Metode Pembelajaran IPS
Sebagai Bagian Dalam
Pengembangan Materi IPS SD
A.
Kompetensi Dasar
Diharapkan mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan metode
pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
(IPS)
sebagai bagian dalam pengembangan materi Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) SD.
B.
Deskripsi Materi
Dalam proses pembelajaran banyak metode yang
dapat diterapkan oleh seorang guru, tergantung pada situasi dan kondisi siapa
yang akan diajar. Hal ini perlu mengingat pentingnya pemahaman seorang guru
terhadap siapa yang akan menjadi objek belajarnya. Selain itu, adanya
karakteristik yang berbeda pada tiap mata pelajaran juga turut mempengaruhi
berbagai metode yang dapat diterapkan oleh guru dalam proses pembelajaran.
Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS) khususnya di Sekolah Dasar (SD) tentunya memiliki
karakteristik tersendiri yang juga ikut berpengaruh terhadap metode yang akan
diterapkan oleh seorang guru. Mengingat bahwa pada jenjang Sekolah Dasar (SD)
diharapkan siswa memiliki pengetahuan yang bersifat umum terhadap sebuah mata
pelajaran. Terlebih lagi bahwa dalam Ilmu Pengetahuan Sosial banyak bagian dari
Ilmu-ilmu Soaial yang termuat di dalamnya, hal ini tentu menuntut adanya sebuah
metode pembelajaran yang dapat memadukan berbagai disiplin ilmu-ilmu sosial tersebut
sehingga menjadi satu ilmu pengetahuan yang bersifat komprehensif. Dengan
demikian jelas bahwa metode yang tepat digunakan guru dalam pembelajaran IPS di
sekolah dasar (SD) adalah pembelajaran terpadu.
1.
Pengertian Pembelajaran Terpadu
Model pembelajaran terpadu pada hakikatnya merupakan suatu
pendekatan pembelajaran yang memungkinkan peserta didik baik secara individual
maupun kelompok aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip
secara holistik dan otentik (Depdiknas,
1996: 3). Zaim
Elmubarok (2008: 81) mengemukakan,
pembelajaran terpadu menunjuk pada kegiatan belajar
mengajar yang terorganisasikan secara lebih terstruktur yang bertolak pada
tema-tema tertentu atau pelajaran sebagai titik pusatnya (center core/center of interest).
Sedangkan
menurut Trianto (2010: 55-57), pembelajaran terpadu
adalah pembelajaran
yang diawali dengan suatu pokok bahasan atau tema tertentu yang dikaitkan
dengan pokok bahasan lain, konsep tertentu dikaitkan dengan konsep lain, baik dalam satu bidang studi atau lebih, dan
dengan beragam pengalaman anak, sehingga memungkinkan siswa, baik secara
individu maupun kelompok, aktif, menggali dan menemukan konsep serta prinsip
keilmuan secara holistik, bermakna, dan otentik.
Tim pengembang PGSD
(1996/1997: 6) mengemukakan pembelajaran terpadu sebagai berikut.
a. Pembelajaran yang beranjak dari suatu tema tertentu
sebagai pusat perhatian (center of interest) yang digunakan untuk
memahami gejala-gejala dan konsep lain, baik yang berasal dari bidang studi
yang bersangkutan maupun dari bidang studi lainnya.
b. Suatu pendekatan pembelajaran yang menghubungkan
berbagai bidang studi yang mencerminkan dunia nyata di sekeliling dan dalam
rentang kemampuan dan perkembangan anak.
c. Merakit atau menggabungkan sejumlah konsep dalam
beberapa bidang studi yang berbeda dengan harapan anak akan belajar dengan
lebih baik dan bermakna.
Berdasarkan uraian
pendapat tentang pembelajaran terpadu tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran terpadu sebaiknya memiliki satu tema
aktual, dekat dengan dunia siswa, dan ada kaitannya dengan kehidupan
sehari-hari. Tema ini menjadi alat pemersatu materi yang beragam dari beberapa
materi pelajaran. Pembelajaran terpadu dapat juga dilakukan dengan pendekatan
belajar mengajar yang melibatkan beberapa bidang studi untuk memberikan
pengalaman bermakna kepada anak didik. Dikatakan bermakna karena dalam
pembelajaran terpadu, anak akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari itu
melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang mereka
pahami.
Penerapan pembelajaran terpadu tentu tidak mudah karena
berbagai faktor perlu dipersiapkan terutama kesiapan guru. Penerapan
pembelajaran terpadu tidaklah semudah pembelajaran monolistik. Sebab, pembelajaran terpadu tidak hanya memerlukan
pengemban kurikulum yang handal, akan tetapi juga membutuhkan guru yang mampu
menghubungkan makna berbagai disiplin yang terintegrasi. Tetapi bagaimanapun juga guru mesti berupaya melaksanakan
pembelajaran terpadu agar siswa memperoleh sejumlah manfaat dari keunggulan
pembelajaran terpadu yang tidak dimiliki pembelajaran monolistik.
2.
Manfaat Model
Pembelajaran Terpadu
Secara spesifik Trianto (2007: 12)
merumuskan
manfaat model pembelajaran terpadu dari perspektif kepentingan
siswa sebagai berikut:
a.
Pengalaman dan
kegiatan belajar anak relevan dengan tingkat perkembangannnya.
b.
Kegiatan yang
dipilih sesuai dengan minat dan kebutuhan anak.
c.
Kegiatan belajar
bermakna bagi anak, sehingga hasilnya dapat bertahan lama.
d.
Keterampilan
berfikir anak berkembang dalam proses pembelajaran terpadu.
e.
Kegiatan belajar
mengajar bersifat prakmatis sesuai lingkungan anak.
f.
Keterampilan sosial anak berkembang
dalam proses pembelajaran terpadu.
g.
Pembelajaran terpadu
menjawab semua aspek yang dibutuhkan siswa mulai dari kesesuaian dengan
kebutuhan, minat, keterampilan berfikir, bermakna, pragmatis, dan keterampilan
sosial.
Terkait
dengan pembelajaran bermakna yang merupakan salah satu ciri pembelajaran
terpadu, Oemar Hamalik (2007: 36) menjelaskan bahwa pembelajaran dengan pendekatan integratif
atau terpadu, bertitik tolak dari suatu keseluruhan atau kesatuan yang bermakna
dan terstruktur. Bermakna mempunyai
arti bahwa setiap suatu keseluruhan tersebut memiliki makna, arti, dan faedah
tertentu. Pembelajaran bermakna lebih luas lagi adalah adanya koneksitas antara
apa yang dipelajari dengan struktur pengetahuan siswa sebagaimana dikemukakan
Nana Syaodih Sukmadinata (2008: 135-140)
bahwa pada belajar bermakna
pengetahuan baru harus mempunyai hubungan atau dihubungkan dengan struktur
kognitifnya. Hasil belajar bermakna lebih mempunyai retensi daripada belajar menghafal. Dengan demikian belajar
bermakna lebih efektif dibandingkan dengan belajar menghafal.
3. Karakteristik Pembelajaran Terpadu
Sebagai suatu
proses, pembelajaran terpadu memiliki karakteristik sebagai berikut.
1.
Pembelajaran berpusat pada anak.
Pembelajaran terpadu dikatakan sebagai pembelajaran yang
berpusat pada anak, karena pada dasarnya pembelajaran terpadu merupakan
suatu sistem pembelajaran yang memberikan keleluasaan pada siswa, baik secara
individu maupun kelompok. Siswa dapat aktif
mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip dari suatu pengetahuan
yang harus dikuasainya sesuai dengan perkembangannya.
2.
Menekankan pembentukan pemahaman dan
kebermaknaan.
Pembelajaran
terpadu mengkaji suatu fenomena dari berbagai macam aspek yang membentuk
semacam jalinan antar skemata yang dimiliki siswa, sehingga akan berdampak pada
kebermaknaan dari materi yang dipelajari siswa. Hasil yang nyata didapat dari
segala konsep yang diperoleh dan keterkaitannya dengan konsep-konsep lain yang dipelajari dan mengakibatkan kegiatan
belajar menjadi lebih bermakna. Hal ini diharapkan akan berakibat pada
kemampuan siswa untuk dapat menerapkan perolehan
belajarnya pada pemecahan masalah-masalah yang nyata dalam kehidupannya.
3.
Belajar melalui pengalaman langsung.
Pada pembelajaran terpadu diprogramkan untuk melibatkan
siswa secara langsung pada konsep dan prinsip yang dipelajari dan memungkinkan
siswa belajar dengan melakukan kegiatan secara langsung.
Sehingga siswa akan memahami hasil belajarnya sesuai dengan
fakta dan peristiwa yang mereka alami, bukan sekedar informasi dari gurunya. Guru lebih banyak bertindak sebagai fasilitator dan
katalisator yang membimbing ke arah tujuan yang ingin dicapai. Sedangkan
siswa sebagai aktor pencari fakta dan informasi untuk mengembangkan
pengetahuannya.
4.
Lebih memperhatikan proses dari pada hasil
semata.
Pada pembelajaran terpadu dikembangkan pendekatan
discovery inquiry (penemuan terbimbing) yang melibatkan siswa secara aktif
dalam proses pembelajaran yaitu mulai dari perencanaan, pelaksanaan sampai
proses evaluasi. Pembelajaran terpadu dilaksanakan dengan melihat hasrat,
minat, dan kemampuan siswa, sehingga memungkinkan siswa termotivasi untuk
belajar terus menerus.
5.
Sarat dengan muatan keterkaitan.
Pembelajaran
terpadu memusatkan perhatian pada pengamatan dan pengkajian suatu gejala atau peristiwa dari beberapa mata
pelajaran sekaligus, tidak dari sudut pandang yang
terkotak-kotak. Sehingga memungkinkan siswa untuk memahami suatu fenomena
pembelajaran dari segala sisi, yang pada gilirannya nanti akan membuat siswa
lebih arif dan bijak dalam menyikapi atau menghadapi kejadian yang ada.
4.
Ciri-ciri
Pembelajaran Terpadu
Hilda
Karli dan Margaretha (2002: 15) mengemukakan beberapa cirri pembelajaran
terpadu yaitu:
1) Holistik, suatu peristiwa yang menjadi pusat perhatian dalam pembelajaran
terpadu dikaji dari beberapa bidang studi sekaligus untuk memahami suatu
fenomena dari segala sisi.
2) Bermakna, keterkaitan antara konsep-konsep lain akan menambah
kebermaknaan konsep yang dipelajari dan diharapkan anak mampu menerapkan
perolehan belajarnya untuk memecahkan masalah-masalah nyata di dalam
kehidupannya.
3) Aktif, pembelajaran terpadu dikembangkan melalui pendekatan
discovery-nkuiri. Peserta didik terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran
yang secara tidak langsung dapat memotivasi anak untuk belajar.
Selanjutnya Tim
pengembang PGSD (1977: 7) mengemukakan bahwa pembelajaran terpadu memiliki
cirri-ciri sebagai berikut:
1)
Berpusat pada anak
2)
Memberikan pengalaman langsung pada anak
3)
Pemisahan antar bidang studi tidak begitu
jelas
4)
Menyajikan konsep dari berbagai bidang studi
dalam suatu proses pembelajaran.
5)
Bersikap luwes
6)
Hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai
dengan minat dan kebutuhan anak.
Karakteristik pembelajaran terpadu
di atas sesuai dengan filosofi konstruktivisme sebagai rujukan dari pendidikan
yang sekarang sedang dikembangkan, dimana dengan filosofi ini guru harus
berpegang pada prinsip bahwa anak bersifat aktif dan memiliki kemampuan untuk
membangun pengetahuannya. Ini artinya pembelajaran yang dilakukan di sekolah
hendaknya dapat mengaktifkan siswa untuk mengembangkan kompetensi dasar yang
dimiliki. Guru berperan sebagai pasilitator dan mediator bagi siswa dalam
proses pembelajaran.
5.
Alasan
Penggunaan Pembelajaran Terpadu di SD
Beberapa
alasan pembelajaran terpadu yang dianggap sesuai untuk diterapkan pada tingkat Sekolah
Dasar (SD) antara lain sebagai berikut:
1) Pendidikan SD harus memperhatikan perkembangan intelektual anak. Sesuai
dengan tarap perkembangannya, anak SD melihat dunia sekitarnya secara
menyeluruh, mereka belum dapat memisah-misahkan bahan kajian yang satu dengan
yang lainnya.
2) Selain memperhatikan perkembangan intelektual anak, guru juga harus
mengurangi dampak dari fenomena ini diantaranya anak masa usia SD belum mampu
memecahkan masalah dari berbagai sisi, karena anak masih terbiasa berfikir
secara fragmentasi, anak dikhawatirkan tidak memiliki cakrawala pandang yang
luas dan integrative. Cakrarawala pandang yang luas diperlukan dalam memecahkan
permasalahan yang akan mereka hadapi di lingkungan masyarakat.
6.
Model-Model
Pembelajaran Terpadu
Fogatry (1991: 1-100) mendeskripsikan ada sepuluh level integrasi penyajian
materi pembelajaran yaitu:
1)
The Fragmented
Model (Model Terpisah)
Pada model ini berbagai
disiplin ilmu yang berbeda dan saling terpisah walau sudah dalam bentuk satu
mata pelajaran. Kelebihan model ini adalah adanya kejelasan pandangan karena
mata pelajaran dipelajari secara terpisah. Kelemahan model ini, keterhubungan
menjadi tidak jelas karena lebih sedikit transfer pembelajaran antar disiplin
ilmu.
2)
The Connected
Model (Model Terhubung)
Pada model connected, topik-topik dalam suatu pokok
bahasan terhubung dan dikaitkan dengan pokok bahasan lain dalam satu mata
pelajaran. Kelebihan model ini antara lain: (1) konsep-konsep utama saling
terhubung, (2) mengarah pada review,
(3) rekonseptualisasi, dan (4) asimilasi gagasan-gagasan dalam suatu disiplin.
Adapun kelemahan model ini adalah disiplin-disiplin ilmu tampak tidak berkaitan
meskipun telah disusun hubungan-hubungan secara eksplisit dalam satu bidang
studi.
3)
The Nested Model (Model Tersarang)
Pada pembelajaran model nested
(tersarang), keterampilan berpikir (thinking skill), keterampilan social (social skill) dan keterampilan mengorganisir (organizing skill) dicapai dalam pembelajaran satu konten mata pelajaran (subject area). Kelebihan tipe nested (tersarang) antara lain:
(1) guru dapat
memadukan berbagai mata pelajaran yang berbeda dalam waktu bersamaan, dan (2) pengalaman belajar siswa selama pembelajaran menjadi semakin diperkaya dan diperluas. Kekurangan tipe nested adalah siswa menjadi bingung dan kehilangan arah tentang konsep-konsep utama dari suatu
kegiatan pembelajaran karena banyaknya tugas-tugas belajar.
4)
The Sequence
Model (Model Terurut)
Pembelajaran model sequence adalah model penyajian materi
yang diurutkan dalam suatu rangkaian pada beberapa disiplin ilmu.
Persamaan-persamaan yang ada diajarkan secara bersamaan meskipun termasuk dalam
mata pelajaran yang berbeda.
Kelebihan model sequence adalah
memberi fasilitas transfer pembelajaran melintasi beberapa mata pelajaran.
Adapun kelemahan model ini adalah dibutuhkan kolaborasi terus menerus dan
fleksibilitas yang tinggi karena guru-guru memiliki lebih sedikit otonomi untuk
merancang urutan pembelajaran.
5)
The Shared
Model (Model Terbagi)
Model shared adalah model
penyajian materi dengan perencanaan tim dan atau pengajaran yang melibatkan dua
disiplin ilmu dengan difokuskan pada konsep, keterampilan, dan sikap-sikap (attitudes) yang sama. Kelebihan
pembelajaran model shared yaitu
adanya pengalaman pembelajaran bersama dengan dua orang guru dalam satu tim dan
lebih mudah untuk berkolaborasi. Kelemahan model ini adalah membutuhkan waktu,
kelenturan, komitmen, dan kompromi antara dua guru tersebut.
6)
The Webbed Model (Model Terjaring)
Pembelajaran model Webbed
adalah penyajian pembelajaran menggunakan pendekatan tematik. Pendekatan ini
pengembangannya dengan menentukan tema sebagai dasar
pembelajaran dalam berbagai disiplin ilmu. Kelebihan model webbed antara lain dapat memberikan motivasi kepada siswa dan membantu para siswa
untuk melihat hubungan antar gagasan. Kekurangan model pembelajaran webbed antara lain: (1) sulit dalam
menyeleksi tema, (2) cenderung
untuk merumuskan tema yang dangkal, (3) dalam
pembelajaran, guru lebih memusatkan perhatian pada kegiatan daripada pengembangan model keterpaduan konsep.
7)
The Threaded Model (Model Tertali)
Model threaded yaitu model penyajian materi yang menekankan keterampilan-keterampilan
sosial, berpikir, adanya berbagai jenis kecerdasan, dan keterampilan belajar
yang ‘direntangkan’ dalam satu alur/tali melalui berbagai disiplin ilmu yang
berbeda.
Kelebihan model threaded antara lain para siswa dapat mempelajari cara
mereka belajar dan dapat memfasilitasi transfer pembelajaran selanjutnya.
Adapun kekurangan model ini yaitu disiplin ilmu masing-masing pelajaran yang
bersangkutan tetap terpisah satu sama lain.
8)
The Integrated Model (Model Terpadu)
Model integrated menurut Drake (2007: 28), “This interdisciplinary approach matches
subjects for overlaps in topics and concepts with some learn teaching in an
authentic integrated model.” Pemikiran Fogarty (1991: 2) lebih
tegas menjelaskan bahwa: “using a
cross-disciplinary approach, this model blends the four major disciplines by
finding the overlapping skill, concepts, and attitudes in all four.” Sebelum guru mengimplementasikan
model integrated, harus
mengidentifikasi topik, konsep,
skill, dan sikap yang tumpang tindih dari berbagai mata pelajaran. Identifikasi
akan menemukan tema yang kemudian menjadi
titik awal pelaksanaan model integrated.
Kelebihan model integrated antara lain:
(a) mendorong para siswa untuk melihat keterkaitan
dan saling hubungan antara disiplin-disiplin ilmu yang berbeda, dan (b) melihat
berbagai keterkaitan tersebut akan meningktakan motivasi para siswa. Adapun kekurangan model ini yaitu sulitnya menerapkan model ini secara
penuh karena memerlukan tim antar bidang studi, baik dalam
perencanaannya maupun pelaksanaannya para guru
harus mempunyai waktu yang sama.
9)
The Immersed
Model (Model Terbenam)
Pada model immersed, para siswa
berkesempatan memadukan apa yang dipelajari dengan cara memandang seluruh
pembelajaran melalui perspektif bidang yang mereka sukai (area of interest). Model penyajian materi ini diintegrasikan secara
inter dan antar disiplin ilmu. Kelebihan model immersed adalah keterpaduan berlangsung di dalam diri siswa itu
sendiri dan kelemahannya dapat mempersempit fokus para siswa.
10)
The Networked
Model (Model Jejaring)
Pembelajaran dengan model pengintegrasian materi networked adalah proses pembelajaran dimana siswa melakukan
pemaduan topik yang dipelajari melalui pemilihan jejaring para ahli di
bidangnya dan sumber belajar lain. Kelebihan model networked adalah bersifat proaktif dan para siswa terstimulasi oleh
informasi, keterampilan, atau konsep-konsep baru. Adapun kelemahan model ini
adalah perhatian para siswa dapat terpecah sehingga upaya-upaya pembelajaran
menjadi tidak efektif.
Selain model keterpaduan di atas, ada model keterpaduan lain dalam pembelajaran IPS, sebagaimana
diungkapkan Sugiharsono (2000: 8-9) yaitu:
1)
Model
Keterpaduan Berdasarkan Kompetensi Dasar
Dalam pembelajaran di SD keterpaduan dapat
dilakukan berdasarkan kompetensi dasar yang akan dicapai, misalnya “Mengenal kegiatan ekonomi penduduk”. Kegiatan ekonomi penduduk dalam contoh yang
dikembangkan ditinjau dari berbagai disiplin ilmu yang tercakup dalam IPS,
Mate-matika, kesenian, dll. Skema
berikut memberikan gambaran keterkaitan suatu topik/tema dengan berbagai
disiplin ilmu.
2)
Model
Keterpaduan
Berdasarkan Potensi Utama Suatu Wilayah
Keterpaduan dapat dikembangkan melalui topik
yang didasarkan pada potensi utama yang ada di wilayah setempat; sebagai
contoh, “Potensi Lombok Sebagai Daerah Wisata”. Dalam pembelajaran yang
dikembangkan, kebudayaan
Yogyakarta dikaji dan ditinjau dari faktor alam,
historis kronologis dan kausalitas, serta perilaku masyarakat terhadap aturan.
Melalui kajian potensi utama yang terdapat di daerahnya, siswa
selain dapat memahami kondisi daerahnya juga
sekaligus mencapai
Kompetensi Dasar yang terdapat pada beberapa disiplin ilmu yang diitegrasikan.
3)
Model
Integrasi Berdasarkan Permasalahan
Model pembelajaran terpadu yang lainnya adalah
berdasarkan permasalahan yang ada, mialnya permasalahan “Kemiskinan”. Pada
pembelajaran terpadu, kemiskinan dapat ditinjau dari beberapa aspek sosial yang
mempengaruhinya. Diantaranya adalah aspek ekonomi, sosial, budaya, geografi, dan
aspek sejarah.
Berdasarkan pemaparan tersebut di atas dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di sekolah dapat
dilakukan dengan metode pembelajaran terpadu. Hal ini sesuai dengan
karakteristik Ilmu Pengetahuan Sosial, yang terdiri dari berbagai disiplin
ilmu-ilmu sosial. Dalam penerapan metode pembelajaran terpadu tersebut dapat
dilakukan dengan menerapkan beberapa model keterpaduan sesuai dengan materi
yang akan diajarkan dan sesuai dengan kondisi siswa.
Latihan
1)
Jelaskan bagaimana metode pembelajaran IPS
yang tepat untuk jenjang pendidikan sekolah dasar!
2)
Jelaskan bagaimana guru memilih metode
pembelajaran yang tepat dalam mengajarkan Ilmu Pengetahuan Sosial!
3)
Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan perpaduan
dari berbagai disiplin Ilmu-ilmu Sosial. Berdasarkan ungkapan tersebut,
jelaskan bagaimana langkah guru dalam mengembangkan materi Ilmu Pengetahuan
Sosial!
4)
Berdasarkan perkembangan teknologi saat
sekarang ini, bagaimana seharusnya guru memanfaatkan teknologi dalam
pembelajaran IPS di sekolah!
0 komentar:
Posting Komentar