
          Pada pembelajaran  model nested (tersarang),  keterampilan berpikir (thinking skill), keterampilan social (social skill) dan keterampilan mengorganisir (organizing skill) dicapai dalam pembelajaran satu konten mata pelajaran (subject area). Kelebihan tipe nested (tersarang) antara lain: (1) guru dapat memadukan berbagai mata pelajaran yang berbeda dalam waktu bersamaan, dan (2) pengalaman belajar siswa selama pembelajaran menjadi semakin diperkaya dan diperluas. Kekurangan tipe nested adalah siswa menjadi bingung dan kehilangan arah tentang konsep-konsep utama dari suatu kegiatan pembelajaran karena banyaknya tugas-tugas belajar.
4)             The Sequence Model (Model Terurut)
          Pembelajaran model sequence adalah model penyajian materi yang diurutkan dalam suatu rangkaian pada beberapa disiplin ilmu. Persamaan-persamaan yang ada diajarkan secara bersamaan meskipun termasuk dalam mata pelajaran yang berbeda.
Kelebihan model sequence adalah memberi fasilitas transfer pembelajaran melintasi beberapa mata pelajaran. Adapun kelemahan model ini adalah dibutuhkan kolaborasi terus menerus dan fleksibilitas yang tinggi karena guru-guru memiliki lebih sedikit otonomi untuk merancang urutan pembelajaran.
5)             The Shared Model (Model Terbagi)
Model shared adalah model penyajian materi dengan perencanaan tim dan atau pengajaran yang melibatkan dua disiplin ilmu dengan difokuskan pada konsep, keterampilan, dan sikap-sikap (attitudes) yang sama. Kelebihan pembelajaran model shared yaitu adanya pengalaman pembelajaran bersama dengan dua orang guru dalam satu tim dan lebih mudah untuk berkolaborasi. Kelemahan model ini adalah membutuhkan waktu, kelenturan, komitmen, dan kompromi antara dua guru tersebut.
6)             The Webbed Model (Model Terjaring)
Pembelajaran model Webbed adalah penyajian pembelajaran  menggunakan pendekatan tematik. Pendekatan ini pengembangannya dengan menentukan tema sebagai dasar pembelajaran dalam berbagai disiplin ilmu. Kelebihan model webbed antara lain dapat memberikan motivasi kepada siswa dan membantu para siswa untuk melihat hubungan antar gagasan. Kekurangan model pembelajaran webbed antara lain: (1) sulit dalam menyeleksi tema, (2) cenderung untuk merumuskan tema yang dangkal, (3) dalam pembelajaran, guru lebih memusatkan perhatian pada kegiatan daripada pengembangan model keterpaduan konsep.

7)   The Threaded Model (Model Tertali)
Model threaded yaitu model penyajian materi yang menekankan keterampilan-keterampilan sosial, berpikir, adanya berbagai jenis kecerdasan, dan keterampilan belajar yang ‘direntangkan’ dalam satu alur/tali melalui berbagai disiplin ilmu yang berbeda.
Kelebihan model threaded  antara lain para siswa dapat mempelajari cara mereka belajar dan dapat memfasilitasi transfer pembelajaran selanjutnya. Adapun kekurangan model ini yaitu disiplin ilmu masing-masing pelajaran yang bersangkutan tetap terpisah satu sama lain.
8)   The Integrated Model (Model Terpadu)
Model integrated menurut Drake (2007: 28), This interdisciplinary approach matches subjects for overlaps in topics and concepts with some learn teaching in an authentic integrated model.” Pemikiran Fogarty (1991: 2) lebih tegas menjelaskan bahwa: “using a cross-disciplinary approach, this model blends the four major disciplines by finding the overlapping skill, concepts, and attitudes in all four.”  Sebelum guru mengimplementasikan model integrated, harus mengidentifikasi topik, konsep, skill, dan sikap yang tumpang tindih dari berbagai mata pelajaran. Identifikasi akan menemukan tema yang kemudian menjadi titik awal pelaksanaan model integrated.
Kelebihan model integrated antara lain: (a) mendorong para siswa untuk melihat keterkaitan dan saling hubungan antara disiplin-disiplin ilmu yang berbeda, dan (b) melihat berbagai keterkaitan tersebut akan meningktakan motivasi para siswa. Adapun kekurangan model ini yaitu sulitnya menerapkan model ini secara penuh karena  memerlukan tim antar bidang studi, baik dalam perencanaannya maupun pelaksanaannya para guru harus mempunyai waktu yang sama.
9)        The Immersed Model (Model Terbenam)
Pada model immersed, para siswa berkesempatan memadukan apa yang dipelajari dengan cara memandang seluruh pembelajaran melalui perspektif bidang yang mereka sukai (area of interest). Model penyajian materi ini diintegrasikan secara inter dan antar disiplin ilmu. Kelebihan model immersed adalah keterpaduan berlangsung di dalam diri siswa itu sendiri dan kelemahannya dapat mempersempit fokus para siswa.
10)    The Networked Model (Model Jejaring)
Pembelajaran dengan model pengintegrasian materi networked adalah proses pembelajaran dimana siswa melakukan pemaduan topik yang dipelajari melalui pemilihan jejaring para ahli di bidangnya dan sumber belajar lain. Kelebihan model networked adalah bersifat proaktif dan para siswa terstimulasi oleh informasi, keterampilan, atau konsep-konsep baru. Adapun kelemahan model ini adalah perhatian para siswa dapat terpecah sehingga upaya-upaya pembelajaran menjadi tidak efektif.
Selain  model keterpaduan di atas, ada model keterpaduan lain  dalam pembelajaran IPS, sebagaimana diungkapkan Sugiharsono (2000: 8-9) yaitu:
1)         Model Keterpaduan Berdasarkan Kompetensi Dasar
Dalam pembelajaran di SD keterpaduan dapat dilakukan berdasarkan kompetensi dasar yang akan dicapai, misalnya Mengenal kegiatan ekonomi penduduk. Kegiatan ekonomi penduduk dalam contoh yang dikembangkan ditinjau dari berbagai disiplin ilmu yang tercakup dalam IPS, Mate-matika, kesenian, dll. Skema berikut memberikan gambaran keterkaitan suatu topik/tema dengan berbagai disiplin ilmu.      
2)         Model Keterpaduan Berdasarkan Potensi Utama Suatu Wilayah
Keterpaduan dapat dikembangkan melalui topik yang didasarkan pada potensi utama yang ada di wilayah setempat; sebagai contoh, “Potensi Lombok Sebagai Daerah Wisata”. Dalam pembelajaran yang dikembangkan, kebudayaan Yogyakarta dikaji dan ditinjau dari faktor alam, historis kronologis dan kausalitas, serta perilaku masyarakat terhadap aturan. Melalui kajian potensi utama yang terdapat di daerahnya, siswa selain dapat memahami kondisi daerahnya juga sekaligus mencapai Kompetensi Dasar yang terdapat pada beberapa disiplin ilmu yang diitegrasikan.
3)         Model Integrasi Berdasarkan Permasalahan
Model pembelajaran terpadu yang lainnya adalah berdasarkan permasalahan yang ada, mialnya permasalahan “Kemiskinan”. Pada pembelajaran terpadu, kemiskinan dapat ditinjau dari beberapa aspek sosial yang mempengaruhinya. Diantaranya adalah aspek ekonomi, sosial, budaya, geografi, dan aspek sejarah.
Berdasarkan pemaparan tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di sekolah dapat dilakukan dengan metode pembelajaran terpadu. Hal ini sesuai dengan karakteristik Ilmu Pengetahuan Sosial, yang terdiri dari berbagai disiplin ilmu-ilmu sosial. Dalam penerapan metode pembelajaran terpadu tersebut dapat dilakukan dengan menerapkan beberapa model keterpaduan sesuai dengan materi yang akan diajarkan dan sesuai dengan kondisi siswa.

Latihan
1)      Jelaskan bagaimana metode pembelajaran IPS yang tepat untuk jenjang pendidikan sekolah dasar!
2)      Jelaskan bagaimana guru memilih metode pembelajaran yang tepat dalam mengajarkan Ilmu Pengetahuan Sosial!
3)      Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan perpaduan dari berbagai disiplin Ilmu-ilmu Sosial. Berdasarkan ungkapan tersebut, jelaskan bagaimana langkah guru dalam mengembangkan materi Ilmu Pengetahuan Sosial!
4)      Berdasarkan perkembangan teknologi saat sekarang ini, bagaimana seharusnya guru memanfaatkan teknologi dalam pembelajaran IPS di sekolah!
Share this article :

0 komentar:

 
Support : Berbagi | AULIA | Mikaila
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2011. DARIKU UNTUKMU - All Rights Reserved