Pada dasarnya setiap proses pembelajaran tidak terlepas dari adanya sebuah tujuan yang hendak dicapai. Begitu pula dalam proses pembinaan akhlak mulia siswa di sekolah juga tidak terlepas dari adanya tujuan yang hendak dicapai pada diri siswa.
Tujuan pembinaan akhlak mulia menurut Ibnu Miskawaih adalah terwujudnya sikap batin yang mampu mendorong secara spontan untuk melahirkan semua perbuatan yang bernilai baik (Suwito, 2004: 116). Pembinaan akhlak mulia siswa di sekolah juga mempunyai tujuan agar siswa dapat memiliki kemampuan atau kompetensi dasar yang harus dikuasai oleh siswa, antara lain adalah siswa terbiasa berperilaku dengan sifat-sifat terpuji (Muhaimin, 2003: 89).
Tujuan pembinaan akhlak mulia menurut Ibnu Miskawaih adalah terwujudnya sikap batin yang mampu mendorong secara spontan untuk melahirkan semua perbuatan yang bernilai baik (Suwito, 2004: 116). Pembinaan akhlak mulia siswa di sekolah juga mempunyai tujuan agar siswa dapat memiliki kemampuan atau kompetensi dasar yang harus dikuasai oleh siswa, antara lain adalah siswa terbiasa berperilaku dengan sifat-sifat terpuji (Muhaimin, 2003: 89).
Pembinaan akhlak
mulia siswa setidaknya mengarah pada dua hal, seperti yang diungkapkan John
Clark (2008: 45), bahwa pendidikan moral (akhlak) merupakan “Moral education
is, minimally, concerned with the acquisition of bothpersonal qualities
characterised by the possession of virtues (e.g., caring, honest, loyal) and
the eschewing of vices (e.g., greed, lust, lying).” Dengan demikian, jelas
bahwa disebutkan dalam pembinaan akhlak itu minimal berkaitan dengan akuisisi
kedua kualitas pribadi yang ditandai dengan kepemilikan kebajikan (misalnya, kepedulian,
jujur, setia) dan menjauhkan diri dari kejahatan (misalnya, keserakahan, nafsu,
berbohong).
Tujuan pembinaan
akhlak mulia siswa berkaitan erat dengan tujuan pendidikan Islam. Ini erat
kaitannya dengan tujuan inti dari pendidikan Islam yaitu membentuk akhlak mulia siswa berdasarkan ajaran kitab
suci Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah saw. Dalam pendidikan Islam terdapat empat
tahapan tujuan yaitu: 1) tujuan tertinggi/terakhir, 2) tujuan umum, 3) tujuan
khusus, dan 4) tujuan sementara (Ramayulis & Samsul Nizar, 2009: 119).
Keempat tahapan tujuan tersebut, secara lebih jelas adalah sebagai berikut:
Tujuan
tertinggi/terakhir, merupakan tujuan pendidikan Islam yang
bersifat mutlak, karena berkaitan langsung dengan sang pencipta yaitu Allah
swt, dan berlaku secara universal, sehingga tidak dapat ditawar lagi. Tujuan tertinggi
juga sering disebut dengan istilah insan kamil (manusia paripurna).
Indikator dari insan kamil adalah: 1) menjadi hamba Allah swt, 2)
mengantarkan subjek didik menjadi khalifah Allah swt, yang mampu
memakmurkan bumi serta sebagai Rahmatan lil alamin, 3) untuk memperoleh
kebahagiaan hidup di dunia sampai akhirat, 4) terciptanya manusia yang
mempunyai wajah Qur’ani (Ramayulis & Samsul Nizar. 2009: 119-121).
Tujuan
umum, kalau pada tujuan tertinggi masih bersifat filosofis,
sedangkan pata tujuan umum ini lebih bersifat empirik dan realistik, berfungsi
sebagai arah yang taraf pencapaiannya dapat diukur karena menyangkut perubahan
sikap, perilaku dan kepribadian peserta didik (Ramayulis & Samsul Nizar.
2009: 122). Dalam tujuan umum pembinaan akhlak mulia siswa, sekurangnya
mempunyai beberapa tujua, yaitu: 1) untuk mengadakan pembentukan akhlaq mulia, 2) persiapan untuk
kehidupan dunia dan akhirat, 3) persiapan untuk mencari rizki dan pemeliharaan
dari segi manfaat (vokasional and profesional),
4) menumbuhkan semangat ilmiah pada pelajar dan memuaskan keingin tahuan (curiosity)
dan memungkinkan siswa mengkaji ilmu demi ilmu itu sendiri, 5) menyiapkan
pelajar dari segi profesional.
Tujuan
khusus, lebih bersifat fleksibel sesuai dengan kebutuhan dan
tetap berpegang pada tujuan tertinggi dan tujuan umum pendidikan Islam.
Penghususan tujuan ini didasarkan pada: a) kultur dan cita-cita suatu bangsa,
b) minat, bakat dan kesanggupan subyek didik, dan c) tuntutan situasional,
kondisi pada kurun waktu tertentu (Ramayulis & Samsul Nizar (2009:
125-126).
Tujuan
sementara, merupakan tujuan yang dikembangkan dalam rangka
menjawab segala tuntutan kehidupan, sehingga tujuan sementara ini lebih
bersifat kondisional, tergantung fakta dimana peserta didik itu tinggal. tujuan
sementara ini merupakan tujuan yang akan dicapai setelah siswa diberi sejumlah
pengalaman tertentu yang direncanakan dalam suatu kurikulum pendidikan formal.
Dari tujuan sementara ini bentuk insan kamil dengan pola ubudiyah sudah
kelihatan meskipun dalam ukuran sederhana, sekurang-kurangnnya beberapa ciri
pokok akhlak mulia sudah kelihatan pada pribadi siswa.
Dengan demikian,
dapat dikatakan bahwa pembinaan akhlak mulai merupakan sebuah proses yang
dilakukan secara bertahap dan dengan menyesuaikan kebutuhan kurikulum, serta
sesuai dengan kebutuhan siswa, untuk mencapai kesempurnaan akhlak dengan
mengembangkan segala potensi yang ada pada diri individu siswa. Baik itu secara
langsung dilakukan di lingkungan sekolah maupun di luar lingkungan sekolah.
Sebagaimana diungkapkan dalam Character Education Partnership (CEP),
bahwa:
Character
education is a national movement creating schools that foster ethical,
responsible, and caring young people by modeling and teaching good character
through emphasis on universal values that we all share. It is the intentional,
proactive effort by schools, districts, and states to instill in their students
important core, ethical values such as caring, honesty, fairness, responsibility,
and respect for self and others (Berkowitz, 2005: 2).
Berdasarkan pernyataan
CEP tersebut, dapat dipahami bahwa pendidikan karakter (akhlak)
merupakan gerakan nasional untuk menciptakan sekolah yang mendorong etika,
bertanggung jawab, dan peduli, dengan melakukan penekanan pada nilai-nilai yang
bersifat universal. Nilai-nilai tersebut antara lain: peduli, kejujuran,
keadilan, tanggung jawab, dan menghormati diri sendiri dan orang lain.
Dengan demikian,
dapat dikatakan bahwa kesempurnaan akhlak mulia tiada lain adalah berujung pada
bagaimana manusia itu menyadari tugas dan tanggung jawabnya sebagai hamba yang
wajib mengabdi kepada sang Khaliq yaitu Allah swt. dengan mengerjakan
segala perintah dan menjauhi segala larangan-Nya. Selain itu pembinaan akhlak
mulia juga bertujuan untuk membekali siswa dalam bereksistensi diri di hadapan
orang lain terutama di hadapan Allah swt. membekali siswa dalam hidup di
tengah-tengah keluarga dalam posisinya masing-masing dan membekali siswa
bagaimana bisa berkiprah di tengah-tengah masyarakatnya dengan baik dan tetap
berpegang pada nilai-nilai akhlak yang sudah digariskan oleh ajaran Islam
(Darmiyati Zuchdi dkk., 2009: 91).
Terkait tujuan
pembinaan akhlak mulia (karakter) juga diungkapkan oleh Ronald Reagan yang mengatakan bahwa:
We're beginning
to realize, once again, that education at its core is more than just teaching
our young the skills that are needed for a job, however important that is. It's
also about passing on to each new generation the values that serve as the
foundation and cornerstone of our free democratic society-patriotism, loyalty,
faithfulness, courage, the ability to make the crucial moral distinctions
between right and wrong, the maturity to understand that all that we have and
achieve in this world comes first from a beneficent and loving God. (Schafersman, 1991, diambil pada tgl 27 Juli 2010, dari
http://www.freeinquiry.com/teaching-morals.html).
Pernyataan
Ronald Reagan yang menyatakan tentang tujuan pendidikan yang mendasar, yaitu bagaimana
pendidikan yang dilakukan, tidak sekedar mengajarkan siswa keterampilan yang dibutuhkan
untuk mendapatkan sebuah pekerjaan, namun yang lebih penting adalah bagaimana
guru membekali siswa nilai-nilai akhlak mulia yang menjadi dasar dan landasan
dalam menerapkan akhlak mulia ketika siswa berada di lingkungan masyarakat.
Setidaknya pada diri siswa terdapat jiwa demokratis, loyalitas, kepercayaan,
keberanian, kemampuan untuk membuat perbedaan akhlak yang benar dan salah,
kedewasaan untuk memahami bahwa semua yang dimiliki dan capai di dunia ini
berasal dari Allah swt.
Dengan demikian,
dapat disimpulkan bahwa tujuan pembinaan akhlak mulia adalah untuk terciptanya
kebahagiaan dunia dan akhirat bagi pelakunya dan orang lain sesuai dengan
ajaran Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah saw. Sehingga tidak berlebihan kalau
dikatakan bahwa akhlak mulia itu adalah sumber dari segala kebaikan, karena
orang yang mempunyai akhlak mulia akan selalu berusaha dan bergegas melakukan
perbuatan-perbuatan baik yang bermanfaat, dan dalam waktu yang bersamaan meninggalkan
perbuatan-perbuatan tercela yang merugikan diri sendiri maupun orang lain.
0 komentar:
Posting Komentar